0

KONSEP IMPLEMENTASI KURIKULUM

Posted by Unknown on 7:22 AM


ARTIKEL KONSEP IMPLEMENTASI KURIKULUM

A.    Pengertian Implementasi Kurikulum
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Implementasi kurikulum dapat juga diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written curriculum) kedalam bentuk pembelajaraan. Implementasi dapat juga diartika sebagai pelaksanaan dan penerapan. Ada beberapa pendapat yang dikutip dari Binti Maunah diantaranya pendapat Majone dan Wildavky (1979) yang menegemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (dalam pressma. dan Wildavzky, 1984). Implementasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penerapan ide dan konsep. Adapun kurikulum dapat diartikan dokumen kurikulum (kurikulum potensial). Dikemukakan juga bahwa implementasi kurikulum merupakan proses interaksi antara fasilitator sebagai penegembangan kurikulum , dan peserta didik sebagai subjek belajar.
Implementasi kurikulum juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah direncanakan dalam kurikulumnya untuk dijalankan dengan segenap hati dan keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah dirancang maka terjadilah kesia-sian antara rancangan dengan implementasi.
Implementasi kurikulum menurut Hamid Hasan (1984:11) adalah “usaha merealisasikan ide, konsep, dan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum tertulis menjadi kenyataan”. Wujud nyata dari implementasi kurikulum adalah aktivitas belajar mengajar di kelas, dengan kata lain aktivitas belajar mengajar di kelas merupakan operasionalisasi dari kurikulum tertulis. Oemar Hamalik (2006:123) mengemukakan bahwa implementasi adalah operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat tertulis menjadi aktual ke dalam kegiatan pembelajaran.
Dari defenisi yang telah dikemukakan di atas maka implementasi kurikulum dapat dimaknai sebagai berikut pertama impelemtasi sebagai aktualisasi rencana  atau konsep kurikulum kedua impelemtasi kurikulum sebagai proses pembelajaran ketiga implementasi kurikulum sebagai realisasi ide, nilai dan konsep kurikulum keempat implementasi kurikulum sebagai proses perubahan perilaku peserta didik. Dari empat konsep utama tentang implementasi kurikulum ini pada hakekatnya dapat dipahami bahwa implementasi kurikulum akan terlihat secara jelas dan nyata dalam proses belajar mengajar itu sendiri sehingga secara langsung dapat juga dikatakan proses belajar mengajar yang sedang dijalankan itulah sebagai implementasi kurikulum.

B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum
Implementasi Kurikulum dipengaruhi oleh tiga faktor berikut.
a.       Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu kurikulum dan kejelasaanya bagi pengguna di lapangan.
b.      Strategi implementasi: yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi, seperti diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya, penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.
c.       Karakteristik pengguna kurikulum yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemampuanya untuk merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran.
Mars dalam Rusman (2002:22), berpendapat “terdapat lima elemen yang mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu : dukungan dari kepala sekolah, dukungan dari rekan sejawat guru, dukungan dari siswa, dukungan dari orang tua, dan dukungan dari dalam diri guru unsur yang utama”.
Sedangkan Fullan (1991:67) mengemukakan faktor-faktor yang menjadi kunci dalam proses implementasi  berdasarkan karakteristik lokal (local characteristies) yaitu :
1.      School district ( lingkungan sekolah ), berkaitan dengan kondisi sekolah, fasilitas dan sarana pendukung yang memadai
2.      Community (masyarakat),  dukungan masyarakat sekitar , kerjasama dengan dunia usaha dan industri.
3.      Principal ( kepala sekolah), berkaitan dengan manajemen dan kepemimpina kepala sekolah.
4.      Teacher (guru),  adanya respon, dukungan, partisipasi guru dalam pelaksanaan kurikulum.
5.      External factors ( faktor eksternal), dukungan dari pemerintah (administrator pendidikan), swasta. 

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum adalah :
1) kebutuhan (need), artinya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikkan akan mendapat suatu respon dan dukungan yang baik apabila berangkat dari kebutuhan, yakni siswa, guru, sekolah, orang tua, masyarakat, dan industri,
2) kejelasan ( clarity),  artinya, mengandung tujuan dan maksud yang jelas yang tertuang dalam indikator,
3) kompleksitas (complexity) artinya tingkat kemudahan atau kesulitan kurikulum tersebut diterapkan dilapangan,
4) kualitas dan praktis (quality and practicality), artinya apakah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dihasilkan satuan pendidikan berkualitas atau tidak. Dan apakah penerapannya lebih praktis dan mudah dipahami oleh guru dan peserta didik. 
Dengan demikian, maka secara umum faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kurikulum adalah:1) kesiapan guru, 2) kondisi sekolah atau ketersediaan  sarana prasarana, 3) manajemen kepala sekolah, 4) lingkungan sekolah, 5) komite sekolah/ masyarakat, dan 6) pembiayaan pendidikan.

C.     Model-model Implementasi Kurikulum
Terdapat beberapa model implementasi kurikulum, sebagaimana yang disampaikan oleh Miller dan Seller (1985: 249-250), yaitu :
a.      The Concerns Based Adaptation Model (CBAM)
Inti dari model ini adalah menggambarkan, mengidentifikasi beberapa tingkat perhatian atau kepedulian guru tentang suatu inovasi dan bagaimana guru menggunakan inovasi di dalam kelas. Model ini merupakan hasil riset implementasi inovasi di sekolah dan perguruan tinggi, yang diselenggarkan oleh Universitas Pusat Penelitian dan Pengembangan Texas.

b.      TORI Model.
Model ini dikembangkan oleh Gibb (1978) dengan fokus utama pada perubahan personal atau pribadi dan perubahan sosial. Model ini menyediakan suatu skala yang membantu guru mengidentifikasi bagai mana lingkungan akan menerima ide-ide baru sebagai harapan untuk mengimplementasikan inovasi dalam praktek dan menyediakan beberapa petunjuk untuk menyediakan perubahan.
c.       Grass-root Model
Model ini diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku, selanjutnya mereka memiliki keinginan untuk memperbaharui untuk menyempurnakannya. Tugas para administrator dalam pengembangan model ini tidak lagi berperan sebagai pengendali pengembangan akan tetapi sebagai motivator, dan fasilitator. Perubahan atau penyempurnaan kurikulum bisa dimulai guru-guru secara individual atau bisa oleh kelompok guru. Model ini hanya mungkin dapat dilakukan, apabila guru-guru di sekolah memiliki kemampuan serta sikap profesional yang tinggi dan memahami akan seluk beluk beluk pendidikan.
d.      The Profile Inovate Model
Model ini dikembangkan oleh Lethwood ( l982)  dan hal ini difokuskan terutama pada para guru. Model ini  membolehkan para guru dan pengelola kurikulum mengembangkan profil yang merupakan hambatan untuk perubahan, juga bagaimana para guru dapat mengatasi hambatan.  Model Lethwood ini tidak hanya menggambarkan tetapi juga menyediakan cara bagi para guru dengan strategi dalam mengatasi hambatan atau masalah  pada tataran implementasi.

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang di susun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dokumen KTSP yang dihasilkan oleh satuan pendidikan baik sekolah maupun madrasah akan diimplementasikan dalam bentuk kegiatan pembelajaraan. Maka seluruh komponen-komponen sekolah baik madrasah harus mempersiapkan dengan baik terutama pihak guru.
Sedangakan implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijaksanaan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktifitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangakat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Dalam garis besarnya implementasi kurikulum berbasis kompetensi mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi.
Adapun implementasi kurikulum dalam bentuk pembelajaran berdasar Standar Nasional Pendidikan terutama Standar Proses, sebagaimana dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, mencakup perencanaan proses pembelajaraan, pelaksanaan proses pembelajraan, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
1)      Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaraan meliputi silabus dan rebcana pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar isi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

1)      Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilain, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar isi dan Standar Kopetensi Kelulusan.
2)      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan peserta didik dan upaya mencapai KD. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan disatuan pendidikan.
Komponen-komponen RPP:
a)      Identitas mata pelajaran                     
b)      Standar Kompetensi
c)      Kompetensi Dasar
d)     Indikator pencapaian kompetensi
e)      Tujuan pembelajaran
f)       Materi ajar
g)      Alokasi waktu
h)      Metode pembelajaran
i)        Kegiatan Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga proses:
   Prinsip-prinsip penyusunan RPP
a.       Memperhatikan perbedaan individu peserta didik. RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai dan lingkungan peserta didik.
b.      Mendorong partisipasi peserta didik proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian dan semangat belajar.
c.       Mengembangkan budaya membaca dan menulis.
d.    Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. RPP memuat rancangan pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedial.
e.      Keterkaitan dan keterpaduan. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, dan materi pembelajaran, kegiatan pembelajran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi.

2)  Pelaksanaan Proses Pembelajaran
          Persayaratan pelaksanaan proses pembelajaran
a)      Rombongan belajar
b)      Beban kerja minimal guru
c)      Buku teks pembelajaran
d)     Pengelolaan kelas

3)  Penilaian Hasil Pembelajraan
          Penilaian dilakukan oleh guru terjadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingakat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai lahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisiten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilain hasil karya berupa tugas, proyek atau produk, portofolio, dan penilain diri. Penilain hasil pembelajaran menggunakan standar penilain pendidikan dan panduan penilain kelompok mata pelajaran.

4)  Pengawasan Proses Pembelajaran
1)      Pementauan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilain hasil belajar. Pemantauan juga dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman wawancara dan dokumentasi. Sedangakan kegiatan pemantauan dilaksankan oleh kepala sekolah dan pengawas satuan pendidikan.
1)      Supervisi
Sepervisi merupakan  proses pembelajaran yang dilakukan dengan tahapan-tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Supervisi pembalajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi dan juga supervisi dalakukan oleh kepala sekolah dan pengawas satuan pendidikan.
2)      Evaluasi
Evaluasi proses pembelajaran untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaraan dan penilaian hasil pemebalajaran. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: (a). Membendingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru satandar proses, (b). Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaraan sesuai dengan kompetensi guru.

5) Pengembangan Aktivitas dan Kreativitas Peserta Didik
          Proses pembelajaraan pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melaui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Peningkatan kualifitas pembelajaran dalam implementasi KTSP menutut kemandirian guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, agar para peserta didik dapat mengembangakan kreativitas dan aktivitas belajarnya secra optimal, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Penerapanya dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan cara:
1)  Mengembangkan keberanian dan percaya diri peserta didik.
2)  Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkomunikasi secara aktif dan terarah.
3)  Melibatkan pserta didik dalam menetukan tujuan belajar dan penilain hasilnya.
4)  Memberikan pangawasan yang tidak terlalu ketat dan otoriter.
5)  Melibatkan mereka secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
          Apa yang dikemukakan di atas tidak terlalu sulit untuk dilakukan dalam pembelajaran, guru dapat melakukanya antara lain dengan mengembangkan modul pembelajaran yang heuristik dan hipotetik. Melalui modul, peran guru dalam pembelajaran bisa dikurangi karena mereka memposisikan dirinya sebagai fasilitator dan mengembangkan modul-modul pembelajaran yang efektif dan menyenagkan. Perlu ditekankan bahwa implementasi KTSP menuntut kemandirian guru dan kepala sekolah, antara lain dalam mengembangkan program-program pembelajaran.
Mengimplementasikan kurikulum di lapangan bukanlah perkara mudah karena akan sangat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal sekolah maupun secara eksternal, secara internal agaknya peran guru dan kepala sekolah menjadi sangat sentral sekali dalam menentukan keberhasilan implementasi itu karena secara langsung terlibat dalam proses belajar mengajar sementara faktor eksternal seperti tenaga administrasi sekolah, komite sekolah, masyarakat, pemerintah sendiri diposisikan sebagai faktor yang juga memiliki andil dalam menetukan keberhasilan implementasi kurikulum di sekolah. 
KTSP sebagai kurikulum yang berlaku dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai kurikulum nasional dengan karaktersitik yang melekat dan identik dengannya adalah kemandirian guru, otonomisasi sekolah, partisipasi masyarakat, tim pengembang kurikulum di sekolah membutuhkan ramuan-ramuan khusus tertentu dalam menjalankannya sehingga KTSP itu sendiri mencapai sasaran dan target yang diinginkan, secara khusus Mulyasa (2008) menyatakan keberhasilan impelementasi KTSP sangat ditentukan oleh guru dan kepala sekolah karena keduanya merupakan kunci yang menentukan serta menggerakkan berbagai komponen dan dimensi sekolah yang lain. Pendapat ini ada benar juga karena implementasi pada intinya adalah proses belajar mengajar itu sendiri yang nota bene merupakan realisasi dari kurikulum yang sudah direncanakan dimana kurikulum ini sudah terencana dengan baik dan tersaji seideal mungkin yang sesuai dengan kebutuhan, maka untuk mengaktualkannya peran guru amatlah penting dan strategis dengan sejumlah kompetensi yang dimilikinya serta dedikasi yang tinggi untuk menjalankannya.
Implementasi KTSP akan bermuara pada pembelajaran itu sendiri, sehingga untuk melihat implementasi KTSP di lapangan adalah dengan memperhatikan pelaksanaan proses belajar mengajar atau kegiatan pembelajarannya yang intinya bagaimana pesan dan isi kurikulum itu dapat tersampaikan kepada peserta didik secara optimal.


Kesimpulan dan komentar :
Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis kedalam bentuk pembelajaran. Implementasi kurikulum akan terlihat secara jelas dan nyata dalam proses belajar mengajar itu sendiri sehingga secara langsung dapat juga dikatakan proses belajar mengajar yang sedang dijalankan itulah sebagai implementasi kurikulum.
Dalam implementasi kurikulum ada beberapa faktor yang mempengaruhi menurut pendapat Mars lima elemen yang mempengaruhi dalam implementasi kurikulum yaitu, dukungan dari kepala sekolah, dukungan dari rekan guru, dukungan dari siswa, dukungan dari orang tua, dan dukungan yang utama yaitu dari dalam diri seorang guru yang mengajar.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, dapat saya simpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi implementasi tersebut jika dikaitkan dengan manajemen suatu sekolah maka faktor tersebut merupakan komponen dari implementasi manajemen sekolah. Semua faktor harus saling berkesinambungan satu sama lain dalam pengimplementasiannya, jika salah satu faktor tidak dijalankan atau tidak mendukung maka implementasi kurikulum itu pun tidak akan berjalan dengan baik.
Di dalam implementasi kurikulum terdapat beberapa model impelementasi kurikulum yang dikemukakan oleh Miller dan Seller, diantara yang terbaik yaitu Grass-root Model, model implementasi kurikulum yang diawali dengan keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku, selanjutnya guru tersebut memiliki keinginan untuk merubaha atau memperbaharui dan menyempurnakannya. Tetapi akan lebih baik lagi jika semua model tersebut diterapkan dalam implementasi kurikulum dengan menggabungkan semua kebaikannya agar menghilangkan keburukan dari model tersebut dan memperoleh implementasi kurikulum yang paling baik.
Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah pengaktualisasian dari kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Implementasi kurikulum dalam bentuk pembelajaran berdasarkan standar nasional pendidikan terutama standar proses mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, pengawasan proses pembelajaran dan pengembangan aktivitas dan kreativitas peserta didik.
Implementasi KTSP sangat ditentukan oleh guru dan kepala sekolah, karena keduanya merupakan kunci yang menentukan serta menggerakan berbagai komponen dan dimensi sekolah yang lain. Selama ini implementasi KTSP pada suatu sekolah sangatlah baik. Kesemua implementasi kurikulum tersebut berjalan lancar dan sesuai dengan pendidikan nasional, tetapi pada komponen guru yang menjadi kunci dalam implementasi tersebut masih saja memiliki kekurangan. Misalnya guru hanya sekedar mengajar saja tetapi tidak memberikan pendidikan kepada siswanya. Semoga dalam implementasi kurikulum 2013 dapat terealisasi dengan baik pada semua sekolah dan komponen sekolah yang masih mendukung.


Copyright © 2009 Ratna Sari Maulana's All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.