0

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Posted by Unknown on 12:24 AM


PSIKOLOGI PENDIDIKAN





DISUSUN OLEH :

RATNA SARI (11140182000026)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2015



1. DEFINISI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Definisi psikologi pendidikan menurut Jhon Dewey

Jhon Dewey merupakan seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang termasuk Mazhab Pragmatisme. Selain sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang  pendidikan.  Dewey dilahirkan di Burlington pada tahun 1859. Setelah menyelesaikan studinya di Baltimore, beliau menjadi guru besar dalam bidang filsafat dan kemudian dalam bidang pendidikan pada beberapa universitas. Sepanjang kariernya, Dewey menghasilkan 40 buku dan lebih dari 700-an artikel. Dia menjadi motor penggerak untuk mengaplikasikan psikologis di tingkat praktis. Dewey membangun labolatorium psikologi pendidikan pertama di AS pada tahun 1894.

Jhon Dewey menjadi tokoh kedua dalam membentuk psikologi pendidikan pada tahun 1859-1952. Banyak ide-ide penting yang dicetuskan oleh beliau yaitu :

Pertama, dewey memberikan pandangan bahwa anak sebagai pembelajaran aktif (aktive learning), hal ini membuktikan bahwa menurut dewey anak-anak mestinya tidak duduk diam di kursi dan hanya mendengarkan pelajaran secara pasif, anak-anak haruslah berperan aktif dalam pembelajaran. Anak-anak akan belajar  secara lebih secara lebih baik jika mereka aktif.

Kedua, menurut dewey pendidikan harusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dewey beranggapan bahwa anak-anak seharusnya tidak hanya mendapat pelajaran akademik saja, tetapi juga harus diajarkan cara untuk berpikir dan beradaptasi dengan dunia di luar sekolah, dengan kata lain anak bukan hanya diberikan pelajaran dengan belajar yang besifat formal saja, tetapi diajarkan juga pembelajaran yang bersifat informal. Dewey berpendapat bahwa dengan memberikan ruang untuk anak beradaptasi dengan lingkungan bertujuan agar anak mampu memecahkan masalah secara reflektif.

Ketiga, Dewey berpendapat bahwa semua anak berhak mendapat pendidikan yang selayaknya, dalam hal ini seorang anak haruslah mendapatkan pendidikan yang patut untuk usianya. Cita-cita demokratis ini belum muncul pada pertengahan abad ke-19, sebab pada saat itu pendidikan hanya diberikan kepada sebagian anak kecil terumata dari keluarga kaya. Dewey mendukung pendidikan yang layak bagi semua anak, lelaki maupun perempuan, dari semua lapisan ekonomi dan etnis.[1]

Berdasarkan definisinya psikologi pendidikan yang telah dikemukakan oleh Jhon Dewey di atas, saya memiliki pendapat yang sama atau saya menyetujui pendapat beliau. Sebab menurut saya, Dewey mengemukakan ide tentang psikologi pendidikan yang menganggap bahwa pendidikan progresif atau partisipatif, yang menekankan pada interes personal, faktor-faktor sosial dan kegiatan-kegiatan yang bersifat praktis. Pendidikan partisipatif disini dalam prosesnya menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam pendidikan. Jhon Dewey beranggapan bahwa pendidikan harus dilaksanakan pada semua umur, tidak memandang status sosial, ekonomi, ras dan gender. Saya setuju bahwa dalam pembelajaran haruslah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. pola pendidikan partisipatif ini menuntut para peserta didik agar dapat melakukan pendidikan secara aktif. Bukan hanya pasif, mendengar,mengikuti, mentaati, dan mencontoh guru. Tanpa mengetahui apakah yang diikutinya baik atau buruk. Dalam pendidikan partisipatif seorang pendidik lebih berperan sebagai tenaga fasilitator, sedangkan keaktifan lebih dibebankan kepada peserta didik. Pendidikan partisipatif dapat diterapkan dengan cara mengaktifkan peserta didik pada proses pembelajaran yang berlangsung. Siswa dituntut untuk dapat mengembangkan kecerdasanemosional, keterampilan, kreatifitas. Dengan cara melibatkan siswa secara langsung ke dalam proses belajar. Sehingga nantinya peserta didik dapat secara mandiri mencari problem solving dari masalah yang di hadapi. Pendidikan partisipatif membawa peserta didik untuk mampu berhadapan secara langsung dengan realitas yang ada dilingkungannya. Sehingga, peserta didik dapat mengintegrasikan antara materi yang ia pelajari di kelas dengan realitas yang ada. Dengan adanya peran serta keaktifan siswa dalam kegiatan belajar, diharapkan dapat menciptakan situasi yang edukatif yang pada akhirnya akan dapat memberikan warna dan corak dari keluaran yang dihasilkan sehingga keluaran yang dihasilkan adalah manusia-manusia yang berkualitas unggul, berkompetitif, insiatif, adaptif dan kreatif sanggup menjawab tantangan zamannya.

Firman allah dalam al quran surat al-alaq ayat 1-5




Artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dari ayat di atas telah dijelaskan bahwa manusia sejak awal penciptaannya pun telah dianjurkan untuk belajar yaitu membaca. Selain itu dari ayat ini pula agama menjelaskan bahwa manusia diajarkan untuk mengetahui apa yang tidak diketahui olehnya sebelumnya. Jelaskan bahwa dalam perspektif islam sendiri, ide-ide psikologi pendidikan yang dicetuskan oleh Jhon Dewey memiliki konsep bahwa manusia memiliki kemampuan-kemampuan sesuai dengan fitrah kejadiannya, yang dapat memecahkan problematika hidupnya, telah mempengaruhi pendidikan, di mana dengan pembaharuan-pembaharuan pendidikan telah dapat mempengaruhi manusia untuk maju. Sehingga semakin tinggi tingkat berpikirnya manusia maka semakin tinggi pula tingkat budaya dan peradaban manusia. Hasilnya, anak-anak tumbuh menjadi dewasa, masyarakat yang sederhana dan terbelakang menjadi masyarakat yang komplek dan maju.

2. MANFAAT BELAJAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dengan mempelajari psikologi pendidikan, kita memperoleh manfaat untuk :
1.      Mengetahui dan Mamahami Proses Perkembangan Peserta Didik atau Siswa
Pada suatu kelas, biasanya terdiri dari sejumlah orang dengan perbedaan usia dan perbedaan substansial dalam merespon pengajaran. Dengan mempelajari psikologi pendidikan yang berhubungan dengan perkembangan siswa dan ciri-ciri yang mengiringi perkembangan tersebut, maka kita dapat mengetahui bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk mengahadapi perbedaan yang ada di dalam kelas. Tahapan-tahapan perkembangan yang lebih perlu dipahami sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses mengajar dan belajar adalah tahapan-tahapan yang berhubungan dengan perkembangan ranah cipta para siswa dalam menjalani proses belajar mengajar dan pembelajaran materi tertentu.
2.      Memahami Cara Belajar Siswa
Di mana pun proses pendidikan berlangsung, alasan utama kehadiran guru adalah untuk membantu siswa agar belajar sebaik-baiknya. Oleh karena itu, memahami sepenuhnya cara dan tahapan belajar yang terjadi pada diri siswa merupakan hal yang mendasar bagi seorang guru.
Pengetuan yang harus dimiliki mengenai proses belajar tersebut meliputi :
1.      Arti penting belajar;
2.      Teori-teori belajar;
3.      Hubungan belajar dengan memori dan pengetahuan;
4.      Fase-fase yang dilalui dalam peristiwa belajar;
5.      Alternatif yang dapat diambil untuk menolong siswa dalam mengatasi kesulitan belajar.
3.      Membantu Pengambilan Keputusan Untuk Pengelolaan Proses Belajar Mengajar
Dalam pengelolaan sebuah proses belajar mengajar, seorang guru dituntut untuk menjadi figur sentral yang kuat dan berwibawa namun tetap bersahabat. Sebelum mengelola sebuah program tersebut, perlulah merencanakan terlebih dahulu satuan bahan atau materi dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Agar sebuah pengelolaan proses belajar mengajar mencapai sukses, seorang guru hendaknya memandang dirinya sendiri sebagai seorang profesional yang efektif. Keprofesionalan tersebut dapat terwujud dengan adanya manfaat dari mempelajari psikologi pendidikan, keputusan yang dapat diambil tersebut mengenai materi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan penegasan tujuan-tujuan penyajian materi secara eksplisit.[2]
4.      Memberikan Bimbingan dan Pengarahan kepada Siswa
Selain berperan sebagai pengajar di dalam kelas, seorang guru juga diharapkan bisa menjadi seorang pembimbing yang mampu memberikan bimbingan kepada peserta didiknya, terutama ketika peserta didik mendapatkan permasalahan akademik. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbeda-beda. Dengan berperan sebagai seorang pembimbing seorang pendidik juga lebih bisa melakukan pendekatan secara emosional terhadap peserta didiknya. Jika sudah tercipta hubungan emosional yang positif antara pendidik dan peserta didiknya, maka proses pembelajaran juga akan tercipta secara menyenangkan.
5.      Untuk Mengetahui Penggunaan Media Pembelajaran
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan guru untuk merencanakan dengan tepat media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual, sehingga dapat memberikan gambaran nyata kepada peserta didik.
6.      Penyusunan Jadwal Pelajaran
Jadwal pelajaran harus disusun berdasarkan kondisi psikologi peserta didik. Misalnya mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa seperti matematika ditempatkan di awal pelajaran, di mana kondisi siswa masih segar dan semangat dalam menerima materi pelajaran.
7.      Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi  pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
8.      Berinteraksi secara tepat dengan siswanya
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh simpati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
9.      Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Tugas utama guru adalah mengajar di dalam kelas dan melakukan evaluasi dari hasil pengajaran yang sudah dilakukan. Dengan mempelajari psikologi pendidikan diharapkan seorang pendidik mampu memberikan penilaian dan evaluasi secara adil menyesuikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya. Psikologi pendidikan juga dapat membantu guru dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.[3]


3. METODE YANG MEMUDAHKAN PEMBELAJARAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dalam mempelajari psikologi pendidikan, metode yang paling mudah adalah dengan metode pembelajaran berbasis praktik atau pembelajaran dengan simulasi dari materi yang dibahas. Metode yang dapat dilakukan juga misalnya seperti diskusi kelompok yang mendiskusikan tentang materi dengan menuliskan setiap hasil diskusi pada kertas karton besar dan dipresentasikan di depan kelas. Tulisan di tuliskan di kertas karton besar dengan sejumlah warna yang menarik memiliki tujuan agar audiens tertarik untuk membaca hasil diskusi kelompok dan agar tidak terlihat monoton. Menulis disini juga memberikan peluang kepada mahasiswa untuk mengembangkan bakat menulis dan menghias tulisan tersebut dengan seni yang dilatar belakangi kecerdasan spasial.
Menurut saya metode seperti itu sangat menarik dan mempermudah memahami pelajaran psikologi pendidikan. Sebab jika tidak dengan metode seperti itu maka saya akan merasa bosan dengan teori-teori yang banyak dan mungkin sulit untuk memahaminya. Selain mudah memahami, dengan adanya diskusi kelompok dan presentasi saya bisa bertukar pikiran dengan yang lain, mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas lagi mengenai psikologi pendidikan

34. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa petumbuhan adalah tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. pertumbuhan berarti perubahan kuantitatif yang mengacu pada jumlah, besar dan luas yang bersifat konkret. Sedangkan perkembangan adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Perkembangan adalah rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Perkembangan berarti proses perubahan kualitatif mengacu pada fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniah itu sendiri. penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.[4]
Perkembangan ranah psiko-fisik memfokuskan pada proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses perkembangan tersebut meliputi :
1.      Perkembangan motor (motor development) yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills).
2.      Perkembangan kognitif (cognitive development) yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak.
3.      Perkembangan sosial dan moral (social and moral development) yakni proses perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Berdasarkan definisi di atas, menurut saya hal yang paling menyenangkan dalam mempelajari pertumbuhan dan perkembangan adalah kita dapat mengetahui bagaimana perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan itu. Selain itu kita dapat mengetahui perbedaan keduanya, kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan dalam diri kita sendiri, faktor apa yang menyebabkan perkembangan, tugas-tugas yang harus dilakukan pada fase perkembangan, arti penting perkembangan dan metode mengaplikasikan tugas perkembangan dalam kehidupan.
Hal yang menyenangkan lainnya yaitu kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan kecerdasan atau kognitif dalam diri kita dalam proses belajar. Ranah psikologis yang terpenting dalam diri siswa adalah ranah kognitif. Organ otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal pikiran, melainkan juga menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan. Orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang sudah tentu karena memiliki kelebihan dalam hal kemampuan otak, apabila tidak disertai dengan iman akan cenderung memanipulasi kebenaran dari allah. Dalam al quran juga telah dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 75.


Artinya : “apakah engkau masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengan firman Allah lalu mereka mengubahnya setalah mereka memahaminya sedang mereka mengetahui.”
Itulah sebabnya pendidikan dan pengajaran perlu diupayakan sedemikian rupa agar ranah kognitif para siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab dalam arti tidak menimbulkan nafsu serakah dan kedustaan yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga merugikan orang lain.
Hal yang menyenangkan pada saat belajar di kelas tentang pertumbuhan dan perkembangan adalah dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menyebutkan perkembangan mulai dari tingkat SD hingga saat ini dan juga memberikan kesempatan diskusi kelompok, dalam diskusi tersebut disertakan pertumbuhan dan perkembangan saat ini pada kertas karton besar. Dengan hal tersebut materi pertumbuhan dan perkembangan dapat mudah dimengerti dan difahami.

5. TEORI BELAJAR
Teori Belajar Behavioristik
Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.
Dalam teori belajar ini, yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau out put yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan, karena tidak dapat diamati dan diukur. Yang hanya dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya dapat diamati dan diukur.[5]
Premis dasar teori belajar behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara stimulus respons dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Teori belajar behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atas respons yang muncul terhadap stimulus yang bervariasi.
Salah satu teori belajar behavioristik connectionism dari Thorndike menyatakan bahwa belajar merupakan proses coba-coba sebagai reaksi terhadap stimulus. Respons yang benar akan semakin diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba, sementara respons yang tidak benar akan menghilang. Dari teori ini Thorndike mengemukakan hukum belajar yang disebut law of effect artinya jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat.sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, semakin lemah pula hubungan stimulus respons tersebut.[6]
Ciri dari teori belajar behavioristik adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Dalam hal konsep pembelajaran, proses cenderung pasif berkenaan dengan teori behavioris. Pelajar menggunakan tingkat keterampilan pengolahan rendah untuk memahami materi dan material sering terisolasi dari konteks dunia nyata atau situasi. Little tanggung jawab ditempatkan pada pembelajar mengenai pendidikannya sendiri.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.[7]
Ada beberapa tokoh teori behavioristik. Tokoh-tokoh aliran behavioristik tersebut antaranya adalah Thorndike dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.
1.      Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.


Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Pandangan saya terhadap teori belajar behaviorisme yang menekankan pada hasil dari pada proses merupakan suatu teori belajar yang membuat siswa menjadi seorang yang pasif. Siswa hanya menjadi pendengar dan tidak diberikan kebebasan untuk mengembangkan belajarnya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Menurut saya saat ini kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di Indonesia beraliran behavioristik. Karena KTSP berorientasi pada nilai atau hasil dibanding dengan proses belajar. Guru lebih mementingkan dan mencari cara bagaimana agar out put dari pembelajaran tersebut dapat memiliki hasil nilai yang baik tanpa mementingkan proses belajar apakah siswa tersebut aktif dan bisa mengembangkan kreasinya atau hanya menjadi pendengan dengan ilmu yang tidak bisa mereka kembangkan.
Islam memandang teori behaviorisme memiliki suatu kelebihan kaidah hukum dalam menelaah konsep manusia. Aliran behaviorisme mempelajari terbentuknya perilaku manusia berdasarkan konsep stimulus dan respon, yang berarti perilaku manusia sangat terkondisi oleh lingkungan. Satu – satunya motivasi yang mendorong manusia bertingkah laku adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Konsep ini mengisyaratkan bahwa ketika manusia dilahirkan, ia tidak membawa bakat apa – apa dan mengingkari potensi alami manusia. Aliran behaviorisme menolak determinan perilaku manusia, karena manusia berkembang atas dasar stimulasi dari lingkungannya.

6. MULTIPLE INTELEGENSI
Menurut beberapa ahli intelegensi adalah keahlian untuk memecahkan masalah. Intelegensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.[8] Multiple intelegensi adalah kecerdasan ganda yang ada dan dimiliki pada diri seseorang.
Howard Gardner memperkenalkan dan sekaligus mempromosikan hasil penelitiannya yang berkaitan dengan kecerdasan ganda (Multyple Inteligences). Hasil penelitiannya menunjukan bahwa tidak ada satuan kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan, melainkan semua kecerdasan bekerja sama sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu.
Howard Gardner (1983) mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki delapan jenis kecerdasan dasar yaitu :
1.       Kecerdasan bahasa/ verbal
Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks. Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu : pengarang, penyair, wartawan, pembicara, pembaca berita, humor, berpikir simbolik. Kecerdasan ini dapat di perkuat dengan kegiatan-kegiatan berbahasa baik tulisan dan lisan.
  1. Kecerdasan matematis logis
Kecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan  operasi matematis yang kompleks. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemrogram computer. Kecerdasan ini diaktifkan bila seseorang mengahadapi masalah atau tantangan baru dan berusaha menyelesaikannya.
  1. Kecerdasan spasial/ruang
Orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki kapasitas dalam berfikir secara tiga  dimensi. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan spasial  adalah pelaut, pilot, pematung, pelukis dan arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan individu dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis. Kuncinya adalah kemampuan indra pandang dan berimajinasi
  1. Kecerdasan kinestetis jasmani
Kecerdasan kinestetik tubuh adalah kecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap melakukan aktivitas fisik. Contoh-contoh orang yang memiliki kecerdasan kinestetik yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan pengrajin, pantomime dll.
  1. Kecerdasan musikal
Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang baik antara lain ; komposer, konduktor, musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif terhadap unsur suara.
  1. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara efektif dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan dapat dilihat dari beberapa orang seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor, politisi, pemuka agama. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh kesuksesan seseorang.
  1. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri seperti perasaan, proses berpikir, refleksi diri, intuisi dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang lain.
  1. Kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis banyak dimiliki oleh pakar lingkungan. Seorang penduduk pedalaman dapat mengenali tanda-tanda akan terjadi perubahan lingkungan. Misalnya dengan mengamati gejala-gejala alam. Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan ini.
            Dari kedelapan kecerdasan yang dikemukakan di atas, kecerdasan yang dominan dalam diri saya terdapat kecerdasan matematis dan kecerdasan intrapersonal. Saya merasa memiliki kecerdasan matematis karena saya senang dengan kegiatan menghitung. Sejak kecil saya sudah mulai berhitung dan memadukan perhitungan yang mudah dengan perhitungan yang sedikit lebih kompleks. Pada saat SD saya senang menghitung menggunakan sempoa dan selalu berlatih menghitung atau berlatih pelajaran matematika pada buku paket yang ada.
Saat ini saya senang dengan pelajaran akuntansi, saya tertarik sekali jika berhubungan dengan pelajaran akuntansi. Karena pada dasarnya cita-cita saya adalah menjadi menteri keuangan ataupun menjadi seorang akuntan hebat. Menurut saya pelajaran akuntansi yang berhubungan dengan perhitungan itu membutuhkan suatu ketelitian, konsentrasi dan kemampuan berhitung. Dengan memperbanyak latihan saya menjadi mahir dalam pelajaran tersebut.
Selain itu saya merasa di dalam diri saya terdapat kecerdasan intrapersonal, yaitu kecerdasan dalam memahami diri sendiri dan menata kehidupan secara efektif. Dapat saya katakan bahwa dalam mengatur kehidupan saya merasa lebih cerdas, contohnya saja dalam memanage waktu untuk mengerjakan tugas dan bermain. Selain itu saya juga merasa saya dapat merencanakan sesuatu yang membangun atau mempengaruhi orang lain.
Cara yang dapat saya lakukan dalam mengasah kecerdasan yang ada yaitu :
1.      Melatih dengan mengerjakan latihan-latihan berhitung;
2.      Mengkombinasikan rumus;
3.      Meneliti setiap perbedaan dan memperoleh penyelesaian dengan rumus yang sama;
4.      Memilih seorang tokoh yang dapat saya jadikan figur sebagai contoh dalam mengatur dan mengefektifkan pola hidup saya;
5.      Berfirik dengan semua cara agar mencapai tujuan hidup yang efektif.
Itulah yang dapat saya lakukan untuk mengembangkan kecerdasan yang ada di dalam diri saya. Tabel berikut akan menggambarkan tentang kecenderungan dan kegemaran dan  perilaku yang dapat dimati dan metode belajar yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan masing-masing kecerdasan.
Tabel. 1.
Kecenderungan dan Metode Belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan Kecerdasan Ganda
JENIS KECERDASAN
KECENDERUNGAN /
KEGEMARAN
METODE BELAJAR
Bahasa / Verbal
Gemar :
-          membaca
-          Menulis
-          Bercerita
-          Bermain kata
Membaca, menulis, mendengar
Matematis Logis
Gemar :
-          bereksperimen
-          tanya jawab
-          menjawawab teka-teki
logis
Berhitung, aplikasi rumus, eksperimen
Spasial
Gemar :
-          Mendesain
-          Menggambar
-          Berimajinasi
-          Membuat sketsa
Observasi, menggambar, mewarnai, membuat peta
Kinestetik tubuh
Gemar :
-          menari
-          berlari
-          melompat
-          meraba
-          memberi isyarat
Membangun, mempraktekan. menari, ekspresi
Musikall
Gemar :
-          bernyanyi
-          bersiul
-          bersenandung
Menyanyi, menghayati lagu, mamainkan instrumen musik
Interpersonal
Gemar :
-          memimpin
-          berorganisasi
-          bergaul
-          menjadi mediator
Kerjasama dan interaksi dengan orang lain
Intrapersonal
Gemar :
-          menyusun tujuan
-          meditasi
-          imajinasi
-          membuat rencana
-          merenung
Berfikir filosofi, analitis, berfikir reflektif
Naturalis
Gemar :
-          bermain dengan flora fauna
-          mengamati alam
-          menjaga lingkungan
Observasi alamdan mengidentifikasi karakteristik flora dan fauna

77. MOTIVASI
Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.[5] Motivasi juga merupakan proses yang memberikan semangat, arah, dan kegigihan perilaku, dimana perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Mc. Donald mengatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1992 : 173). Motivasi adalah dorongan atau rangsangan psikologis seseorang untuk belajar secara sungguh-sungguh, penuh konsentrasi sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Motivasi dapat dibahas dari dua sudut pandang, yang pertama motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang atau yang biasa disebut motivasi insternal dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut motivasi eksternal. Yang dimaksud dengan motivasi internal adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi eksternal adalah motif atau dorongan yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.[6]
Dalam motivasi internal anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam bahan pelajar tersebut. Sedangkan motivasi eksternal menempatkan tujuan belajar karena anak didik hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya, contohnya seperti ingin mendapat pujian, nilai tertinggi, mendapat hadiah dan sebagainya.
Allah berfirman dalam Al-Quran:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar-Ra’d: 11)
Dari ayat di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ternyata motivasi yang paling kuat adalah dari dalam diri seseorang. Motivasi sangat berpengaruh dalam gerak-gerik seseorang dalam setiap tindak-tanduknya.
Saat ini saya berada di jurusan manajemen pendidikan, dimana dalam jurusan manajemen pendidikan tersebut terdapat banyak sekali mata kuliah yang menarik dan harus benar-benar serius dalam memahaminya. Motivasi internal yang mempengaruhi saya dalam belajar di jurusan ini adalah dorongan bagaimana saya dapat memahami arti penting dari semua mata kuliah yang ada terutama tentang pendidikan. Karena pada dasarnya pendidikan suatu kegiatan memelihara dan memberikan latihan, yang memerlukan adanya ajaran terutama mengenai akhlak dan kecerdasan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dapat disimpulkan bahwa dengan pendidikan saya dapat mengetahui bagaimana menjadi manusia yang sesungguhnya.
Keinginan untuk menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, keinginan untuk maju dan yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu khususnya bidang manajemen dan keguruan adalah motivasi internal yang mempengaruhi saya belajar dalam jurusan manajemen pendidikan ini. Selain itu keinginan saya untuk mengerti dan memahami mata kuliah yang ada agar saya dapat mengaplikasikan ilmu yang saya dapat dari semua mata kuliah yang saya pelajari juga merupakan motivasi internal saya. Cara yang dapat saya lakukan terhadap motivasi internal yang ada dalam diri saya yaitu dengan membiasakan rajin belajar dan berusaha selalu meluangkan waktu untuk membaca setiap mata kuliah yang ada. Biasanya malam hari sebelum mata kuliah berlangsung saya sudah mulai membaca materi yang ada agar saya dapat lebih memahami dan bisa mengikuti mata kuliah yang berlangsung dengan fokus.
Membaca adalah aktifitas utama dalam proses belajar. Dalam kaidah Islam diketahui bahwa perintah hukumnya wajib, siapa yang meninggalkan atau melalaikan perintah akan mendapatkan konsekuensi. Maka, jika aktifitas belajar dalam artian membaca adalah perintah dalam Islam maka hukumnya wajib, dan ini pun telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW.
طَلَبُ العِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim” (HR. Baihaqi)

Yang menjadi motivasi eksternal saya belajar di jurusan ini adalah bagaimana sebisa saya belajar dengan tujuan memperoleh nilai IPK tinggi di kelas dan menjadi salah satu mahasiswa yang dianggap memiliki kecerdasan di dalam kelas. Selian ingin mendapatkan IPK tinggi, yang menjadi motivasi eksternal dalam diri saya yaitu terdapat rasa atau keinginan dipuji oleh kedua orang tua saya karena kebanggaan mereka terhadap saya yang memperoleh nilai baik. Tetapi bukan hanya hal itu, motivasi eksternal dari orang tua yang selalu menyemangati saya dalam mengadapi setiap masalah dan tugas-tugas kuliah yang ada ini membuat saya lebih terpangaruh dan terdorong untuk lebih giat belajar di jurusan manajemen pendidikan ini.


88. TEORI BELAJAR YANG COCOK PADA JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
Menurut pendapat saya, setelah mempelajari tentang teori belajar diantaranya :
1.      Teori belajar behavioristik;
2.      Teori belajar kognitif;
3.      Teori belajar konstruktivisme;
4.      Teori belajar humanistik;
5.      Teori belajar sibenetik.
Saya dapat menyimpulkan bahwa teori belajar yang cocok pada jurusan saya saat ini yaitu teori belajar humanistik. Teori belajar humanistik adalah teori belajar yang betujuan untuk memanusiakan manusia. Teori belajar humanistik bersifat lebih abstrak dan lebih mendekati kajian filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang kajian psikologi belajar. Proses belajar dianggap berhasil jika mahasiswa dapat memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. mahasiswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Teori humanistik cendrung bersifat elektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.
Berdasarkan teori humanistik, mahasiswa di tuntut untuk aktif dan menggunakan pengalaman yang ada dalam segala kegiatan pembelajaran mata kuliah apapun. Contohnya dalam perkuliahan psikologi pendidikan, mahasiswa harus selalu berperan aktif agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Dalam diskusi kelas, mahasiswa dipersilahkan untuk memberikan pendapatnya atau memberikan pertanyaan terhadap materi yang sedang disajikan oleh kelompok lainnya. Hal ini membuktikan bahwa dengan memberikan kesempatan berpendapat kepada mahasiswa, mahasiswa dapat berperan aktif dan mengembangkan pemikirannya.
Terlebih pada jurusan manajemen pendidikan disini out put dari manajemen pendidikan haruslah menguasai pengetahuan bukan hanya dalam bidang pendidikan atau mengajar di sekolah, tetapi juga harus mampu dalam memanage pendidikan atau memanage sekolah yang ada agar menjadi lebih baik lagi. Tentunya dalam memiliki pengetahuan dan keterampilan ini kita harus berani untuk berbicara di depan umum, memiliki wawasan luas, dan mengaitkan pengalaman belajar yang kita miliki. Semua ini dapat dimiliki dengan membiasakan diri aktif dalam setiap kegiatan belajar di kelas.


9. CIRI-CIRI GURU YANG BERALIRAN BEHAVIORISME
Berdasarkan teori belajar behaviorisme, maka kita dapat mengetahui apa saja ciri-ciri guru yang menganut aliran atau teori belajar behaviorisme tersebut, diantaranya :
1.      Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar;
2.      Mementingka mekanisme terbentuknya hasil belajar;
3.      Mementingkan pengaruh lingkungan;
4.      Mementingkan peranan reaksi (respons);
5.      Mementingkan pembentukan kebiasaan;
6.      Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diamati;
7.      Evaluasi belajar menuntut jawaban yang benar yang diinginkan oleh guru;
8.      Memiliki ciri khusu dalam penyelesaian atau pemecahan masalah dengan mencoba dan gagal;
9.      Memberikan suatu hukum terhadap kesalahan siswa;
10.  Menekankan peranan latihan;
11.  Guru memberikan pelajaran lebih banyak dengan menggunakan buku teks.


10. CIRI-CIRI GURU YANG BERALIRAH HUMANISME
Ciri-ciri guru yang beraliran humanisme dapat kita ketahui sebagai berikut :
1.      Guru menjadi fasilitator bagi siswa;
2.      Guru mamfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran;
3.      Guru menjadi motivator dan memberi motifasi kepada siswanya dalam memaknai pengalaman belajarnya;
4.      Membantu siswa mengembangkan dirinya;
5.      Guru menghendaki materi yang disukai dan relevan bagi siswa;
6.      Guru memberikan perhatian terhadap kebutuhan peserta didik sewaktu beraktivitas di dalam kelas;
7.      Guru mampu menghadapi kondisi tertentu siswa;
8.      Guru memahami prinsip pendidikan dan pembelajaran;
9.      Guru memiliki sikap saling menghargai;
10.  Guru mampu menghubungkan kemampuan akademik ke dalam kemampuan terpakai.



SUMBER :

John W Santrock. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana. 2013.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya), 2014.
Yuli Ningsih, Psikologi Pendidikan dan Manfaat Bagi Guru, http://yuliningsihcool.blogspot.com/2013/11/psikologi-pendidikan-dan-manfaat-bagi.html (diakses pada 25 April 2015)
John Muli, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, http://johnmuli.blogspot.com/2012/06/teori-teori-belajar-dan-pembelajaran.html (diakses pada 26 April 2015 pukul 03:41)
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu), 2001.
Hasanudin, Teori Belajar Behaviorisme, Kognitif, Konstruktivisme, dan Humanistik, http://hasanudin-bio.blogspot.com/2011/05/teori-belajar-behaviorisme-kognitif.html (diakses pada 26 April 2015 pukul 04:06)
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineke Cipta), 2011.
 




[1] John W Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Kencana), 2013, hal : 5

[1] John Muli, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, http://johnmuli.blogspot.com/2012/06/teori-teori-belajar-dan-pembelajaran.html (diakses pada 26 April 2015 pukul 03:41)
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu), 2001, hal : 84
[3] Hasanudin, Teori Belajar Behaviorisme, Kognitif, Konstruktivisme, dan Humanistik, http://hasanudin-bio.blogspot.com/2011/05/teori-belajar-behaviorisme-kognitif.html (diakses pada 26 April 2015 pukul 04:06)
[4] Op.Cit John W Santrock, hal : 134
[5] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineke Cipta), 2011, hal :152
[6] Ibid hal : 151


[1] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya), 2014, hal : 21
[2] Yuli Ningsih, Psikologi Pendidikan dan Manfaat Bagi Guru, http://yuliningsihcool.blogspot.com/2013/11/psikologi-pendidikan-dan-manfaat-bagi.html (diakses pada 25 April 2015)
[3] Op.Cit, hal : 42






Copyright © 2009 Ratna Sari Maulana's All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.