2

MANAJEMEN MUTU DAN PRODUKTIVITAS KERJA

Posted by Unknown on 9:44 PM


MANAJEMEN MUTU DAN PRODUKTIVITAS KERJA
Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah “Manajemen Sumber Daya Manusia"
  


Disusun oleh :
Jhonly Aji Kasio                     (11140182000004)
Lita Andriyani                        (11140182000006)
Ratna Sari                               (11140182000026)


MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015


KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia yang penyusun sajikan berdasarkan pengumpulan bahan dari berbagai sumber. Selain untuk memenuhi tugas kelompok, makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu dan pengetahuan tentang “Manajemen Mutu dan Produktivitas Kerja”.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Terima kasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampun mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu Bapak Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd. yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana memahami konsep mata kuliah ini dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas bagi pembaca. Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penyusun. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan.


Ciputat, 07 Nopember 2015


Penyusun


               

                                                                         


BAB I

PENDAHULUAN

                                                                             

A.    Latar Belakang

            Manajemen sumber daya manusia pada umumnya untuk memperoleh tingkat perkembangan yang setinggi-tingginya, hubungan kerja yang serasi antara karyawan dan penyatupaduan sumber daya manusia secara efektif atau tujuan efesiensi dan kerja sama sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas kerja pada suatu perusahaan atau instansi tersebut (Sunyoto, 2012: 1).
            Keberadaan SDM merupakan hal terpenting dalam proses pengendalian mutu, sebab tenaga kerja sebagai pelaku utama dalam melakukan pengawasan. Semakin baik kualitas tenaga kerja semakin baik pula proses pengendalian mutu yang dilakukan. Jadi tenaga kerja sebagai pelaku utama tidak boleh dikesampingkan juga keberadaannya, dengan kata lain proses peningkatan SDM harus selalu ditingkatkan baik melalui pelatihan, dan pengembangan kemampuan lainnya.
            Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan perhatian penuh pada kualitas. Perhatian penuh pada kualitas akan memberikan dampak positif kepada bisnis melalui dua cara, yaitu : dampak terhadap biaya produksi dan dampak terhadap pendapatan (Gaspersz, 1997 : 4).
            Dalam suatu perusahaan tujuan awal adalah meraih keberhasilan yang berdampak pada kemajuan suatu perusahaan. Salah satu ukuran keberhasilan kinerja individu, organisasi atau perusahaan terletak pada produktivitasnya. Apabila produktivitasnya tinggi atau bertambah, maka suatu organisasi atau perusahaan tersebut bisa dikatakan berhasil. Apabila lebih rendah dari standar atau menurun, bisa dinyatakan tidak atau kurang berhasil (Wibowo, 2007: 109).
            Tiap perusahaan akan mengukur produktivitas dan mutu berdasarkan keunikan tujuan dan sasarannya. Sebagai contoh, suatu perusahaan akan lebih fokus pada upaya-upaya pengembangan pangsa pasar sementara yang lain mungkin fokus pada pengurangan derajad kerusakan produk. Selain itu, mungkin ada pula yang akan memperbaiki dalam hal cara produksi, sedang yang lain fokus pada mengembangkan pemasaran hasil. Perusahaan atau suatu wirausahawan yang sukses harus memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu dan produktivitas, apabila produktivitasnya tinggi mencapai produktivitas yang tinggi.


sumber daya manusia harus mampu bekerja atau mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis.
            Untuk merancang suatu program perbaikan efektivitas keorganisasian, perusahaan pertama kali harus menentukan sesuatu yang terjadi secara faktual apakah dalam hal produktivitas atau mutu produk. Ukuran  dari kriteria kunci suatu mutu adalah syarat pokok untuk menilai suatu proses perbaikan. Intervensi produktivitas atau mutu seharusnya tidak diinisiasi tanpa  adanya kriteria  kunci ukuran yang handal dan absah.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penyusun dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa pengertian, makna dan ruang lingkup manajemen mutu ?
2.      Apa pengertian dan dimensi produktivitas ?
3.      Bagaimana kaitan manajemen mutu dengan produktivitas kerja ?

C.     Tujuan

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun dari beberapa masalah yang telah dirumuskan :
1.      Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia;
2.      Untuk mengetahui dan memahami  pengertian dan  ruang lingkup manajemen mutu;
3.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian dan dimensi produktivitas;
4.      Memberikan informasi kepada pembaca tentang kaitan manajemen mutu dan produktivitas kerja.


BAB II

PEMBAHASAN


A.    Pengertian dan Ruang Lingkup Manajemen Mutu

1.      Pengertian Manajemen Mutu
      Mutu ialah tingkat kesempurnaan dalam produk, pelayanan penjualan, dan pelayanan purna jual. Menurut Juran (1993), mutu produk ialah kecocokan  penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
      Menurut Deming (1982:176) mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa.
      Menurut Feigenbaum (1986:7) mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfication). Suatu produk dianggap bermutu apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan harapan konsumen atas produk yang dihasilkan.
      Dari beberapa konsep mutu yang diutarakan oleh para ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa mutu merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan kepuasan pelanggan terhadap sebuah produk.
      Hansen dan Mowen (1997) menjelaskan bahwa mutu ialah kepuasan pelanggan dalam delapan dimensi :
a)      Kinerja (performance). Kinerja adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk. Kinerja jasa terdiri dari : daya tanggap (responsiveness), kepastian atau jaminan (assurance), dan empati (empathy). Daya tanggap ialah keinginan untuk membantu pelanggan dan menyediakan pelayanan yang konsisten dan bersifat segera. Kepastian atau jaminan berkaitan dengan pengetahuan dan keramahan karyawan serta kemampuan mereka membangun kepercayaan dan keyakinan pelanggan. Empati berarti pemberian perhatian kepada pelanggan.
b)      Esetika (aesthetics). Estetika ialah penampilan wujud produk yaitu gaya, keindahan, penampilan fasilitas, peralatan, personalia, dan materi komunikasi yang berkaitan dengan jasa.


c)      Kemudahan perawatan dan perbaikan (serviceability). Kemudahan perawatan dan perbaikan berkaitan dengan tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki produk.
d)     Keunikan (features). Keunikan (mutu desain) adalah karakteristik produk yang berbeda secara fungsional dari produk-produk sejenis.
e)      Reliabilitas (reliability). Relibilitas adalah probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsinya dalam jangka waktu tertentu.
f)       Durabilitas (durability). Durabilitas ialah umur manfaat dari fungsi produk.
g)      Tingkat kesesuaian (quality of conformance). Tingkat kesesuaian ialah ukuran mengenai apakah sebuah produk atau jasa memenuhi spesifikasinya.
h)      Pemanfaatan (fitness for use). Pemanfaatan ialah kecocokan dari sebuah produk menjalankan fungsinya sebagaimana yang diiklankan.[1]

   SNI 19-8402-1996 mendefinisikan manajemen mutu sebagai : seluruh kegiatan dari keseluruhan fungsi manajemen yang menetapkan kebijakan mutu, sasaran dan tanggung jawab, serta penerapannya dengan cara seperti perencanaan mutu, pengendalian mutu, jaminan mutu dan peningkatan mutu dalam sistem mutu.   Jika pada konsep jaminan mutu pengendalian hanya berkaitan dengan siklus proses produksi, maka pada konsep manajemen mutu melibatkan seluruh aspek dari fungsi manajemen dan organisasi perusahaan. Jadi tidak hanya terbatas pada bagian produksi saja, tetapi juga bagian administrasi, pemasaran, logistik atau pembelian, keuangan dan semua unit kerja atau bagian dalam perusahaan.[2]
   Motor pengendali mutu adalah manajemen. Manajemen dapat melakukan identifikasi perubahan mendasar yang diakibatkan oleh faktor kerja kelompok, visi sistem dan tanggungjawab dengan cara mempelajari proses yang ada dan menganalisis perbaikannya. Kegiatan pengendalian mutu diartikan sebagai suatu sistem efektif yang memungkinkan proses produksi dan pelayanan pada tingkat paling ekonomis, tetapi dapat menghasilkan suatu barang/jasa dengan nilai pemuas yang maksimal melalui serangkaian kegiatan pengendalian perancangan, pengendalian pasokan bahan, pengendalian produk dan kajian khusus.
   Untuk memberikan yang terbaik dari produk/jasa maka harus didukung oleh faktor pengendalian mutu secara terpadu, seperti kepemimpinan manajemen, kepemimpinan proses/produk, keunggulan sumber daya manusia (SDM) dan orientasi kepada konsumen.
   Tujuan dari konsep manajemen mutu adalah untuk mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan biaya seefektif mungkin. Hal ini dapat dicapai melalui pengelolaan proses dari seluruh aktivitas bisnis yang dilakukan oleh setiap fungsi dalam organisasi perusahaan secara efektif.
   Dalam penerapan manajemen mutu piranti yang dipergunakan adalah sistem mutu yang sudah distandarkan. Standar sistem mutu sering juga disebut sebagai standar sistem manajemen mutu yang menguraikan secara terperinci persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu sistem manajemen mutu untuk memenuhi sasaran yang telah ditetapkan.

2.      Ruang Lingkup Manajemen Mutu
      Terdapat dua pandangan tentang mutu :
a)      Pandangan Tradisional: mutu produk, mutu pelayanan penjualan dan mutu pelayanan purna jual boleh kurang dengan persentase tertentu dari mutu yang telah ditentukan, boleh ada produk cacat dan pelayanan cacat.
b)      Pandangan Kontemporer: mutu produk, mutu pelayanan penjualan dan mutu pelayanan purna jual tidak boleh kurang dengan persentase tertentu dari mutu yang telah ditentukan, produk cacat harus nol dan pelayanan cacat harus nol. Dalam hal ini manajer harus bertindak sebagai pengendali mutu total berdasarkan “Manajemen Mutu Terpadu”.[3]

           SNI 19-8402-1996 mendefinisikan manajemen mutu terpadu sebagai suatu pendekatan manajemen dari suatu organisasi yang dipusatkan pada masalah mutu, didasarkan pada partisipasi seluruh anggotanya dan bertujuan mencapai keberhasilan dalam jangka-panjang melalui kepuasan pelanggan dan bermanfaat bagi seluruh anggota organisasi dan masyarakat.
           Beberapa prinsip dasar yang berkaitan dengan konsep manajemen mutu terpadu diantaranya adalah :
1)      Mutu merupakan tanggung jawab dari setiap orang
2)      Melakukan dengan benar pada saat pertama kali dan pada setiap saat (do it right at the first and every time)
3)      Kekuatan kerjasama tim
4)      Keseimbangan antara pengembangan sistem (proses), kebudayaan (manusia) dan kemampuan (perusahaan) yang ada harus dicapai
5)      Pengendalian terhadap proses
6)      Peningkatan mutu secara terus menerus melalui kosep “plan-do-check-action=PDCA”
7)      Bench marking
8)      Penggunaan statistical process control.

B.     Pengertian dan Dimensi Produktivitas

1.      Pengertian Produktivitas
      Produktivitas secara umum diartikan sebagai hubungan antara keluaran (barang-barang atau jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan, uang). Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan. Masukan sering dibatasi dengan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam ke satuan fisik, bentuk dan nilai.
      Pengertian produktivitas menurut Melayu S.P Hasibuan, produktivitas kerja merupakan rasio antara hasil kegiatan (output) dan segala pengorbanan atau biaya untuk mewujudkan hasil tersebut (input).
      Menurut George J. Washin, produktivitas mengandung dua konsep utama, yaitu efisiensi dan efektivitas. Efisiensi mengukur tingkat sumber daya baik manusia, keuangan, maupun alam yang dibutuhkan untuk memenuhi tingkat pelayanan yang dikehendaki, efektivitas mengukur hasil mutu pelayanan yang dicapai.[4]
      Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, jelas bahwa produktivitas merupakan perbandingan antara hasil kerja dengan bahan, waktu, dan tenaga yang digunakan dalam memproduksi barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber yang ada secara efektif dan efisien, tetapi tetap menjaga mutu barang atau jasa yang dihasilkan.
      Dalam kaitannya dengan tenaga kerja, maka produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Faktor manusia telah menjadi fokus penghargaan dunia sejak abad ke 18 yang populer dengan penerapan ilmu perilaku manusia, oleh karena itu produktivitas tidak dilihat sebagai konsep produksi dan ekonomi saja, yang melupakan kepentingan tenaga kerja dan lingkungan.
      Singodimedjo mengemukakan rumusan umum dari produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Atau didefinisikan sebagai indeks produktivitas yaitu :

IP = Hasil yang dicapai                 = Output
      Sumber daya yang digunakan     Input

Tenaga kerja dapat mengolah sumber daya alam yang yang terbatas dengan diiringi produktivitas tenaga kerja yang tinggi sehingga dapat tercapai pemenuhan ketentuan pembangunan dengan berbagai keahlian yang dimiliki. Setiap perusahaan tentu berharap memiliki produktivitas kerja yang tinggi, efisien, dan efektif. Manfaat praktis dari pengukuran produktivitas adalah dalam menentukan pembayaran atau upah bagi para pekerja yang benar-benar berprestasi dengan yang kurang berprestasi dalam melaksanakan tugasnya. Peningkatan produktivitas pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan terhadap faktor-faktor masukan dengan cara penambahan atau peningkatan sumber daya yang ada.
Menurut Sudriamunawar (dalam Novianti, 2006 : 18), pada dasarnya pengukuran produktivitas mempunyai berbagai dimensi sesuai dengan tujuan dan pengukuran yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, maka keadaan produktivitas yang baik atau meningkat akan dilihat dari ada atau tidaknya faktor-faktor seperti kecakapan, kematangan bawahan, situasional dan lingkungan.[5]
Produktivitas kerja memerlukan perubahan sikap mental yang dilandasi kerja hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan cara kerja hari esok lebih baik dari hari ini. Peningkatan produktivitas dilakukan oleh pribadi dinamis dan kreatif.
Produktivitas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik hari ini. Sikap yang demikian akan mendorong seseorang untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi harus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja dengan cara selalu mencari perbaikan-perbaikan dan peningkatan.
        Produktivitas dihasilkan dari kapabilitas SDM dalam menggunakan alat kerja, metode kerja, modal kerja, bahan baku dan informasi.dengan rasio produktivitas dapat digunakan untuk :
a)      Mengetahui kemampuan manajemen mencapai tujuan (goal) dan sasaran (objective) organisasi.
b)      Membandingkan prestasi dengan prestasi organisasi sejenis
c)      Mengetahui arah kecenderungan (trends) kinerja organisasi.

        Dimensi waktu dapat dijadikan sebagai tolok ukur mengetahui tingkat produktivitas, hal ini disebabkan dimensi waktu merupakan faktor berada di luar pengendalian manusia, sehingga objektivitasnya sangat baik. Di dalam suatu proses produksi barang atau jasa, makin sedikit waktu yang digunakan untuk memproses produk yang sama, berarti produktivitasnya makin tinggi.

2.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
      Setiap perusahaan berkeinginan agar tenaga kerja yang dimiliki mampu meningkatkan produktivitas yang tinggi. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor lain, seperti tingkat pendidikan, keterampilan, disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan kerja, iklim kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen, dan prestasi.
      Ada beberapa Faktor yang dapat memengaruhi produktivitas kerja karyawan, yaitu :
a)      Pelatihan
Latihan kerja dimaksudkan untuk melengkapi karyawan dengan keterampilan dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan kerja. Untuk itu, latihan kerja diperlukan bukan saja sebagai pelengkap akan tetapi sekaligus untuk memberikan dasar-dasar pengetahuan. Karena dengan latihan berarti para karyawan belajar untuk mengerjakan sesuatu dengan benar-benar dan tepat, serta dapat memperkecil atau meninggalkan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan.

b)      Mental dan kemampuan fisik karyawan
Keadaan mental dan fisik karyawan merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian bagi organisasi, sebab keadaan fisik dan mental karyawan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produktivitas kerja karyawan.
c)      Hubungan antara atasan dan bawahan
Hubungan atasan dan bawahan akan memengaruhi kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Bagaimana pandangan atasan terhadap bawahan, sejauh mana bawahan diikutsertakan dalam penentuan tujuan. Sikap yang saling jalin-menjalin telah mampu meningkatkan produktivitas karyawan dalam bekerja. Dengan demikian jika karyawan diperlakukan secara baik, maka karyawan tersebut akan berpartisipasi dengan baik pula dalam proses produksi, sehingga akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja.[6]

3.      Indikator Produktivitas
      Produktivitas merupakan hal yang sangat penting bagi para karyawan yang ada di perusahaan. Dengan adanya produktivitas kerja diharapkan pekerjaan yang akan terlaksana secara efisien dan efektif, sehingga ini semua akhirnya sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Untuk mengukur produktivitas kerja, diperlukan suatu indikator sebagai berikut :
a)      Kemampuan
Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampuan seorang karyawan sangat tergantung pada keterampilan yang dimiliki serta profesionalisme mereka dalam bekerja. Ini memberikan daya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya kepada mereka.
b)      Meningkatkan hasil yang dicapai
Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah satu yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi upaya untuk memanfaatkan produktivitas kerja bagi masing-masing yang terlibat dalam suatu pekerjaan.
c)      Semangat kerja
Ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini dapat dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian dibandingkan dengan hari sebelumnya.
d)     Pengembangan diri
Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan dengan apa yang akan dihadapi. Sebab semakin kuat tantangannya, pengembangan diri mutlak dilakukan. Begitu juga harapan untuk menjadi lebih baik pada gilirannya akan sangat berdampak pada keinginan karyawan untuk meningkatkan kemampuan.
e)      Mutu
Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah lalu. Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukan kualitas kerja seorang pegawai. Jadi meningkatkan mutu bertujuan untuk memberikan hasil yang terbaik yang pada gilirannya akan sangat berguna bagi perusahaan dan dirinya sendiri.
f)       Efisiensi
Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi karyawan.[7]

4.      Peningkatan Produktivitas
      Bahwa peningkatan produktivitas kerja dapat dilihat sebagai masalah keprilakuan, tetapi juga dapat mengandung aspek-aspek teknis. Untuk mengatasi hal itu perlu pemahaman yang tepat tentang faktor-faktor penentu keberhasilan meningkatkan produktivitas kerja, sebagian di antaranya berupa etos kerja yang harus dipegang teguh oleh semua karyawan dalam organisasi.
      Yang dimaksud etos kerja adalah norma-norma yang bersifat mengikat dan ditetapkan secara eksplisit serta praktik-praktik yang diterima dan diakui sebagai kebiasaan yang wajar untuk dipertahankan dan diterapkan dalam kehidupan kekaryaan para anggota organisasi.
      Cara yang lazim di gunakan untuk meningkatkan produktivitas adalah:
a)      Manajemen harus membuat program kerja yang sesuai dengan kemampuan SDM yang dimilikinya dan yang sesuai dengan perubahan kondisi eksternal dan internal sehingga outputnya dapat di nikmati pelanggan serta manajemen bergaya demokratis;
b)      SDM harus dimotivasi agar mampu bekerja efektif dan efisien;
c)      Metode kerja harus cocok dengan kondisi peralatan dan SDM yang tersedia;
d)     Peralatan kerja harus cocok dengan jenis dan kualitas barang yang di produksi atau jasa yang diberikan;
e)      Material atau sasaran kerja yang di olah harus cocok dengan jenis dan kualitas barang yang di produksi atau jasa yang diberikan;
f)       Lingkungan kerja harus kondusif (menyenangkan);
g)      Teknik pengukuran prestasi kerja harus tepat; pusat laba di ukur dengan profitabilitas, pusat biaya di ukur dengan efisiensi, pusat pendapatan di ukur dengan luasnya pangsa pasar dan tingginya pendapatan, dan pusat investasi diukur dengan retur on Investment.[8]

            Karena manajemen bekerja dilingkungan bisnis, ekonomi, sosial, politik, dan budaya, maka peningkatan produktivitas  harus menghubungkan dengan faktor-faktor tersebut. Misalnya peningkatan produktivitas di hubungkan dengan lingkungan ekonomi, manajemen harus mengetahui kebijakan moneter dan kebijakan fisikal. Manajemen harus mengetahui kebijakan moneter khususnya tingkat suku bunga dan inflasi, dan harus memonitor kebijakan pajak khususnya pajak penjualan, pajak pendapatan karyawan, dan pajak perseroan, serta berbagai pungutan yang lainnya.
            Hakikatnya produktivitas perusahaan adalah “jembatan emas” yang menghantarkan kepuasan karyawan, kepuasan pelanggan,kepuasan pemilik perusahaan, dan kepuasan manajemen melalui laba dap distribusi laba yang adil kepada  semua steakholder ( semua pihak yang memberikan kontribusi kepada perusahaan).

C.     Kaitan Manajemen Mutu dengan Produktivitas Kerja

            Performansi pegawai dipengaruhi oleh usaha, memotivasi dan kemampuan pegawai, dan juga kesempatan dan kejelasan tujuan – tujuan kinerja yang diberikan oleh organisasi kepada seorang pegawai. Masing – masing faktor di atas mempunyai peran tertentu yang bisa mempengaruhi upaya perbaikan produktivitas dan peningkatan mutu.
            Manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM) adalah kemampuan menggunakan input secara efisien, efektif, dan produktif untuk menghasilkan output yng telah ditetapkan. Robbins (1997:13) menjelaskan dengan TQM maka seluruh komponen sumberdaya manusia yang terlibat di dalam organisasi akan terpuaskan dan setiap individu di dalam organisasi tertanam kesadaran untuk melakukan perbaikan terus menerus, yang digambakan di dalam suatu siklus yang tidak terputus, yang digambarkan  di dalam suatu siklus yang tidak putus yang disebut PDCA atau Plan-Do-Chech-Act.
            Konsep TQM berbasis pada kemampuan SDM organisasi di semua jenjang dan jenis pekerjaan untuk mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi orgnisasi yang kompetitif.
                                                      Siklus PDCA
Act         plan
Check    do
                             


            Kelangsungan hidup bangsa dan perusahaan dalam jangka panjang bergantung kepada kemampuan SDMnya untuk meningkatkan produktivitasnya kerja dalam lingkungan persaingan. Produktivitas berhubungan secara signifikan dengan kemampuan SDM dan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi). Jika kemampuan SDM dan IPTEK meningkat maka produktivitas juga akan meningkat.
            Landasan utama suatu program peningkatan produktivitas adalah sistem pengukuran yang dipercaya. Meningkatkan produktivitas tanpa terlebih dahulu mengukur posisi saat ini, akan menyebabkan hasil dari peningkatan tidak dapat diukur dan bahkan tidak dapat dipercaya. Beberapa manfaat pengukuran produktivitas didalam suatu organisasi perusahaan, antara lain:
1.      Efisiensi penggunaan input lebih mudah dinilai
2.      Input yang disediakan dan digunakan dalam proses bisnis lebih mudah direncanakan
3.      Standar produktivitas lebih mudah ditetapkan
4.      Produktivitas masa mendatang lebih mudah direncanakan
5.      Varian produktivitas lebih mudah diketahui
6.      Tindakan kompetitif lebih mudah dilakukan
7.      Laba operasi lebih mudah direncanakan
            Berdasarkan uraian diatas hakikatnya produktivitas adalah terletak pada sumber daya manusia mampu kerja efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil maksimum yang akan digunakan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan, sehingga perusahaan memperoleh laba dan nilai perusahaan.
            Sistem produktivitas dalam kegiatan industry dapat digambarkan sebagai hubungan:
       Input               proses             output              produktivitas.
a.       Input meliputi : bahan baku, tenaga kerja, alat kerja, metode kerja, modal kerja, informasi, dan kepemimpinan
b.      Proses yaitu tranformasi nilai tambah, yang berhubungan dengan SDM bekerja efektif, efisien, dan produktif
c.       Output yaitu barang dan jasa maksimum atau tertentu yang dapat dihasilkan
            Produktivitas yaitu output dibagi input, sebagai umpan balik untuk memperbaiki output, proses, dan input agar dapat menaikkan produktivitas terus-menerus.
            Semua kegiatan itu sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusia, terutama buruh yang melaksanakan kerja. Buruh sebagai lokomotif yang menarik beban manajemen untuk mencapai sasaran terakhir yaitu memaksimumkan nilai perusahaan.
            Manajemen mutu terpadu menjelaskan bahwa proses industri harus dipandang sebagai suatu perbaikan kualitas secara terus menerus yang dimulai dari sederet siklus adanya ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, distribusi kepada pelanggan, pelayanan purna jual, dan keluhan pelanggan. Semuanya itu sebagai informasi relevan untuk mengembangkan ide-ide untuk menciptakan produk baru atau meningkatkan kualitas produk lama, memperbaiki proses produksi yang ada saat ini.
Kerangka pikir perusahaan tentang mutu dan produktivitas
Perusahaan


                Mutu                                                     produktivitas
-          Kepuasan pelanggan                      - efisiensi
-          Image perusahaan                          - efektivitas


Laba, nilai tambah ekonomi, dan
nilai perusahaan
 








BAB III

PENUTUP


A.    Simpulan

Menurut Deming (1982:176) mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa. Terdapat dua pandangan tentang mutu : a. Pandangan Tradisional b. Pandangan Kontemporer.
Singodimedjo mengemukakan rumusan umum dari produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Atau didefinisikan sebagai indeks produktivitas yaitu :
IP = Hasil yang dicapai                 = Output
      Sumber daya yang digunakan     Input
Beberapa Faktor yang dapat memengaruhi produktivitas kerja karyawan, yaitu :
a)      Pelatihan
b)      Mental dan kemampuan fisik karyawan
c)      Hubungan antara atasan dan bawahan
Untuk mengukur produktivitas kerja, diperlukan suatu indikator sebagai berikut
a)                  Kemampuan
b)                  Meningkatkan hasil yang dicapai
c)                  Semangat kerja
d)                 Pengembangan diri
e)                  Mutu
f)                   Efisiensi

B.     Saran

Berdasarkan jurnal yang kami pahami maka untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan lebih memperhatikan masalah gaji dan insentif setiap bulan yang diberikan kepada karyawan dan pelatihan. Disarankan perlu adanya pengembangan materi-materi pelatihan agar karyawan lebih tertaik mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan di dalam maupun diluar perusahaan
Hendaknya perusahaan lebih memperhatikan upah atau gaji sebagai prioritas peningkatan produktivitas tenaga kerjanya, karena veriabel ini menunjukkan kontribusi yang dominan terhadap peningkatan produktivitas.


DAFTAR ISI


Darsono dan Tjatjuk Siswandoko. Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21. Jakarta : Nusantara Consulting. 2011.
Tandzil, Adnan. Pengendalian Mutu dan SDM. www.adnantandzil.blogspot.com diakses pada 06 Nopember 2015 pukul 18:30
Badriyah, Mila. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Pustaka Setia. 2015.
Priyanto Wahyu, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan (studi kasis pada bagian distribusi perusahaan daerah  air minum (PDAM) kabupaten Bayuwangi), http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/880 , diakses pada tanggal 08 November 2015 pada pukul 17.00
Sutrisno,  Edy. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Kencana. 2015.





[1]Darsono dan Tjatjuk Siswandoko, Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21, (Jakarta : Nusantara Consulting), 2011, hlm : 166
[2]Adnan Tandzil, Pengendalian Mutu dan SDM, www.adnantandzil.blogspot.com diakses pada 06 Nopember 2015 pukul 18:30

[3]Darsono, Loc.Cit
[4]Mila Badriyah, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung : Pustaka Setia), 2015, hlm : 184.
[5] Priyanto Wahyu, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan (studi kasis pada bagian distribusi perusahaan daerah  air minum (PDAM) kabupaten Bayuwangi), http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/880 , diakses pada tanggal 08 November 2015 pada pukul 17.00
[6]Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Kencana), cet 7, 2015, hlm 103
[7]Ibidhlm 105
[8]Darsono, Op.Cit hal 182

2 Comments


izin save thanks ya ratna


Yang indikator prosuktivitas itu menurut siapa ya ?

Post a Comment

Copyright © 2009 Ratna Sari Maulana's All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.