0

BENTUK-BENTUK KURIKULUM

Posted by Unknown on 7:15 AM


ARTIKEL BENTUK-BENTUK KURIKULUM

Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, kita mengenal beberapa istilah kurikulum sebagai berikut:
1.      Written Curriculum (Kurikulum Tertulis)
Written curriculum yaitu kurikulum yang tertulis berupa dokumen-dokumen yang berisi progam pembelajaran. Kurikulum tertulis merupakan kurikulum yang sudah disetujui pmerintah. Kurikulum tertulis berfungsi sebagai pengendali untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan. Fungsi pokok dari kurikulum tertulis adalah sebagai mengantara, pengendali dan standar. Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written curriculum) dalam bentuk pembelajaran.

2.      Idea Curriculum (Kurikulum Ideal) dan Actual Curriculum (Kurikulum Aktual)
Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum. Kurikulum aktual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun demikian, kurikulum aktual seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada bahan ajar yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara bertahap dalam belajar mengajar.
Jadi, Kurikulum ideal adalah kurikulum yang diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan atau program guru dalam proses belajar mengajar. Karena kurikulum ini menjadi pedoman bagi guru maka kurikulum ini juga disebut kurikulum formal atau kurikulum tertulis (written curriculum). Namun dalam prakteknya pelaksanaan kurikulum ideal mengalami beberapa hambatan dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah sarana dan prasarana, kemampuan guru serta kebijaksanaan sekolah/kepala sekolah. Karena hal tersebut maka guru hanya bisa melakukan kurikulum sesuai dengan keadaan yang ada. Inilah yang disebut kurikulum Aktual. Semakin jauh jarak antara kurikulum ideal dengan aktual maka dapat diperkirakan makin buruklah kualitas pendidikan di sekolah tersebut demikian juga sebaliknya.
Para ahli kurikulum menganggap perlu adanya sejumlah kriteria yang digunakan sebagai pedoman, patokan, dan ukuran dua macam kurikulum tersebut. Caswell dan Campbell telah merumuskan beberapa kriteria sebagai berikut:
1)      Kegunaan isi kurikulum dalam menafsirkan, memahami dan menilai kehidupan yang kontemporer.
2)      Kegunaan isi kurikulum dalam memuaskan minat dan kebutuhan para siswa.
3)      Nilai isi kurikulum dalam mengembangkan kemampuan, sikap dan sebagainya yang dipandang bermanfaat bagi orang dewasa.
4)      Isi kurikulum hendaknya signifikan bagi bidang mata pelajaran tertentu.
Landasan Kurikulum Ideal dan Aktual
Pendidikan merupakan suatu proses sosial, karena berfungsi memasyarakatkan anak didik melalui proses sosialisasi di dalam masyarakat tertentu. Sekolah, sebagai salah satu institusi pendidikan berperan juga sebagai institusi sosial, karena melalui lembaga tersebut anak dipersiapkan untuk mampu terjun dan aktif dalam kehidupan masyarakatnya kelak.
Anak-nak berasal dari masyarakat, dan mereka belajar tentang cara hidup dalam bermasyarakat. Oleh ,karena itu, sekolah harus bekerjsama dengan masyarakat, dan program sekolah harus disusun dan diarahkan oleh masyarakat yang menunjang sekolah tersebut. Program pendidikan disusun dan dipengaruhi oleh nilai, masalah, kebutuhan, dan tantangan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu kurikulum yang ideal dan dan aktual harus disusun berlandaskan dasar sosiologis agar tercipta keseimbangan diantara keduanya dan terciptalah tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Implementasi Kurikulum Ideal dan Aktual
Implemnetasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.
Adapun tahapan implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi.
1)      Pengembangan program mencakup program tahunan, semester, bulanan, mingguan, dan harian. Selain itu ada juga program bimbingan dan konseling atau program remedial.
2)      Pelasanaan pembelajaran. Pada hakikatnya, pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik tersebut.
3)      Evaluasi proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum semester serta penilaian akhir formatif dan sumatif mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi pelaksaaan kurikulum.
Dengan tahap-tahap tersebut akan tercapai tujuan-tujuan kegiatan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Hal itu secara otomatis akan meningkatkan pemanfaatan dan penerapan kurikulum baik yang ideal maupun aktual.

3.      Hidden Curriculum (Kurikulum Tersembunyi)
Terdapat dua terminologi mengenai kurikulum, yakni terminologi kurikulum eksplisit (tertulis) dan implisit (tidak tertulis) atau kurikulum tersembunyi (hidden curriculum). Untuk pencapaian tujuan pendidikan terdapat hal-hal yang tidak terdokumentasikan/direncanakan/diprogramkan atau sifatnya tidak tertulis dan hal ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Hal-hal inilah yang disebut dengan kurikulum tersembunyi. Hal demikian sebagaimana yang diungkapkan oleh Dewey (dalam Marsh dan Willis, 1999:9 dalam Wahidmurni, 2009:2) bahwa kurikulum adalah seluruh pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik di bawah bimbingan pihak sekolah, baik pengalaman yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Sejumlah pengalaman yang kita kenal dengan hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi merupakan pengalaman yang tidak direncanakan/diprogramkan seperti mematuhi peraturan-peraturan sekolah, menjalankan ritual/acara keagamaan, mematuhi peraturan-peraturan lainnya.
Razali (Wahidmurni 2009:2) menyebut kurikulum tersembunyi “Karena aktivitas yang terlibat di dalam kurikulum ini tidak berstruktur, atau dengan kata lain tidak dirancang. Kebanyakan aktiviti kurikulum jenis ini berlaku di tempat pertemuan pelajar seperti pusat sukan, asrama, kantin, perpustakaan. Kurikulum tersembunyi ini dikenali sebagai soft skils atau kemahiran insaniah. Elemen-elemen di dalam kurikulum ini dizahirkan dan mempunyai suatu sistem dan struktur yang sistematis dan professional. Antara nilai atau kualiti yang dikategorikan sebagai kemahiran insaniah di sini adalah kualiti kepemimpinan, kualiti pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah, kualiti daya pembelajaran, kualiti diri murni (tepat masa, hadir ke kelas, hantar tugasan tepat janji dan lain-lain) dan kualiti kerja berpasukan”.
Hidden curriculum yaitu kurikulum yang tidak menjadi bagian untuk dipelajari, yang secara lebih rinci digambarkan sebagai berbagai aspek dari sekolah di luar kurikulum, tetapi mampu memberikan  pengaruh dalam nilai, persepsi, dan perilaku siswa. Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curricullum) secara umum dapat dideskripsikan sebagai hasil (sampingan) dari pendidikan dalam latar  sekolah atau luar sekolah, khususnya hasil yang dipelajari tetapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan. Kurikulum tersembunyi  juga dapat merujuk pada transmisi norma, nilai, dan kepercayaan yang disampaikan baik dalam isi pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan adanya interaksi sosial. Kurikulum tersembunyi (hidden curricullum) juga dapat diartikan sebagai kurikulum yang tidak direncanakan, kurikulum yang tidak tercantum dalam kurikulum formal. Kurikulum tersembunyi tersebut tidak tampak, tetapi dialami, dirasakan, dan mampu mempengaruhi dan membentuk karakter peserta didik.
Hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi merupakan kurikulum yang berkembang secara alamiah atau tidak direncanakan secara khusus. Menurut Krathwohl (1964:112), proses pembentukan  dan pengembangan  nilai-nilai pada anak didik itu ada lima tahap.
a) Receiving (menyimak dan menerima). Dalam hal ini anak menerima  secara aktif, artinya anak telah memilih untuk kemudiaj  menerima nilai. Jadi pada tahap ini anak baru menerima saja.
b) Responding (menanggapi). Pada tahap ini anak sudah mulai bersedia menerima dan menanggapi secara aktif. Dalam hal ini ada tiga tahapan sendiri, yakni manut (menurut), bersedia menaggapi, dan puas dalam menaggapi.
c) Valuing (memberi nilai), pada tahap ini anak sudah mulai mampu membangun persepsi dan kepercayaan terkait dengan nilai yang diterima. Pada tahap ini ada tiga tingkatan yakni : percaya terhadap nilai yang diterima, merasa terikat dengan nilai dipercayai, dan memiliki keterkaitan batin dengan nilai yang diterima.
d) Organization, dimana anak mulai mengatur sistem nilai yang ia terima untuk ditata dalam dirinya dalam konteks perilaku.
e) Characterization,  atau karakterisasi nilai yang ditandai dengan ketidakpuasan seseorang untuk mengorganisir sistem nilai yang diyakininya dalam hidupnya yang serba mapan, ajek, dan konsisten.
            Dalam pendidikan nilai  diharapkan munculnya kesadaran pelaksanaan nilai-nilai positif dan menghindarkan nilai-nilai negatif. Pelaksanaan kurikulum tersembunyi dalam kurikulum dapat digolongkan dalam aktivitas pengembangan diri yang pelaksanaannya tidak terprogram. Pengembangan diri tentang bentuk-bentuk pelaksanaan pengembangan diri dinyatakan bahwa, Bentuk-bentuk pelaksanaan pengembangan diri mencakup:
1)      Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok dan atau klasikal melalui penyelenggaraan  layanan dan kegiatan pendukung konseling, serta kegiatan ekstra kurikuler
2)      Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut:
-Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti: upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri
-Spontan, adalah kegiatan yang tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti: pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran)dan
-Keteladan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.
Fungsi Kurikulum Tersembunyi
Walaupun kurikulum tersembunyi memberikan sejumlah besar pengetahuan pada siswa, ketidaksamaan yang diakibatkan kesenjangan antar kelas dan status sosial sering menimbulkan konotasi negatif. Sebagai cara dari kontrol sosial, kurikulum tersembunyi mempromosikan persetujuan terhadap nasib sosial tanpa meningkatkan penggunaan pertimbangan rasional dan reflektif.
Kurikulum tersembunyi dapat juga diasosiasikan dengan penguatan ketidaksetaraan sosial, seperti terbukti dalam perkembangan hubungan yang berbeda terhadap modal yang berdasar pada jenis kerja dan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan yang diterapkan pada siswa jadi berbeda-beda berdasarkan kelas sosialnya.
Sumber kurikulum tersembunyi sangat beragam, termasuk struktur sosial dari ruang kelas, latihan otoritas guru, aturan yang mengatur hubungan antara guru dan siswa, aktivitas belajar standar, penggunaan bahasa, buku teks, alat bantu audio-visual, berbagai perkakas, arsitektur, ukuran disiplin, daftar pelajaran, sistem pelacakan, dan prioritas kurikulum. Keragaman dalam sumber ini menghasilkan perbedaan yang ditemukan saat membandingkan suatu kurikulum tersembunyi dihubungkan dengan berbagai kelas dan status sosial.
Sementara materi aktual yang diserap siswa melalui kurikulum tersembunyi adalah sangat penting, orang yang menyampaikannya menghasilkan investigasi khusus. Hal tersebut terjadi terutama pada penyampaian pelajaran sosial dan moral dengan kurikulum tersembunyi, karena karakteristik moral dan ideologi guru dan figur otoritas lainnya diterjemahkan dalam pelajaran mereka, walau tidak disadarinya.


4.      Null Curriculum
Kurikulum Null (Null Curriculum) merupakan kurikulum yang bersifat ekstra, tidak terencana atau tertulis dalam silabus. Kurikulum null mengacu pada apa yang tidak diajarkan guru di dalamkelas, baik karena pengaruh keyakinan pribadi ataupun karena tekanandari pihak lain seperti pemerintah. Contohnya saja topik mengenai sejarahkelam orde pembentukan orde baru yang pada pemerintahan Soehartotidak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah di sekolah.




Referensi :
Akmal.Macam-macamdanKomponenKurikulum.
Falahisme.Jenis dan Model Perkembangan Kurikulum. http://www.falaahisme.blogspot.com/2013/04/jenis-dan-model-perkembangan-kurikulum.html.(diakses pada 11 Oktober 2014)
Marselrogi.Macam-macam Kurikulum.http://marselrogi.wordpress.com/tugas-kuliah-3/macam-macam-kurikulum/. (Diakses pada 11 Oktober 2014)
Putra,Andra.Kurikulum Ideal, Aktual dan Tersembunyi. http://andraputraa.blogspot.com/2014/03/kurikulum-ideal-aktual-dan-tersembunyi.html (diakses pada 11 Oktober 2014)


Kesimpulan dan Komentar :

Kurikulum yang telah disusun memiliki suatu bentuk tersendiri, yaitu :
1.      Written Curriculum (Kurikulum Tertulis)
Written curriculum yaitu kurikulum yang tertulis berupa dokumen-dokumen yang berisi progam pembelajaran. Kurikulum tertulis berfungsi sebagai pengendali untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan. Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written curriculum) dalam bentuk pembelajaran.
2.      Idea Curriculum (Kurikulum Ideal) dan Actual Curriculum (Kurikulum Aktual)
Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum. Kurikulum aktual, yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan.
Implementasi Kurikulum Ideal dan Aktual
Implemnetasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.
Adapun tahapan implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi. Dengan tahap-tahap tersebut akan tercapai tujuan-tujuan kegiatan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Hal itu secara otomatis akan meningkatkan pemanfaatan dan penerapan kurikulum baik yang ideal maupun aktual.
3.      Hidden Curriculum (Kurikulum Tersembunyi)
Hidden curriculum yaitu kurikulum yang tidak menjadi bagian untuk dipelajari, yang secara lebih rinci digambarkan sebagai berbagai aspek dari sekolah di luar kurikulum, tetapi mampu memberikan  pengaruh dalam nilai, persepsi, dan perilaku siswa. Kurikulum Tersembunyi (Hidden Curricullum) secara umum dapat dideskripsikan sebagai hasil (sampingan) dari pendidikan dalam latar  sekolah atau luar sekolah, khususnya hasil yang dipelajari tetapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan. Kurikulum tersembunyi  juga dapat merujuk pada transmisi norma, nilai, dan kepercayaan yang disampaikan baik dalam isi pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan adanya interaksi sosial. Kurikulum tersembunyi (hidden curricullum) juga dapat diartikan sebagai kurikulum yang tidak direncanakan, kurikulum yang tidak tercantum dalam kurikulum formal. Kurikulum tersembunyi tersebut tidak tampak, tetapi dialami, dirasakan, dan mampu mempengaruhi dan membentuk karakter peserta didik.


4.      Null Curriculum
Kurikulum Null (Null Curriculum) merupakan kurikulum yang bersifat ekstra, tidak terencana atau tertulis dalam silabus. Kurikulum null mengacu pada apa yang tidak diajarkan guru di dalamkelas, baik karena pengaruh keyakinan pribadi ataupun karena tekanandari pihak lain seperti pemerintah. Contohnya saja topik mengenai sejarahkelam orde pembentukan orde baru yang pada pemerintahan Soehartotidak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah di sekolah.

Dari keempat bentuk kurikulum di atas, jika dalam pengimplementasian kurikulum itu sendiri ingin mencapai hasil yang maksimal maka keempat bentuk tersebut harus diterapkan pada suatu sekolah yang menjalankan kurikulum dalam kegiatan pendidikannya. Keempat bentuk kurikulum tersebut saling terkait dan berhubungan sehingga jika hanya salah satu yang diterapkan dalam implementasi kurikulum tersebut maka hasil yang diharapkanpun tidak akan maksimal.

0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Ratna Sari Maulana's All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.