0

OPINI PUBLIC DAN PEMBENTUKANNYA DALAM HUMAS/PUBLIC RELATIONS

Posted by Unknown on 2:50 AM






A.      Latar Belakang

Praktsisi public relations dalam melakukan kampanye bertujuan untuk menggalang atau merekayasa opini public (public opinion), yang di susun secara periodik dan tertentu dalam program khusus, baik bulanan maupun tahunan. Sebelum mengadakan kampanye untuk membentuk dan merekayasa opini publik itu, terlebih dahulu disusun agenda setting, yaitu penyusunan suatu benda atau skenario untuk mengangkat topik tertentu atau tema tentang isu apa yang akan diangkat melalui teknik publikasi atau promosi.
Biasanya dalam menyusun agenda setting tersebut harus bekerja sama dengan pihak pers dan media massa untuk mengangkat isu tertentu kepada public, yang nantinya akan memperoleh respon dari masyarakat dalam bentuk tanggapan positif (diterima) atau negatif (ditolak) setelah melalui proses dalam jangka waktu tertentu. Teknik agenda setting ini banyak dimanfaatkan oleh politisi, eksekutif , para artis, public figure, tokoh mayarakat. Serta perusahaan dalam berkampanye untuk memperoleh publisitas, misalnya ingin meluncurkan produk baru (product launching) dan sebagainya untuk memperoleh "start” yang pas dan tepat dalam mempersiapkan program kampanye PR tertentu untuk memperoleh opini public yang positif terhadap produk yang diluncurkan.

B.       Rumusan Masalah

1.      Apakah Definisi dan Tujuan Opini ?
2.      Bagaimana Kristalisasi Opini Publik?
3.      Bagaimana Opini Publik terhadap Public Relations ?
4.      Bagaimana Menetapkan Strategi Penulisan Berita (Pesan)?

4.      Untuk memahami Menetapkan Strategi Penulisan Berita (Pesan).


BAB II


PEMBAHASAN

A.    Definisi Dan Tujuan Opini

Istilah opini publik berasal dari public opinion (bahasa Inggris), kemudian diterjemahkan menjadi istilah pendapat umum. Dalam aktivitas public relations yang menyangkut pendapat umum (opini publik) tersebut merupakan aspek yang penting untuk keberhasilan menciptakan opini publik positif dan pada akhirnya akan tercipta suatu citra yang baik bagi lembaga atau orgnisasi yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam praktik kehumasan dalam menciptakan opini publik ada tiga cara, yakni sebagai berikut:
1.      Tekanan (presure);
2.      Membeli (buying);
3.      Bujukan/persuasi (persuasive). 
Untuk memperoleh opini publik melalui tekanan (presure) biasanya lebih banyak menggunakan pengaruh, baik secara individu yang mempunyai kewibawaan atau kharisma pribadi maupun berdasakan kekuasaan jabatan atau kekuatan tertentu. Sedangkan melalui “buying” atau sama dengan “membeli suara” alias menyogok dengan sejumlah uang (money politic) agar bisa memperoleh dukungan, cara ini sering dipergunakan dalam kehidupan masyarakat dalam pemilihan kepala desa dan sebagainya, termasuk kegiatan orsospol dalam pemilu untuk mencari dukungan suara lebih banyak. Kegiatan membeli suara opini publik ini juga dilakukan dalam rapat pemegang saham di perusahaan, termasuk pihak pejabat humas (PRO) dalam berupaya menjaga publisitas di media pers dengan cara memberikan “amplop” kepada oknum wartawan yang selama ini telah dibina dalam aktivitas di lingkungan instansinya masing-masing.
Kedua cara untuk memperoleh atau merekayasa opini publik tersebut di atas, kalau dilihat cara kerja atau sepak terjangnya kurang baik akibatnya, apalagi kalau sampai ada unsur sogok menyogok (membeli) yang merupakan tindakan melawan hukum, bahkan menjual informasi saham perusahaan tertentu (insider trading) di pasar bunga efek, baik di Indonesia maupun di negara Internasional, termasuk kategori kasus pelanggaran cukup berat (sanksi pidana). Yang paling tepat atau wajar dalam aktivitas peranan public relations dalam membentuk atau merekayasa opini publik, yaitu dengan cara mendidik dan membujuk atau persuasi, antara lain sebagai berikut.
1.      Tekni persuasi untuk mengubah opini publik yang bermusuhan dengan cara minimal adalah “menetralisasi”, bahkan bila perlu direkayasa menjadi opini publik yang menguntungkan melalui PR campaign atau The PR transfer prosess.
2.      Membujuk untuk mengkristalisasi opini publik yang belum terbentuk atau opini publik yang mempunyai potensi, tapi masih laten.
3.      Membujuk agar opini publik yang sudah menguntungkan diupayakan tetap bertahan.
Bila ditarik kesimpulan hal tersebut di atas, untuk membentuk opini publik dalam kegiatan dn peranan public relations, yang paling pokok adalah sebagai berikut.
1.      Membentuk dan merekayasa opini publik
2.      Menggalang opini yang sudah ada dan mempertahankannya.
Proses terjadinya opini publik, meurut Scott M.Cutlip dan allen Center, selalu mengikuti empat pola atau tahapan sebagai berikut.
1.      Mengangkat kepermukaan suatu isu melalui agenda setting bekerja sama dengan pihak pers, dan public relations bertindak sebagai power maker atau news maker dan bertindak sebagai sumber berita (source) serta makes a publicity.
2.      Melemparkan isu atau topik tersebut, kemudian diperdebatkan dan diupayakan mencarikan jalan keluar atau pemecahannya.
3.      Mengarahkan atau menggiringi isu atau topik tersebut ke arah pemecahan yang dapat diterima oleh umum (publik).
Semua itu bertujuan membentuk opini publik sesuai dengan keinginan pihak komunikator, kemudian opini tersebut tehadap isu yang diangkat kepermukaan akan mempunyai akibat, yaitu bisa positif (diterima atau mendapat dukungan) atau menghadapi risiko opini negatif, artinya ditolak oleh masyarakat. [1]

B.     Kristalisasi Opini Publik

Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun pasif, dan verbal serta terbuka melalui kata-kata yang dapat ditafsirkan dengan jelas, bisa juga melalui pilihan kata-kata yang tersamar dan tidak secara langsung, sehingga dapat dikatakan sebagai konotatif.

Untuk memahami opini seseorang atau public tersebut, maka seorang PRO (Pejabat Humas) harus mengevaluasi secara berkala tentang opini yang sedang beredar dalam segmen-segmen publiknya. Sedangkan opini public atau perorangan tersebut, menurut R.P Abelson, dalam buku berjudul Computers, polls and public opnion, (1968) yaitu berkaitan dengan sikap mental (attitude), tingkah laku (behavior), persepsi (perception), dan hingga kepercayaan tentang sesuatu (belief). Sedangkan opini (opinion) tersebut secara garis besar definisinya adalah apa yang dinyatakan oleh seseorang dalam menjawab suatu pertanyaan. What the individual says or puts on a questionnaire.
Dalam proses pembentukan opini digambarkan sebagaimana persepsi orang yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman, nilai-nilai yang dianut, dan berita yang sedang berkembang. Pada akhirnya membentuk opini public. Proses inlah yang akan melahirkan suatu interpretasi atau pendirian seseorang, dan pada akhirnya akan terbentuknya suatu opini public, apakah nantinya bersifat mendukung, dan menentang atau berlawanan.[2]

C.    Opini Publik Terhadap Public Relations

1.      Pembentukan Opini Publik
Terbentuknya opini publik pada dasarnya seperti urut-urutan di bawah:
a.       Ada kejadian/informasi.
b.      Kejadian tersebut kemudian dicerna dan dikaji sesuai latar belakang masing-masing publik yang mengkajinya, tergantung kelompok publik masing-masing. Ada yang mengkaji berdasarkan fakta, ada yang berdasarkan sentimen, harapan, prinsip dan sebagainya.
c.       Hasil kajian tersebut lah yang kemudian disebut sebagai opini publik, opini dari masing-masing publik atas suatu kejadian, yang dikaji sesuai dengan sudut pandang masing-masing publik tersebut (bisa juga karena kepentingan atas suatu golongan).

2.      Pengertian Humas dan Kegiatan Kehumasan
Public relation (hubungan masyarakat), didefinisikan sebagai kegiatan komunikasi persuasif dan terencana yang didesain untuk mempengaruhi public secara signifikan. Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa public relation adalah presentasi positif suatu organisasi kepada keseluruhan publiknya. Maka, dapat dikatakan bahwa public relation merupakan kegiatan komunikasi suatu organisasi dalam menciptakan reputasi yang positif perusahaan di hadapan stakeholders sehingga perusahaan tersebut dapat terus menjalankan bisnisnya dengan baik. Stakeholders dalam kegiatan kehumasan adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Kegiatan kehumasan di sebuah perusahaan menjadi sebuah keharusan untuk membangun citra perusahaan. Kehumasan dipahami menjadi sebuah senjata ampuh untuk mempengaruhi opini publik kepada perusahaan.
Berdasarkan pengertian di atas maka public relation harus memiliki beberapa tujuan seperti di bawah ini:
a.       Untuk menciptakan citra (reputasi) yang positif kepercayaan dan saling pengertian dari publik atau masyarakat pada umumnya.
b.      Untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak.
c.       Menciptakan budaya, citra, suasana, yang kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat agar produktivitas bisa dicapai secara optimal.
d.      Usaha menciptakan relasi yang harmonis antara organisasi (perusahaan) dengan publiknya yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.

3.      Kemampuan Opini Publik
Opini publik dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang besar terhadap kejadian-kejadian umum, contohnya adalah sebagai berikut:
a.       Opini publik dapat memperkuat undang-undang atau peraturan, sebab tanpa dukungan opinipublik maka perundangan akan sulit dijalankan.
b.      Opini publik merupakan pendukung moril dalam masyarakat.
c.       Opini publik merupakan pendukung eksistensi lembaga-lembaga sosial.

4.      Kaitan Opini Publik Terhadap Citra Kegiatan Kehumasan Suatu Organisasi/Perusahaan
Dikarenakan oleh besarnya kemampuan opini publik terhadap kejadian pada umumnya, seperti yang sudah disebutkan di atas, maka hal yang sama juga dapat  terjadi terhadap suatu perusahaan/organisasi dan kegiatan kehumasannya dan kaitannya dengan opini yang dimiliki publik terhadapnya, misalnya sebagai berikut:
a.       Opini Publik dapat meninggikan atau mengecilkan citra suatu organisasi. Misal, kegiatan CSR yang dilakukan oleh suatu organisasi dapat menimbulkan citra positif organisasi tersebut dan membentuk suatu opini publik yang positif. Sementara jika misalnya ada pemberitaan korupsi yang dilakukan oleh salah satu anggota di dalam sebuah organisasi, maka dapat menimbulkan opini publik yang negatif.
b.      Opini publik menentukan tingkat kepercayaan publik (masyarakat) terhadap suatu organisasi/perusahaan. Tingkat kepercayaan ini yang nantinya akan mempengaruhi keputusan-keputusan masyarakat terhadap produk yang dimiliki oleh organisasi tersebut.
c.       Opini publik dapat mempengaruhi eksistensi atau keberadaan sebuah organisasi/perusahaan. Jika opini publik adalah negatif terhadap sebuah organisasi, maka mereka tidak akan mengizinkan keberadaan organisasi tersebut di daerah tempat mereka tinggal, juga tidak akan mengijinkan anggota keluarga maupun kenalan mereka untuk bekerja/bergabung di dalam organisasi tersebut.[3]

D.    Menetapkan Strategi Penulisan Berita (Pesan)

Menurut Harwood Childs, ada beberapa strategi dalam kegiatan public relations untuk merancang suatu pesan dalam bentuk informasi atau berita, yaitu sebagai berikut:
1.      Strategy of publicity
Melakukan kampanye untuk penyebaran pesan (message) melalui proses publikasi suatu berita melalui kerja sama dengan berbagai media massa. Selain itu, dengan menggunakan taktik merekayasa suatu berita akan dapat menarik perhatian audiensi sehingga akan menciptakan publisitas yang menguntungkan.
2.      Strategy of persuation
Berkampanye untuk membujuk atau menggalang khalayak melalui teknik sugesti atau persuasi untuk mengubah opini public dengan mengangkat segi emosional dari suatu cerita,artikel, atau featuris berlandaskan humanity interest.
3.      Strategy of argumentation
Strategi ini biasanya dipakai untuk mengantisipasi berita negatif yang kurang menguntungkan (negative news), kemudian dibentuk berita tandingan yang mengemukakan argumentasi yang rasional agar opini public tetap dalam posisi yang menguntungkan. Dalam hal ini, kemampuan public relations sebagai komunikator yang handal diperlukan untuk mengemukakan suatu fakta yang jelas dan rasional dalam mengubah opini publik melalui berita atau statement yang dipublikasikan.
4.      Strategy of image
Strategi pembentukan berita yang positif dalam publikasi untuk menjaga citra lembaga atau organisasi termasuk produknya. Misalnya tidak hanya menampilkan segi promosi, tetapi bagaimana menciptakan publikasi nonkomersial dengan menampilkan kepedulian terhadap lingkungan dan social (humanity relations and social marketing) yang menguntungkan citra bagi lembaga atau organisasi secara keseluruhan (corporate image).
Menurut Dr.Willard G. Bleyer, mengatakan berita yang baik adalah “Anything timely that interest a number of readers.”
Berita yang baik adalah segala sesuatu terbaru, hangat, dan actual sehingga dapat menarik perhatian sebagian besar pembacanya. Jangan lupa ! Fungsi jurnalistik paling pokok selain sebagai control social adalah memberikan informasi, menginterpretasikan, membimbing, mendidik, hingga menghibur pembacanya. Dengan berita yang disajikan berbentuk straight news (berita langsung) atau feature news ( berita dalam bentuk soft atau ringan) biasanya dalam bentuk artikel opini, hiburan, profil, pengetahuan popular, dan sebagainya. Untuk melihat aspek media atau pers lebih mendalam bias dilihat pada buku Seri Manajemen Public Relation, Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra pada Bab V, tentang “Pertentangan Pers dan PR.”
Berita yang Bernilai
Kemampuan PR dituntut untuk menciptakan berita (news create) dalam rangka menjamin publisitas positif di berbagai media massa. Disamping itu, bahwa berita, baik on the spot, melalui press release, atau event lainnya mempunyai “nilai berita” untuk bisa diliput maupun dimuat di berbagai media cetak atau bisa ditayangkan di media elektronik. Oleh karena itu, pihak publik relations harus menghindari berita yang berbau “superlatif” atau “puff”, yang artinya berita yang bernada memuji diri sendiri yang tidak mempunyai nilai (news value) sama sekali untuk dijadikan berita oleh pihak pers atau wartawan.
Menurut pengalaman penulis, ketika masih bekerja sebagai staf redaksi harian Bisnis Indonesia dan media Indonesia, setiap hari rata-rata menerima tidak kurang 10-15 press kit yang berisikan info kit dan press release, baik yang dikirim melalui pos maupun melalui reporter yang ditugaskan untuk meliputi berbagai cara atau aktivitas yang dikelola oleh pihak public relations atau pejabat humas suatu instansi, lembaga, atau perusahaan. Dari sejumlah press release yang diterima oleh redaksi, hanya sebagian kecil yang memenuhi persyaratan yang layak sebagai sebuah berita untuk siap dimuat (press clear) di media massa.
Sebagian besar press release tersebut rata-rata bernada superlatif dan puff, tidak siap sebagai layaknya berita (press clear) yang memenuhi persyaratan teknis penulisan 5W + 1H ( Who,What,Where,When,Why, dan How) dan pola logika penulisan yang sistematis, yaitu “piramida terbalik”. Artinya, berita yang dianggap paling penting terletak di paragraph paling atas. Disamping itu, memang sulit menciptakan suatu berita yang bernilai tinggi untuk layar siar.
Kiat untuk mengembangkan sebuah sudut pandang, dan bagaimana menciptakan suatu berita yang mempunyai nilai ? berikut ini disajikan matriks untuk membantu bagian media atau press relations (PR) yang disusun oleh Prof. Kerri Acheson dan diuraikan dalam The Harris Grid, yang dituliskan oleh Thomas L. Harris sebagai pencetus definisi Marketing Public Relations (MPR) dalam bukunya The Marketer’s Guide to Public Relations, yaitu sebagai berikut.
MEDIA

BERITA HANGAT
BERITA BIASA

(Tentang IPTEK)
Kampanye tentang penerbangan perdana pesawat N-250
(Acara seremonial)
Kampanye tentang pesta Emas Dirgahayu HUT ke – 50 tahun
MINAT
TINGGI
K
O
N
S
U
M
E
N

(Tentang penemuan)
Peluncuran produk baru dan kampanye PR mengenai perangkat lunak windows ’95 dari Bill Gate
(Kampanye KB)
Kampanye untuk membangkitkan perhatian dan minat dari publiknya.
MINAT
RENDAH

The Harris Grid
Penjelasan
1.      Kuadran kiri atas : Produk penemuan baru teknologi dan ilmu pengetahuan (IPTEK) dari peluncuran perdana pesawat N-250 dikampanyekan secara terbuka dan dikaitkan dengan pesta Emas HUT-RI ke 50 yang merupakan main news dan mendapat liputan luas dari berbagai media massa.
2.      Kuadran kiri bawah : Tidak menarik bagi konsumen dan publik, tetapi sebaliknya mempunyai nilai tinggi sebagai suatu berita (main news) karena tidak semua konsumen memiliki komputer.
3.      Kuadran kanan atas : Acara seremonial Pesta Perayaan Emas HUT-RI ke 50 menumbuhkan minat tinggi bagi publik, sedangkan bagi pers merupakan berita biasa (rutin dan bias diperkirakan peristiwa).
4.      Kuadran kanan bawah : acara program kampanye KB (Keluarga Berencana) merupakan berita biasa dan daya tarik terhadap publik rendah. Hal ini ditolong oleh pihak pemerintah secara kreatif melakukan teknik kampanye KB yang menarik (borrow interest of public) dikaitkan dengan tema “kampanye dua-lima”, keluarga sejahtera, kampanye anti HIV/AIDS, cinta desa, dan penduduk ke 200 juta dan sebagainya.[4]



BAB III


PENUTUP


A.    Simpulan

Opini dapat dinyatakan secara aktif atau pasif, verbal (lisan) dan baik secara terbuka dengan melalui ungkapan kata-kata yang dapat ditafsirkan dengan jelas, maupun melalui pilihan kata yang halus atau diungkapkan secara tidak langsung, dan dapat diartikan secara konotatif atau persepsi (personal). Opini, dapat dinyatakan melalui perilaku, sikap tindak, mimik muka atau bahasa tubuh (body language) atau berbentuk simbol-simbol tertulis, berupa pakaian yang dikenakan, makna sebuah warna, misalnya warna hijau, kunung dan merah serta lainnya dalam komunikasi politik mewakili lambing-lambang OPP (Organisasi Peserta Pemilu) tertentu dan lain sebagainya.
Seorang public relations atau humas dalam pencitraannya terhadap perusahaan atau instansi, kegiatan yang dilakukan adalah melihat, memantau, mempengaruhi, membuat, dan menyelesaikan opini public itu. Dan semuanya yang dilakukan itu kembali dengan tujuan terhadap pencitraan perusahaan atau instansi tempat dia ditugaskan sebagai Public Relations. Karena satu opini public terhadap perusahaan atau instansi bisa mengubah pandangan public dengan mudah seketika.

B.     Saran

Yang menjadi titik tolak berhasil atau tidaknya untuk merekayasa opini publik (reengineering of public opinion)  melalui teknik kampanye PR untuk memperoleh publisitas seperti yang diharapkan, yang paling  penting bekerja sama dengan pihak para wartawan dan redaktur di berbagai media massa untuk mengangkat suatu isu yang dimaksudkan, baik media cetak maupun media elektronik atau secara serentak disebarluaskan (simulataneity effect) dalam bentuk berita (news), featurise, artikel, advetorial, dan informasi lainnya agar pesan-pesan yang disebarluaskan itu sampai ke masyarakat di berbagai tempat dalam waktu yang bersamaan.


DAFTAR PUSTAKA


Ruslan, Rosady, SH., MM. 2008. Kiat Dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada
Ruslan, Rosady, SH., MM. 2010. Manajemen Public Relations Dan Media Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://meyrabasukki.blogspot.co.id/2012/11/opini-publik-terhadap-pr.html


[1] Ruslan, Rosady, SH., MM. 2008. Kiat Dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada hlm 49-52
[2] Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations&Media Komunikasi (Konsepsi dan Aplikasinya), hlm 67-68
[3] http://meyrabasukki.blogspot.co.id/2012/11/opini-publik-terhadap-pr.html
[4] Ruslan, Rosady, SH., MM. 2008. Kiat Dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada hlm 54-57

0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Ratna Sari Maulana's All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.