2
BARISAN DAN DERET ARITMATIKA
Posted by Unknown
on
5:10 AM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Matematika adalah salah satu ilmu
dasar, yang semakin dirasakan interkasinya dengan bidang-bidang ilmu lainnya
seperti ekonomi dan teknologi. Peran matematika dalam interaksi ini terletak
pada struktur ilmu dan perlatan yang digunakan. Ilmu matematika sekarang ini
masih banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bidang industri, asuransi,
ekonomi, pertanian, dan di banyak bidang sosial maupun teknik.
Oleh
karena itu pembuatan makalah yang berjudul Baris dan Deret Aritmatika ini
dilatar belakangi untuk mempermudah proses belajar mengajar mata kuliah
matematika dasar serta untuk melatih pembaca agar berfikir dalam menentukan
pola bilangan, notasi sigma, jumlah baris aritmatika serta dapat menghitung
jumlah deret aritmatika.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang permasalahan yang dipaparkan di atas, pemakalah dapat merumuskan
pembahasan sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan pola bilangan, barisan dan deret ?
2. Bagaimana
cara membentuk notasi sigma ?
3. Bagaimana
menghitung dan menentukan jumlah baris aritmatika ?
4. Bagaimana
menghitung dan menentukan jumlah deret aritmatika ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan pola bilangan, barisan dan deret
2. Untuk
mengetahui bagaimana cara membentuk notasi sigma
3. Untuk
mengetahui cara menghitung barisan aritmatika
4. Untuk
mengetahui cara menghitung deret aritmatika
BAB II
ISI
2.1 POLA BILANGAN, BARISAN DAN DERET
A. Pola Bilangan
Sejak
dulu di sekolah dasar, Anda telah mengenal dan menyebutkan bilangan
1,2,3,4,5,... . Urutan bilangan-bilangan itu kemudian dikenal dengan bilangan asli. Urutan-urutan bilangan
lain yang Anda kenal misalnya, bilangan ganjil, bilangan genap, bilangan kelipatan,
bilangan kuadrat, dan sebagainya. Sebenarnya, urutan-urutan bilangan tersebut
memiliki aturan dan ketentuan-ketentuan tersendiri, sehingga dapat membuat
suatu urutan bilangan yang bermakna atau dikenal sebagai barisan bilangan. Sedangkan cara menetapkan aturan atau
ketentuan-ketentuan tertentu, sehingga dapat membentuk sebuah barisan bilangan
dinamakan dengan pola bilangan.
Pola
bilangan adalah susunan bilangan yang memiliki aturan atau pola tertentu. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita sering menerapkan ilmu matematika yang sebagian
besar tersusun dari bilangan-bilangan. Bilangan tersebut pada umumnya ada yang
membentuk suatu aturan atau pola. Agar lebih memehami pola dari urutan suatu
bilangan, perhatikan contoh-contoh berikut:
a. 1,
2, 3, 4, 5 ... mempunyai pola bilangan di tambah satu dari pola sebelumnya,
mulai dari 1.
b. 0,
2, 4, 6, 8, ... mempunyai pola bilangan di tambah dua dari pola sebelumnya,
di mulai dari 0.
c. 1,
2, 4, 8, 16, ... mempunyai pola bilangan di kalikan dengan dua dari bilangan sebelumnya,
di mulai dari 1.
d.
1, 4, 9, 16, 25, ...
mempunyai pola bilangan asli yang di kuadratkan.
B. Barisan
Barisan bilangan atau barisan, seperti telah dikemukakan
di atas adalah suatu urutan bilangan dengan aturan tertentu. Setiap bilangan
dalam suatu barisan disebut dengan suku yang disimbolkan dengan U dan setiap suku digabungkan dengan
tanda koma ( , ).
Bentuk umum sebuah barisan dapat ditulis :
U1, U2, U3,
U4, ..., Un Un
= suku ke-n
Contoh :
Tentukan lima buah suku pertama dari barisan yang
memiliki rumus suku ke-n sebagai
berikut :
a) Un = 2n – 1
Jawab :
Un = 2n – 1
U1 = 2(1) – 1 = 1
U2 = 2(2) – 1 = 3
U3 = 2(3) – 1 = 5
U4 = 2(4) – 1 = 7
U5 = 2(5) – 1 = 9
Jadi lima suku pertama barisan diatas adalah : 1, 3, 5,
7, 9
C. Deret
Perhatikan kembali barisan U1, U2, U3, U4, ..., Un.
Jika suku-suku tersebut dijumlahkan dalam bentuk U1 + U2 + U3 + U4 + ... + Un
maka penjumlahan barisan tersebut dinamakan dengan Deret. Jumlah suku-suku pada
barisan hingga n suku pertama dinyatakan dengan Sn. Misalnya jumlah 5 suku pertama ditulis S5 = U1 + U2
+ U3 + U4 + U5.
Contoh :
Diketahui suatu deret : 1 + 3 + 5 + ... hitunglah jumlah
lima suku yang pertama !
Jawab
:
S5 =
1 + 3 + 5 + 7 + 9 = 25
2.2 NOTASI SIGMA
Notasi
Sigma adalah sebuah tanda yang
dituliskan untuk menuliskan suatu penjumlahan secara singkat. Notasi sigma
dituis dengan lambang “∑”. Lambang tersebut merupakan huruf besar Yunani yang
berasal dari kata asing “sum” yang artinya jumlah. Secara umum, notasi sigma
didefinisikan sebagai berikut.
Misalnya
suatu deret diketahui U1 +
U2 + U3 +... + Un
maka dinyatakan dengan notasi sigma jumlah suku ke-n deret itu dapat
ditulis dengan notasi sigma :
Dibaca
: jumlah Uk untuk k = 1 sampai k = n huruf k dinyatakan indeks dari
suku Uk
Jika
Uk dinyatakan dalam rumus suku k-n misalnya Uk = 2k + 1 ,
maka jumlah suku ke-n deret itu ditulis dengan notasi sigma :
Contoh
soal :
1. Tulislah
deret yang dinyatakan oleh notasi sigma berikut !
Jawab:
Jawab
:
2. Nyatakan
setiap deret dibawah ini dalam bentuk notasi sigma !
1
+ 4 + 7 + 10 + 13 + 16
Jawab
:
Suku
ke 1 : 1 = 3x1-2
Suku
ke 2 : 4 = 3x2-2
Suku
ke 3 : 7 = 3x3-2
Suku
ke 4 : 10 = 3x4-2
Suku
ke 5 : 13 = 3x5-2
Suku
ke 6 : 17 = 3x6-2
Dengan
melihat pola pada suku-suku tersebut, dapat disimpulkan bahwa suku dalam
penjumlahan tersebut mempunyai pola 3k – 2. Dengan demikian :
2.3 BARISAN ARITMATIKA
Barisan Aritmetika yaitu barisan yang suku-sukunya
diperoleh dengan menambahkan suatu bilangan tetap ke suku sebelumnya. Bilangan
tetap itu disebut beda atau selisih dan dilambangkan dengan b, sedangkan suku
yang pertama (U1)
dilambangkan dengan a.
b = beda yang atau selisih
a =
suku pertama
n
= banyaknya suku
Un= suku ke-n= f(n)
Dengan notasi tersebut, bentuk barisan aritmatika secara
umum sebagai berikut:
Nilai
Un : a, a+b, a+2b, a+3b, a+4b, a+5b,…
Nilai
n
: 1 2 3
4 5 6
Rumus suku ke-n dari barisan aritmatika adalah :
dengan
b = Un – Un – 1
Contoh Soal :
1.
Diketahui
barisan aritmetika 3, 8, 13, …
a. Tentukan suku ke-10 dan rumus suku
ke-n barisan tersebut!
b. Suku keberapakah yang nilainya 198 ?
Jawab
:
a. Dari barisan aritmetika 3, 8, 13, …
diperoleh suku pertama a = 3 dan beda b = 8 – 3 = 5.
Un = a + (n – 1)b
U10 = 3 + (10 – 1)5
= 3 + 9 x 5
= 3 + 45
= 48
Un = a + (n – 1)b
= 3 + (n – 1)5
= 3 + 5n – 5
= 5n – 2
b. Misalnya Un = 198, maka berlaku :
Un = 198
5n
– 2 = 198
5n = 198 + 2
5n = 200
n = = 40
Jadi
198 adalah suku ke- 40
2.
Suku ketiga
sebuah barisan aritmatika adalah 11 dan suku ketujuh adalah 19. Tentukan :
a. Beda dan suku pertama
b. Suku ke-n
c. Suku ke-20
Jawab :
a.
U3 = 11 , U7 = 17
Un = a + ( n – 1 )b
U7 = a + 6b = 19
U3 =
a + 2b = 11 -
4b = 8 b
= 2
a + 2b = 11
a + 2(2)=11
a = 11-4 = 7
Jadi beda barisan aritmatika tersebut adalah 2 dan suku
pertama adalah 7.
b.
Un = a + (n – 1)b
= 7 + (n – 1)2
= 7 + 2n – 2
= 2n + 5
c.
Un = 2n + 5
U20 =2(20)
+ 5
= 45
2.4
DERET ARITMATIKA
Deret
aritmatika adalah penjumlahan suku-suku pada barisan aritmatika. Jumlah n suku pertama dari deret aritmatika
dilambangkan dengan Sn. Jumlah
n suku pertama dari deret aritmatika ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Atau
Hubungan Un dan Sn,
Un = Sn – Sn –
1
Contoh :
Carilah
jumlah 50 suku yang pertama dari deret aritmetika
2
+ 3 + 4 + …
Jawab:
a
= 2 , b = 3 – 2 = 1 dan n = 50
S= .50 {2.2 + (50 -
1)1}
= 25 (4 + 49)
= 25(53)
= 1325
2.5
SISIPAN ARITMATIKA
Sisipan yaitu bilangan yang
diletakkan diantara dua bilangan. Banyaknya bilangan yang disisipkan tergantung
pada yang diminta. Sisipan pada barisan artimatika
apabila diantara 2 suku disisipkan k buah suku sehingga terbentuk barisan aritmatika baru, maka beda suku baru setelah sisipan adalah :
apabila diantara 2 suku disisipkan k buah suku sehingga terbentuk barisan aritmatika baru, maka beda suku baru setelah sisipan adalah :
b' =
dengan :
b'= beda setelah sisipan
b = beda sebelum sisipan
k = banyak suku sisipan
Banyaknya suku baru setelah sisipan adalah:
n' = n + (n – 1)k
dengan :
n' = banyak suku setelah sisipan
n = banyak suku sebelum sisipan
k = banyaknya suku sisipan
Jumlah n suku pertama sesudah sisipan adalah :
Sn' = (2a + (n' - 1)b')
Contoh :
1. Diketahui
barisan aritmatika 1 , 7, 13, 19. Jika di antara dua suku berurutan disisipkan
dua bilangan sehingga terjadi barisan aritmatika baru, tentukan barisan
aritmatika baru itu !
Jawab :
1, 7, 13, 19
Dalam hal ini : n
= 4, b = 7 – 1 = 6 dan k = 2, maka
b’ = = = = 2
Sehingga barisan aritmatika
baru adalah : 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19
2. Diantara
5 dan 50 disisipi 8 bilangan sehingga membentuk barisan aritmatika. Tentukan
barisan tersebut.
Jawab :
b = 50 - 5 = 45
b' = = = = 5
Jadi barisan yg dibentuk : 5,
10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Pola
bilangan adalah susunan bilangan yang memiliki pola tertentu
2. Barisan bilangan adalah suatu urutan bilangan dengan
aturan tertentu yang masing-masing bilangan dalam urutan tersebut disebut suku
dan setiap suku digabungkan dengan tanda koma ( , ). Bentuk umum barisan
bilangan U1, U2, U3,
U4, ..., Un
3. Deret bilangan adalah penjumlahan dari suku-suku suatu
barisan, bentuk umum deret yaitu U1
+ U2 + U3 + U4 + ... + Un
4. Notasi sigma digunakan untuk menyingkat penulisan
penjumlahan baris aritmetika
5. Baris aritmetika adalah suatu barisan bilangan yang
memiliki selisih dua suku yang berurutan selalu tetap. Rumus suku ke-n baris
aritmetika Un = a + (n –
1)b
6. Deret aritmatika memiliki rumus jumlah suku pertama Sn = n
{2a + (n – 1)b}
7. Sisipan pada barisan aritmatika apabila diantara 2 suku
disisipkan k buah suku sehingga terbentuk barisan aritmatika baru dengan beda
atau selisih merupakan selisih baru.