0
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Posted by Unknown
on
12:24 AM
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH :
RATNA SARI (11140182000026)
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2015
1. DEFINISI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Definisi
psikologi pendidikan menurut Jhon Dewey
Jhon Dewey
merupakan seorang filsuf dari Amerika
Serikat, yang termasuk Mazhab Pragmatisme. Selain sebagai filsuf, Dewey
juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang pendidikan.
Dewey dilahirkan di Burlington pada tahun 1859. Setelah
menyelesaikan studinya di Baltimore, beliau menjadi guru besar dalam
bidang filsafat dan kemudian dalam bidang pendidikan pada beberapa
universitas. Sepanjang kariernya, Dewey menghasilkan 40 buku dan lebih dari
700-an artikel. Dia menjadi motor penggerak untuk mengaplikasikan psikologis di
tingkat praktis. Dewey membangun labolatorium psikologi pendidikan pertama di
AS pada tahun 1894.
Jhon
Dewey menjadi tokoh kedua dalam membentuk psikologi pendidikan pada tahun
1859-1952. Banyak ide-ide penting yang dicetuskan oleh beliau yaitu :
Pertama,
dewey memberikan pandangan bahwa anak sebagai pembelajaran aktif (aktive
learning), hal ini membuktikan bahwa menurut dewey anak-anak mestinya tidak
duduk diam di kursi dan hanya mendengarkan pelajaran secara pasif, anak-anak
haruslah berperan aktif dalam pembelajaran. Anak-anak akan belajar secara lebih secara lebih baik jika mereka
aktif.
Kedua,
menurut dewey pendidikan harusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan
memperkuat anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dewey beranggapan bahwa
anak-anak seharusnya tidak hanya mendapat pelajaran akademik saja, tetapi juga
harus diajarkan cara untuk berpikir dan beradaptasi dengan dunia di luar
sekolah, dengan kata lain anak bukan hanya diberikan pelajaran dengan belajar
yang besifat formal saja, tetapi diajarkan juga pembelajaran yang bersifat
informal. Dewey berpendapat bahwa dengan memberikan ruang untuk anak
beradaptasi dengan lingkungan bertujuan agar anak mampu memecahkan masalah
secara reflektif.
Ketiga,
Dewey berpendapat bahwa semua anak berhak mendapat pendidikan yang selayaknya,
dalam hal ini seorang anak haruslah mendapatkan pendidikan yang patut untuk
usianya. Cita-cita demokratis ini belum muncul pada pertengahan abad ke-19,
sebab pada saat itu pendidikan hanya diberikan kepada sebagian anak kecil
terumata dari keluarga kaya. Dewey mendukung pendidikan yang layak bagi semua anak,
lelaki maupun perempuan, dari semua lapisan ekonomi dan etnis.[1]
Berdasarkan
definisinya psikologi pendidikan yang telah dikemukakan oleh Jhon Dewey di
atas, saya memiliki pendapat yang sama atau saya menyetujui pendapat beliau.
Sebab menurut saya, Dewey mengemukakan ide tentang psikologi pendidikan yang
menganggap bahwa pendidikan progresif atau
partisipatif, yang menekankan pada interes personal, faktor-faktor sosial dan
kegiatan-kegiatan yang bersifat praktis. Pendidikan partisipatif disini dalam prosesnya
menekankan pada keterlibatan peserta didik
dalam pendidikan. Jhon Dewey beranggapan bahwa pendidikan harus
dilaksanakan pada semua umur, tidak memandang status sosial, ekonomi, ras dan
gender. Saya setuju bahwa dalam pembelajaran haruslah meletakkan dasar-dasar
kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebebasan
baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan
yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh
orang lain. pola pendidikan partisipatif ini
menuntut para peserta didik agar dapat melakukan pendidikan secara
aktif. Bukan hanya pasif, mendengar,mengikuti,
mentaati, dan mencontoh guru. Tanpa mengetahui apakah yang diikutinya
baik atau buruk. Dalam pendidikan partisipatif seorang pendidik lebih
berperan sebagai tenaga fasilitator, sedangkan keaktifan lebih dibebankan
kepada peserta didik. Pendidikan partisipatif dapat diterapkan dengan
cara mengaktifkan peserta didik pada proses pembelajaran yang berlangsung.
Siswa dituntut untuk dapat mengembangkan kecerdasanemosional, keterampilan,
kreatifitas. Dengan cara melibatkan siswa secara langsung ke dalam proses
belajar. Sehingga nantinya peserta didik dapat secara mandiri mencari problem solving dari masalah yang di hadapi. Pendidikan partisipatif membawa peserta didik
untuk mampu berhadapan secara langsung dengan realitas yang ada
dilingkungannya. Sehingga, peserta didik dapat mengintegrasikan antara materi
yang ia pelajari di kelas dengan realitas yang ada. Dengan adanya
peran serta keaktifan siswa dalam kegiatan belajar, diharapkan dapat
menciptakan situasi yang edukatif yang pada akhirnya akan dapat memberikan
warna dan corak dari keluaran yang dihasilkan sehingga keluaran yang dihasilkan
adalah manusia-manusia yang berkualitas unggul, berkompetitif, insiatif,
adaptif dan kreatif sanggup menjawab tantangan zamannya.
Firman allah dalam al quran surat
al-alaq ayat 1-5
Artinya :
Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Dari ayat di atas telah
dijelaskan bahwa manusia sejak awal penciptaannya pun telah dianjurkan untuk
belajar yaitu membaca. Selain itu dari ayat ini pula agama menjelaskan bahwa
manusia diajarkan untuk mengetahui apa yang tidak diketahui olehnya sebelumnya.
Jelaskan bahwa dalam perspektif islam sendiri, ide-ide psikologi
pendidikan yang dicetuskan oleh Jhon Dewey memiliki konsep bahwa manusia
memiliki kemampuan-kemampuan sesuai dengan fitrah kejadiannya, yang dapat
memecahkan problematika hidupnya, telah mempengaruhi pendidikan, di mana dengan
pembaharuan-pembaharuan pendidikan telah dapat mempengaruhi manusia untuk maju.
Sehingga semakin tinggi tingkat berpikirnya manusia maka semakin tinggi pula
tingkat budaya dan peradaban manusia. Hasilnya, anak-anak tumbuh menjadi
dewasa, masyarakat yang sederhana dan terbelakang menjadi masyarakat yang
komplek dan maju.
2. MANFAAT
BELAJAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dengan
mempelajari psikologi pendidikan, kita memperoleh manfaat untuk :
1.
Mengetahui
dan Mamahami Proses Perkembangan Peserta Didik atau Siswa
Pada suatu kelas, biasanya terdiri dari sejumlah orang dengan
perbedaan usia dan perbedaan substansial dalam merespon pengajaran. Dengan
mempelajari psikologi pendidikan yang berhubungan dengan perkembangan siswa dan
ciri-ciri yang mengiringi perkembangan tersebut, maka kita dapat mengetahui
bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk mengahadapi perbedaan yang ada di
dalam kelas. Tahapan-tahapan perkembangan yang lebih perlu dipahami sebagai
bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses mengajar dan belajar
adalah tahapan-tahapan yang berhubungan dengan perkembangan ranah cipta para
siswa dalam menjalani proses belajar mengajar dan pembelajaran materi tertentu.
2.
Memahami
Cara Belajar Siswa
Di mana pun proses pendidikan berlangsung, alasan utama kehadiran
guru adalah untuk membantu siswa agar belajar sebaik-baiknya. Oleh karena itu,
memahami sepenuhnya cara dan tahapan belajar yang terjadi pada diri siswa
merupakan hal yang mendasar bagi seorang guru.
Pengetuan yang harus dimiliki mengenai proses belajar tersebut
meliputi :
1.
Arti
penting belajar;
2.
Teori-teori
belajar;
3.
Hubungan
belajar dengan memori dan pengetahuan;
4.
Fase-fase
yang dilalui dalam peristiwa belajar;
5.
Alternatif
yang dapat diambil untuk menolong siswa dalam mengatasi kesulitan belajar.
3.
Membantu
Pengambilan Keputusan Untuk Pengelolaan Proses Belajar Mengajar
Dalam pengelolaan sebuah proses belajar mengajar, seorang guru
dituntut untuk menjadi figur sentral yang kuat dan berwibawa namun tetap
bersahabat. Sebelum mengelola sebuah program tersebut, perlulah merencanakan
terlebih dahulu satuan bahan atau materi dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.
Agar sebuah pengelolaan proses belajar mengajar mencapai sukses, seorang guru
hendaknya memandang dirinya sendiri sebagai seorang profesional yang efektif.
Keprofesionalan tersebut dapat terwujud dengan adanya manfaat dari mempelajari
psikologi pendidikan, keputusan yang dapat diambil tersebut mengenai materi
pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan penegasan tujuan-tujuan penyajian
materi secara eksplisit.[2]
4.
Memberikan Bimbingan
dan Pengarahan kepada Siswa
Selain berperan sebagai
pengajar di dalam kelas, seorang guru juga diharapkan bisa menjadi seorang
pembimbing yang mampu memberikan bimbingan kepada peserta didiknya, terutama
ketika peserta didik mendapatkan permasalahan akademik. Bimbingan adalah jenis
bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan
tentang psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan
pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbeda-beda.
Dengan berperan sebagai seorang pembimbing seorang pendidik juga lebih bisa
melakukan pendekatan secara emosional terhadap peserta didiknya. Jika sudah
tercipta hubungan emosional yang positif antara pendidik dan peserta didiknya,
maka proses pembelajaran juga akan tercipta secara menyenangkan.
5.
Untuk Mengetahui
Penggunaan Media Pembelajaran
Pengetahuan tentang
psikologi pendidikan diperlukan guru untuk merencanakan dengan tepat media
pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual,
sehingga dapat memberikan gambaran nyata kepada peserta didik.
6.
Penyusunan Jadwal
Pelajaran
Jadwal pelajaran harus
disusun berdasarkan kondisi psikologi peserta didik. Misalnya mata pelajaran
yang dianggap sulit bagi siswa seperti matematika ditempatkan di awal
pelajaran, di mana kondisi siswa masih segar dan semangat dalam menerima materi
pelajaran.
7.
Memfasilitasi dan
memotivasi belajar peserta didik
Memfasilitasi artinya
berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat,
kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan
dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan
belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya
guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator
maupun motivator belajar siswanya.
8.
Berinteraksi secara
tepat dengan siswanya
Pemahaman guru tentang
psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa
secara lebih bijak, penuh simpati dan menjadi sosok yang menyenangkan di
hadapan siswanya.
9.
Mengevaluasi Hasil
Pembelajaran
Tugas utama guru adalah
mengajar di dalam kelas dan melakukan evaluasi dari hasil pengajaran yang sudah
dilakukan. Dengan mempelajari psikologi pendidikan diharapkan seorang pendidik
mampu memberikan penilaian dan evaluasi secara adil menyesuikan dengan
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik tanpa membedakan
antara satu dengan yang lainnya. Psikologi pendidikan juga dapat
membantu guru dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil,
baik dalam teknis evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun
menentukan hasil-hasil evaluasi.[3]
3. METODE
YANG MEMUDAHKAN PEMBELAJARAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dalam mempelajari psikologi pendidikan, metode yang paling mudah
adalah dengan metode pembelajaran berbasis praktik atau pembelajaran dengan
simulasi dari materi yang dibahas. Metode yang dapat dilakukan juga misalnya
seperti diskusi kelompok yang mendiskusikan tentang materi dengan menuliskan
setiap hasil diskusi pada kertas karton besar dan dipresentasikan di depan
kelas. Tulisan di tuliskan di kertas karton besar dengan sejumlah warna yang
menarik memiliki tujuan agar audiens tertarik untuk membaca hasil diskusi
kelompok dan agar tidak terlihat monoton. Menulis disini juga memberikan
peluang kepada mahasiswa untuk mengembangkan bakat menulis dan menghias tulisan
tersebut dengan seni yang dilatar belakangi kecerdasan spasial.
Menurut saya metode seperti itu sangat menarik dan mempermudah
memahami pelajaran psikologi pendidikan. Sebab jika tidak dengan metode seperti
itu maka saya akan merasa bosan dengan teori-teori yang banyak dan mungkin
sulit untuk memahaminya. Selain mudah memahami, dengan adanya diskusi kelompok
dan presentasi saya bisa bertukar pikiran dengan yang lain, mendapatkan
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas lagi mengenai psikologi pendidikan
34. PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa petumbuhan adalah tahapan
peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. pertumbuhan
berarti perubahan kuantitatif yang mengacu pada jumlah, besar dan luas yang
bersifat konkret. Sedangkan perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan
ke arah yang lebih maju. Perkembangan adalah rentetan perubahan jasmani dan
rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Perkembangan
berarti proses perubahan kualitatif mengacu pada fungsi organ-organ jasmaniah,
bukan organ-organ jasmaniah itu sendiri. penekanan arti perkembangan terletak
pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.[4]
Perkembangan ranah psiko-fisik memfokuskan pada proses perkembangan
yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa.
Proses perkembangan tersebut meliputi :
1.
Perkembangan
motor (motor development) yakni proses perkembangan yang progresif dan
berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor
skills).
2.
Perkembangan
kognitif (cognitive development) yakni perkembangan fungsi intelektual
atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak.
3.
Perkembangan
sosial dan moral (social and moral development) yakni proses perkembangan
mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam
berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu maupun
sebagai kelompok.
Berdasarkan definisi di atas, menurut saya hal yang paling
menyenangkan dalam mempelajari pertumbuhan dan perkembangan adalah kita dapat
mengetahui bagaimana perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan itu. Selain
itu kita dapat mengetahui perbedaan keduanya, kita dapat mengetahui bagaimana
perkembangan dalam diri kita sendiri, faktor apa yang menyebabkan perkembangan,
tugas-tugas yang harus dilakukan pada fase perkembangan, arti penting
perkembangan dan metode mengaplikasikan tugas perkembangan dalam kehidupan.
Hal yang menyenangkan lainnya yaitu kita dapat mengetahui bagaimana
perkembangan kecerdasan atau kognitif dalam diri kita dalam proses belajar.
Ranah psikologis yang terpenting dalam diri siswa adalah ranah kognitif. Organ
otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas
akal pikiran, melainkan juga menara pengontrol aktivitas perasaan dan
perbuatan. Orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang sudah tentu karena
memiliki kelebihan dalam hal kemampuan otak, apabila tidak disertai dengan iman
akan cenderung memanipulasi kebenaran dari allah. Dalam al quran juga telah
dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 75.
Artinya : “apakah
engkau masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari
mereka mendengan firman Allah lalu mereka mengubahnya setalah mereka
memahaminya sedang mereka mengetahui.”
Itulah sebabnya pendidikan dan pengajaran perlu diupayakan
sedemikian rupa agar ranah kognitif para siswa dapat berfungsi secara positif
dan bertanggung jawab dalam arti tidak menimbulkan nafsu serakah dan kedustaan
yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga merugikan orang
lain.
Hal yang menyenangkan pada saat belajar di kelas tentang
pertumbuhan dan perkembangan adalah dosen memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk menyebutkan perkembangan mulai dari tingkat SD hingga saat ini
dan juga memberikan kesempatan diskusi kelompok, dalam diskusi tersebut
disertakan pertumbuhan dan perkembangan saat ini pada kertas karton besar.
Dengan hal tersebut materi pertumbuhan dan perkembangan dapat mudah dimengerti
dan difahami.
5. TEORI BELAJAR
Teori Belajar Behavioristik
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan
dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap
rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap
perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam
menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan
tindakan yang diinginkan.
Dalam teori belajar ini, yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau out put yang berupa respon. Sedangkan apa yang
terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan,
karena tidak dapat diamati dan diukur. Yang hanya dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa
yang dihasilkan siswa (respon), semuanya dapat diamati dan diukur.[5]
Premis dasar teori belajar behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara
stimulus respons dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Teori
belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan
tingkah laku yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan
atas respons yang muncul terhadap stimulus yang bervariasi.
Salah satu teori belajar behavioristik connectionism dari Thorndike
menyatakan bahwa belajar merupakan proses coba-coba sebagai reaksi terhadap
stimulus. Respons yang benar akan semakin diperkuat melalui serangkaian proses
coba-coba, sementara respons yang tidak benar akan menghilang. Dari teori ini
Thorndike mengemukakan hukum belajar yang disebut law of effect artinya jika
sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan
respon akan semakin kuat.sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai
respons, semakin lemah pula hubungan stimulus respons tersebut.[6]
Ciri dari teori belajar behavioristik adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Dalam hal konsep pembelajaran, proses cenderung pasif berkenaan dengan teori
behavioris. Pelajar menggunakan tingkat keterampilan pengolahan rendah untuk
memahami materi dan material sering terisolasi dari konteks dunia nyata atau
situasi. Little tanggung jawab ditempatkan pada pembelajar mengenai
pendidikannya sendiri.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan
pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat
materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran
yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.[7]
Ada beberapa tokoh teori behavioristik. Tokoh-tokoh aliran behavioristik tersebut antaranya adalah Thorndike dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para
tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.
1.
Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan
tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat
diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran
behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan
bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike
ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek;
(2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini
menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang
belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan
konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara
stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang
kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Menurutnya respon yang diterima
seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan
saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon
yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.
Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus
memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami
konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul
akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan
perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya
akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu
penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Pandangan saya terhadap teori belajar behaviorisme
yang menekankan pada hasil dari pada proses merupakan suatu teori belajar yang
membuat siswa menjadi seorang yang pasif. Siswa hanya menjadi pendengar dan
tidak diberikan kebebasan untuk mengembangkan belajarnya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya
stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya
pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati
tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pelajar untuk berfikir
linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa
belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak
faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar
pembentukan atau shaping.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak
struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat
dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir
seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama
terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar
atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Menurut saya saat ini kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) di Indonesia beraliran behavioristik. Karena KTSP
berorientasi pada nilai atau hasil dibanding dengan proses belajar. Guru lebih
mementingkan dan mencari cara bagaimana agar out put dari pembelajaran tersebut
dapat memiliki hasil nilai yang baik tanpa mementingkan proses belajar apakah siswa
tersebut aktif dan bisa mengembangkan kreasinya atau hanya menjadi pendengan
dengan ilmu yang tidak bisa mereka kembangkan.
Islam memandang teori behaviorisme memiliki suatu
kelebihan kaidah hukum dalam menelaah konsep manusia. Aliran behaviorisme mempelajari terbentuknya perilaku
manusia berdasarkan konsep stimulus dan respon, yang berarti perilaku manusia
sangat terkondisi oleh lingkungan. Satu – satunya motivasi yang mendorong
manusia bertingkah laku adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Konsep ini
mengisyaratkan bahwa ketika manusia dilahirkan, ia tidak membawa bakat apa –
apa dan mengingkari potensi alami manusia. Aliran behaviorisme menolak determinan perilaku manusia,
karena manusia berkembang atas dasar stimulasi dari lingkungannya.
6. MULTIPLE INTELEGENSI
Menurut beberapa ahli intelegensi adalah keahlian
untuk memecahkan masalah. Intelegensi adalah keahlian memecahkan masalah dan
kemampuan untuk beradaptasi pada belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.[8]
Multiple intelegensi adalah kecerdasan ganda yang ada dan dimiliki pada diri
seseorang.
Howard Gardner memperkenalkan dan
sekaligus mempromosikan hasil penelitiannya yang berkaitan dengan kecerdasan
ganda (Multyple Inteligences). Hasil penelitiannya menunjukan bahwa tidak ada
satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan, melainkan
semua kecerdasan bekerja sama sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu.
Howard Gardner (1983)
mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki delapan jenis
kecerdasan dasar yaitu :
1. Kecerdasan
bahasa/ verbal
Kecerdasan bahasa berisi
kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk
mengekspresikan arti yang kompleks. Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan
bahasa yaitu : pengarang, penyair, wartawan, pembicara, pembaca berita, humor,
berpikir simbolik. Kecerdasan ini dapat di perkuat dengan kegiatan-kegiatan
berbahasa baik tulisan dan lisan.
- Kecerdasan matematis logis
Kecerdasan
logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan,
penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan
melakukan operasi matematis yang kompleks. Contoh – contoh orang yang
memiliki kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan, matematikawan, akuntan,
insinyur, dan pemrogram computer. Kecerdasan ini diaktifkan bila seseorang
mengahadapi masalah atau tantangan baru dan berusaha menyelesaikannya.
- Kecerdasan spasial/ruang
Orang yang
memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki kapasitas dalam berfikir
secara tiga dimensi. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan
spasial adalah pelaut, pilot, pematung, pelukis dan arsitek. Kecerdasan
spasial memungkinkan individu dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal
maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis.
Kuncinya adalah kemampuan indra pandang dan berimajinasi
- Kecerdasan kinestetis jasmani
Kecerdasan
kinestetik tubuh adalah kecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek
dan cakap melakukan aktivitas fisik. Contoh-contoh orang yang memiliki
kecerdasan kinestetik yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan pengrajin, pantomime
dll.
- Kecerdasan musikal
Kecerdasan
musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama
musik. Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang baik antara lain ;
komposer, konduktor, musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang
sensitif terhadap unsur suara.
- Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan
interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami
dan dapat melakukan interaksi secara efektif dengan orang lain. Kecerdasan
interpersonal akan dapat dilihat dari beberapa orang seperti; guru yang sukses,
pekerja sosial, aktor, politisi, pemuka agama. Saat ini orang mulai menyadari
bahwa kecerdasan interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh kesuksesan seseorang.
- Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan
intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi
yang akurat tentang diri sendiri seperti perasaan, proses berpikir, refleksi
diri, intuisi dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan
mengarahkan orang lain.
- Kecerdasan naturalis
Kecerdasan
naturalis banyak dimiliki oleh pakar lingkungan. Seorang penduduk pedalaman
dapat mengenali tanda-tanda akan terjadi perubahan lingkungan. Misalnya dengan
mengamati gejala-gejala alam. Keahlian mengenali dan mengkategorikan
spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam adalah contoh orang
tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan ini.
Dari
kedelapan kecerdasan yang dikemukakan di atas, kecerdasan yang dominan dalam
diri saya terdapat kecerdasan matematis dan kecerdasan intrapersonal. Saya
merasa memiliki kecerdasan matematis karena saya senang dengan kegiatan
menghitung. Sejak kecil saya sudah mulai berhitung dan memadukan perhitungan
yang mudah dengan perhitungan yang sedikit lebih kompleks. Pada saat SD saya
senang menghitung menggunakan sempoa dan selalu berlatih menghitung atau
berlatih pelajaran matematika pada buku paket yang ada.
Saat ini saya senang dengan
pelajaran akuntansi, saya tertarik sekali jika berhubungan dengan pelajaran
akuntansi. Karena pada dasarnya cita-cita saya adalah menjadi menteri keuangan
ataupun menjadi seorang akuntan hebat. Menurut saya pelajaran akuntansi yang
berhubungan dengan perhitungan itu membutuhkan suatu ketelitian, konsentrasi
dan kemampuan berhitung. Dengan memperbanyak latihan saya menjadi mahir dalam
pelajaran tersebut.
Selain itu saya merasa di dalam diri
saya terdapat kecerdasan intrapersonal, yaitu kecerdasan dalam memahami diri
sendiri dan menata kehidupan secara efektif. Dapat saya katakan bahwa dalam
mengatur kehidupan saya merasa lebih cerdas, contohnya saja dalam memanage
waktu untuk mengerjakan tugas dan bermain. Selain itu saya juga merasa saya
dapat merencanakan sesuatu yang membangun atau mempengaruhi orang lain.
Cara yang dapat saya lakukan dalam
mengasah kecerdasan yang ada yaitu :
1. Melatih
dengan mengerjakan latihan-latihan berhitung;
2. Mengkombinasikan
rumus;
3. Meneliti
setiap perbedaan dan memperoleh penyelesaian dengan rumus yang sama;
4. Memilih
seorang tokoh yang dapat saya jadikan figur sebagai contoh dalam mengatur dan
mengefektifkan pola hidup saya;
5. Berfirik
dengan semua cara agar mencapai tujuan hidup yang efektif.
Itulah yang dapat saya lakukan untuk
mengembangkan kecerdasan yang ada di dalam diri saya. Tabel berikut akan menggambarkan
tentang kecenderungan dan kegemaran dan perilaku yang dapat dimati dan
metode belajar yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan masing-masing kecerdasan.
Tabel. 1.
Kecenderungan dan Metode Belajar
yang dapat digunakan untuk meningkatkan Kecerdasan Ganda
JENIS KECERDASAN
|
KECENDERUNGAN /
KEGEMARAN
|
METODE BELAJAR
|
Bahasa / Verbal
|
Gemar :
-
membaca
-
Menulis
-
Bercerita
-
Bermain kata
|
Membaca,
menulis, mendengar
|
Matematis Logis
|
Gemar :
-
bereksperimen
-
tanya jawab
-
menjawawab teka-teki
logis
|
Berhitung,
aplikasi rumus, eksperimen
|
Spasial
|
Gemar :
-
Mendesain
-
Menggambar
-
Berimajinasi
-
Membuat sketsa
|
Observasi,
menggambar, mewarnai, membuat peta
|
Kinestetik tubuh
|
Gemar :
-
menari
-
berlari
-
melompat
-
meraba
-
memberi isyarat
|
Membangun,
mempraktekan. menari, ekspresi
|
Musikall
|
Gemar :
-
bernyanyi
-
bersiul
-
bersenandung
|
Menyanyi, menghayati lagu, mamainkan instrumen
musik
|
Interpersonal
|
Gemar :
-
memimpin
-
berorganisasi
-
bergaul
-
menjadi mediator
|
Kerjasama dan interaksi dengan orang lain
|
Intrapersonal
|
Gemar :
-
menyusun tujuan
-
meditasi
-
imajinasi
-
membuat rencana
-
merenung
|
Berfikir filosofi, analitis, berfikir reflektif
|
Naturalis
|
Gemar :
-
bermain dengan flora fauna
-
mengamati alam
-
menjaga lingkungan
|
Observasi alamdan mengidentifikasi karakteristik
flora dan fauna
|
77. MOTIVASI
Motivasi adalah gejala psikologis
dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.[5] Motivasi
juga merupakan proses yang memberikan semangat, arah, dan kegigihan perilaku,
dimana perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan
bertahan lama.
Mc. Donald mengatakan bahwa motivasi
adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik,
1992 : 173). Motivasi adalah dorongan atau rangsangan psikologis seseorang
untuk belajar secara sungguh-sungguh, penuh konsentrasi sehingga dapat mencapai
tujuan yang diinginkan.
Motivasi dapat dibahas dari dua
sudut pandang, yang pertama motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang
atau yang biasa disebut motivasi insternal dan motivasi yang berasal dari luar
diri seseorang yang disebut motivasi eksternal. Yang dimaksud dengan motivasi
internal adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi eksternal adalah motif atau dorongan yang
aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.[6]
Dalam motivasi internal anak didik
termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang
terkandung di dalam bahan pelajar tersebut. Sedangkan motivasi eksternal
menempatkan tujuan belajar karena anak didik hendak mencapai tujuan yang
terletak di luar hal yang dipelajarinya, contohnya seperti ingin mendapat
pujian, nilai tertinggi, mendapat hadiah dan sebagainya.
Allah berfirman dalam Al-Quran:“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar-Ra’d: 11)
Dari ayat di atas kita bisa mengambil kesimpulan
bahwa ternyata motivasi yang paling kuat adalah dari dalam diri seseorang.
Motivasi sangat berpengaruh dalam gerak-gerik seseorang dalam setiap
tindak-tanduknya.
Saat ini saya berada di jurusan
manajemen pendidikan, dimana dalam jurusan manajemen pendidikan tersebut terdapat
banyak sekali mata kuliah yang menarik dan harus benar-benar serius dalam
memahaminya. Motivasi internal yang mempengaruhi saya dalam belajar di jurusan
ini adalah dorongan bagaimana saya dapat memahami arti penting dari semua mata
kuliah yang ada terutama tentang pendidikan. Karena pada dasarnya pendidikan
suatu kegiatan memelihara dan memberikan latihan, yang memerlukan adanya ajaran
terutama mengenai akhlak dan kecerdasan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dapat disimpulkan bahwa dengan pendidikan saya dapat mengetahui bagaimana
menjadi manusia yang sesungguhnya.
Keinginan untuk menjadi orang yang terdidik,
yang berpengetahuan, keinginan untuk maju dan yang memiliki keahlian dalam
bidang tertentu khususnya bidang manajemen dan keguruan adalah motivasi
internal yang mempengaruhi saya belajar dalam jurusan manajemen pendidikan ini.
Selain itu keinginan saya untuk mengerti dan memahami mata kuliah yang ada agar
saya dapat mengaplikasikan ilmu yang saya dapat dari semua mata kuliah yang
saya pelajari juga merupakan motivasi internal saya. Cara yang dapat saya
lakukan terhadap motivasi internal yang ada dalam diri saya yaitu dengan
membiasakan rajin belajar dan berusaha selalu meluangkan waktu untuk membaca
setiap mata kuliah yang ada. Biasanya malam hari sebelum mata kuliah
berlangsung saya sudah mulai membaca materi yang ada agar saya dapat lebih
memahami dan bisa mengikuti mata kuliah yang berlangsung dengan fokus.
Membaca adalah aktifitas utama dalam proses
belajar. Dalam kaidah Islam diketahui bahwa perintah hukumnya wajib, siapa yang
meninggalkan atau melalaikan perintah akan mendapatkan konsekuensi. Maka, jika
aktifitas belajar dalam artian membaca adalah perintah dalam Islam maka
hukumnya wajib, dan ini pun telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW.
طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap
muslim” (HR. Baihaqi)
Yang menjadi motivasi eksternal saya
belajar di jurusan ini adalah bagaimana sebisa saya belajar dengan tujuan
memperoleh nilai IPK tinggi di kelas dan menjadi salah satu mahasiswa yang
dianggap memiliki kecerdasan di dalam kelas. Selian ingin mendapatkan IPK
tinggi, yang menjadi motivasi eksternal dalam diri saya yaitu terdapat rasa
atau keinginan dipuji oleh kedua orang tua saya karena kebanggaan mereka
terhadap saya yang memperoleh nilai baik. Tetapi bukan hanya hal itu, motivasi
eksternal dari orang tua yang selalu menyemangati saya dalam mengadapi setiap
masalah dan tugas-tugas kuliah yang ada ini membuat saya lebih terpangaruh dan
terdorong untuk lebih giat belajar di jurusan manajemen pendidikan ini.
88. TEORI BELAJAR YANG COCOK PADA JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
Menurut pendapat saya, setelah mempelajari
tentang teori belajar diantaranya :
1. Teori belajar behavioristik;
2.
Teori belajar
kognitif;
3.
Teori belajar
konstruktivisme;
4.
Teori belajar
humanistik;
5. Teori belajar sibenetik.
Saya dapat menyimpulkan bahwa teori
belajar yang cocok pada jurusan saya saat ini yaitu teori belajar humanistik.
Teori belajar humanistik adalah teori belajar yang betujuan untuk memanusiakan
manusia. Teori belajar humanistik bersifat lebih abstrak dan lebih mendekati
kajian filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang kajian
psikologi belajar. Proses belajar dianggap berhasil jika mahasiswa dapat
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. mahasiswa dalam proses belajarnya
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya. Teori humanistik cendrung bersifat elektik, maksudnya
teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.
Berdasarkan teori humanistik,
mahasiswa di tuntut untuk aktif dan menggunakan pengalaman yang ada dalam
segala kegiatan pembelajaran mata kuliah apapun. Contohnya dalam perkuliahan
psikologi pendidikan, mahasiswa harus selalu berperan aktif agar pembelajaran
dapat terlaksana dengan baik. Dalam diskusi kelas, mahasiswa dipersilahkan
untuk memberikan pendapatnya atau memberikan pertanyaan terhadap materi yang
sedang disajikan oleh kelompok lainnya. Hal ini membuktikan bahwa dengan
memberikan kesempatan berpendapat kepada mahasiswa, mahasiswa dapat berperan
aktif dan mengembangkan pemikirannya.
Terlebih pada jurusan manajemen
pendidikan disini out put dari manajemen pendidikan haruslah menguasai pengetahuan
bukan hanya dalam bidang pendidikan atau mengajar di sekolah, tetapi juga harus
mampu dalam memanage pendidikan atau memanage sekolah yang ada agar menjadi
lebih baik lagi. Tentunya dalam memiliki pengetahuan dan keterampilan ini kita
harus berani untuk berbicara di depan umum, memiliki wawasan luas, dan
mengaitkan pengalaman belajar yang kita miliki. Semua ini dapat dimiliki dengan
membiasakan diri aktif dalam setiap kegiatan belajar di kelas.
9. CIRI-CIRI GURU YANG BERALIRAN BEHAVIORISME
Berdasarkan teori belajar
behaviorisme, maka kita dapat mengetahui apa saja ciri-ciri guru yang menganut
aliran atau teori belajar behaviorisme tersebut, diantaranya :
1.
Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa
merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar;
2.
Mementingka mekanisme
terbentuknya hasil belajar;
3.
Mementingkan pengaruh
lingkungan;
4.
Mementingkan peranan
reaksi (respons);
5.
Mementingkan
pembentukan kebiasaan;
6.
Pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diamati;
7.
Evaluasi
belajar menuntut jawaban yang benar yang diinginkan oleh guru;
8.
Memiliki ciri
khusu dalam penyelesaian atau pemecahan masalah dengan mencoba dan gagal;
9.
Memberikan
suatu hukum terhadap kesalahan siswa;
10. Menekankan peranan latihan;
11. Guru memberikan pelajaran lebih banyak dengan menggunakan buku
teks.
10. CIRI-CIRI GURU YANG BERALIRAH HUMANISME
Ciri-ciri guru yang beraliran
humanisme dapat kita ketahui sebagai berikut :
1.
Guru menjadi
fasilitator bagi siswa;
2.
Guru mamfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa
untuk memperoleh tujuan pembelajaran;
3.
Guru menjadi motivator dan memberi
motifasi kepada siswanya dalam memaknai pengalaman belajarnya;
4.
Membantu siswa mengembangkan
dirinya;
5.
Guru menghendaki materi yang
disukai dan relevan bagi siswa;
6.
Guru memberikan perhatian terhadap kebutuhan peserta didik sewaktu beraktivitas di dalam
kelas;
7.
Guru mampu menghadapi kondisi
tertentu siswa;
8.
Guru memahami prinsip pendidikan
dan pembelajaran;
9.
Guru memiliki sikap saling
menghargai;
10.
Guru mampu menghubungkan kemampuan
akademik ke dalam kemampuan terpakai.
SUMBER
:
John W Santrock. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.
2013.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,
(Bandung : Remaja Rosdakarya), 2014.
Yuli
Ningsih, Psikologi Pendidikan dan Manfaat Bagi Guru, http://yuliningsihcool.blogspot.com/2013/11/psikologi-pendidikan-dan-manfaat-bagi.html (diakses pada 25 April 2015)
John Muli, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, http://johnmuli.blogspot.com/2012/06/teori-teori-belajar-dan-pembelajaran.html
(diakses pada 26 April 2015 pukul 03:41)
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos
Wacana Ilmu), 2001.
Hasanudin, Teori Belajar Behaviorisme, Kognitif,
Konstruktivisme, dan Humanistik, http://hasanudin-bio.blogspot.com/2011/05/teori-belajar-behaviorisme-kognitif.html
(diakses pada 26 April 2015 pukul 04:06)
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta :
Rineke Cipta), 2011.
[1] John W
Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Kencana), 2013, hal : 5
[1] John Muli, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, http://johnmuli.blogspot.com/2012/06/teori-teori-belajar-dan-pembelajaran.html (diakses pada 26 April 2015 pukul 03:41)
[2] Muhibbin
Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu), 2001, hal : 84
[3]
Hasanudin, Teori Belajar Behaviorisme, Kognitif, Konstruktivisme, dan
Humanistik, http://hasanudin-bio.blogspot.com/2011/05/teori-belajar-behaviorisme-kognitif.html
(diakses pada 26 April 2015 pukul 04:06)
[4] Op.Cit
John W Santrock, hal : 134
[5] Syaiful
Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineke Cipta), 2011, hal :152
[6] Ibid hal
: 151
[1] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya), 2014, hal : 21
[2] Yuli Ningsih, Psikologi
Pendidikan dan Manfaat Bagi Guru, http://yuliningsihcool.blogspot.com/2013/11/psikologi-pendidikan-dan-manfaat-bagi.html (diakses pada 25 April 2015)
[3] Op.Cit,
hal : 42