0
JENIS-JENIS ORIENTASI KURIKULUM
Posted by Unknown
on
5:13 AM
ARTIKEL JENIS-JENIS ORIENTASI KURIKULUM
Orientasi pengembangan kurikulum
diartikan sebagai sebuah arah atau pendekatan yang memiliki penekanan tertentu
pada suatu hal dalam mengembangkan kurikulum baik bagi para pengembang
kurikulum maupun para pelaksana di sekolah.
Orientasi Pengembangan kurikulum
menurut Seller menyangkut enam aspek, yaitu :
1. Tujuan
pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya , hendak dibawa ke mana
siswa yang kita didik itu.
2. Pandangan
tentang anak. Apakah anan dianggap sebagai organisme yang aktif atau pasif.
3. Pandangan
tentang proses pembelajaran. Apakah proses pembelajaran itu dianggap sebagai
proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah prilaku.
4. Pandangan
tentang lingkungan. Apakah lingkungan belajar harus dikelola secara formal,
atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar.
5. Konsepsi
tentang peran guru . Apakah guru harus berperan sebagai instruktur yang
bersifat otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap memberi
bimbingan dan bantuan pada anak untuk belajar.
6. Evaluasi
belajar. Apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau nontes.
Pada garis besarnya ada empat jenis orientasi kurikulum :
1)
Kurikulum
berdasarkan matapelajaran (Subject Centered)
Subject
centered design curiculum merupakan bentuk desain yang paling populer, paling
tua dan paling banyak digunakan. Dalam Subject centred design, kurikulum
tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran tersebut
diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-terpisahnya itu maka kurikulum
ini disebut juga separated subject curikulum. Disain kurikulum ini mengacu pada
disiplin ilmu. Model pengembangan kurikulum berdasarkan disiplin ilmu
merupakan refleksi dari model orientasi posisi transmisi. Pandangan posisi transmisi
yang melandasi model ini antara lain
fungsi pendidikan untuk menyampaikan fakta-fakta, keterampilan, dan
nilai-nilai kepada siswa. Desain jenis ini dapat dibedakan atas tiga desain,
yaitu subject desain, disciplines design, dan broadfields design.
Ada beberapa
pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini, yaitu:
A.
Matapelajaran terpisah-pisah (Separate Subject
Curriculum)
Dalam subject centered,
kurikulum ini bertujuan agar generasi muda mengenal hasil kebudayaan dan
pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan sejak berabad-abad, agar mereka
tak perlu mencari dan menemukan kembali apa yang telah diperoleh
generasi-generasi dahulu. Dengan demikian mereka lebih mudah dan lebih cepat
membekali diri untuk menghadapi masalah-masalah dalam kehidupannya. Kurikulum
ini masih sangat umum dipakai dimana-mana karena banyak mengandung
keuntungan-keuntungan, namun banyak pula kelemahan-kelemahannya ditilik dari
sudut pendidikan modern. Keberatan-keberatan yang sering diajukan tentu saja
bertalian erat dengan pandangan seseorang mengenai pendidikan dan pengajaran.
Kelemahan-kelemahan kurikulum ini
ialah:
a) Kurikulum ini memberikan matapelajaran yang
lepas-lepas yang tidak berhubungan satu dengan yang lain.
b) Kurikulum ini tidak memperhatikan masalah-masalah
sosial yang dihadapi anak-anak dalam kehidupannya sehari-hari.
c) Kurikulum ini menyampaikan pengalaman umat manusia
yang lampau dalam bentuk yang sistematis dan logis. Sesuatu yang logis tidak
selalu psikologis ditinjau dari segi minat dan perkembangan anak.
d) Tujuan kurikulum ini terlampau batas.
e) Kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan
berpikir.
f) Kurikulum ini cenderung menjadi
statis dan ketinggalan zaman.
B. Matapelajaran
gabungan (Correlated Curriculum)
Correlated berasal
dari kata correlation yang dalam bahasa Indonesia berarti
korelasi yaitu adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. Pokok bahasan
atau sub pokok bahasan dapat tuntas dan menyeluruh. Korelasi bidang studi
tersebut dapat terjadi sebagai berikut:
a.
Korelasi antar pokok bahasan dalam bidang studi yang
sejenis.
b.
Korelasi antar pokok bahasan di luar bidang studi yang
tidak sejenis.
c. Dapat pula
beberapa matapelajaran disatukan (Broad Fields).
C. Pola
pengelompokkan mata pelajaran serumpun (Broad Fields)
Broad Fields itu
menyatukan beberapa matapelajaran yang berdekatan atau berhubungan
menjadi satu bidang studi. Beberapa Keuntungan dari Kurikulum-kurikulum
ini, ialah:
a. Korelasi
memajukan integrasi pengetahuan pada murid-murid. Mereka mendapat informasi
mengenai suatu pokok tertentu tidak secara terpisah-pisah dalam berbagai
matapelajaran pada waktu yang berbeda-beda, akan tetapi dalam satu pelajaran,
dimana pokok itu disoroti dari berbagai disiplin matapelajaran tertentu. Dengan
demikian pengetahuan mereka tidak lepas-lepas, melainkan bertautan, berpadu.
b. Minat murid
bertambah apabila ia melihat hubungan antara matapelajaran-matapelajaran.
c. Pengertian
murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam, apabila didapat penjelasan dari
berbagai matapelajaran.
d. Korelasi
memberikan pengertian yang lebih luas karena diperoleh pandangan dari
berbagai-bagai sudut dan tidak hanya dari satu matapelajaran saja.
e. Korelasi
memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya lebih fungsional. Mereka
mendapat kesempatan menggunakan pengetahuan dari berbagai matapelajaran guna
memecahkan suatu masalah.
f. Korelasi
antara matapelajaran lebih mengutamakan pengertian dan prinsip-prinsip daripada
pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta.
Kelemahan-kelemahan kurikulum-kurikulum
ini ialah :
a. Tidak
menggunakan bahan yang langsung berhubungan dengan kebutuhan dan minat
anak-anak serta dengan masalah-masalah yang hangat yang dihadapi murid-murid
dalam kehidupannya sehari-hari.
b. Tidak
memberi pengetahuan yang sistematis serta mendalam mengenai pelbagai
matapelajaran.
c. Guru sering
tidak menguasai pendekatan inter-disipliner.
2)
Kurikulum
yang mengutamakan peranan siswa (Student Centered)
Learned Centered
Design bersumber dari konsep Rousseau tentang pendidikan alam, menekankan
perkembangan peserta didik. Pengembangan kurikulum ini sangat dipengaruhi oleh
Dewey, seperti berinteraksi sosial, keinginan bertanya, keinginan membangun makna,
dan keinginan berkreasi yang menekankan sifat-sifat alami anak dalam
mengembangkan kurikulum. Jenis desain ini dapat dibedakan atas activity
(experience) design dan humanistic design. Pengorganisasian
kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan, dan tujuan peserta didik. Sebagai
reaksi dan penyempurnaan terhadap kelemahan subject centered design, ciri
utama yang membedakan desain model ini dengan subject
centered yaitu: Learner centered design atau student centered mengembangkan
kurikulum dengan bertolak dari peserta didik dan bukan dari isi, Learner
centered design bersifat non-preplanned (kurikulum tidak
diorganisasikan sebelumnya) tetapi dikembangkan bersama antara dosen dengan
peserta didik dalam penyelesaian tugas-tugas pendidikan. Desain kurikulum ini
dibedakan atas areas of living design dan core design.
Ada beberapa pendekatan yang
digunakan dalam kurikulum ini, yaitu :
A.
Kurikulum berpusat pada anak didik (Student
centered)
Di dalam pendidikan atau pengajaran
yang belajar dan berkembang adalah peserta didik sendiri. Guru atau pendidik
hanya berperan menciptakan situasi belajar mengajar, mendorong dan memberikan
bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Peserta didik bukanlah tiada
daya, dia adalah suatu organisme yang punya potensial untuk berbuat,
berperilaku, belajar dan juga berkembang sendiri. Student Centered bersumber
dari konsep Rousseau menekankan perkembangan peserta didik. Pengorganisasian
kurikulum didasarkan atas minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik. Ada
variasi model ini, yaitu Activity atau Experience Centered.
B.
Kurikulum berpusat pada pengalaman (The
Activity atau Experience Centered)
Beberapa ciri utama Activity atau
Experience. Pertama, Struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan
minat peserta didik. Dalam mengimplementasikan ciri ini guru hendaknya:a)
Menemukan minat dan kebutuhan peserta didik, b) Membantu para siswa memilih
mana yang paling penting dan urgen. Kedua, karena struktur kurikulum didasarkan
atas minat dan kebutuhan peserta didik, maka kurikulum tidak dapat disusun jadi
sebelumnya, tetapi disusun bersama oleh guru dengan para siswa. Ketiga, desain
kurikulum tersebut menekankan prosedur pemecahan masalah.
Ada beberapa kelebihan dari
kurikulum ini, yaitu:
a. Kegiatan pendidikan didasarkan atas kebutuhan dan
minat peserta didik.
b. Pengajaran memperhatikan perbedaan individual.
Mereka turut dalam kegiatan belajar kelompok karena membutuhkannya, demikian
juga kalau mereka melakukan kegiatan individual.
c. Kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan
bekal kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan di luar sekolah.
Ada beberapa kelemahan dari model
disain kurikulum ini, yaitu:
a. Penekanan pada minat dan kebutuhan pada peserta
didik belum tentu cocok dan memadai untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan.
b.Kurikulum hanya menekankan minat dan kebutuhan
peserta didik. Kurikulum tidak mempunyai pola dan struktur. Kedua kritik ini
tidak semuanya benar, sebab beberapa tokoh activity design telah
mengembangkan struktur ini.
3) Kurikulum yang
berorientasi pada tujuan (Goal Centered)
Desain
kurikulum yang berorientasi tujuan adalah kurikulum berpusat pada tujuan (goal-oriented)
dan kurikulum berbasis kompetensi (competence-based)
A.
Kurikulum yang berorientasi
pada tujuan (Goal Oriented)
Masing-masing tujuan yang ada di
bawahnya terkait secara langsung dengan tujuan yang ada di atasnya. Penyusunan
kurikulum dengan orientasi berdasarkan tujuan, artinya bahwa tujuan pendidikan
dicantumkan terlebih dahulu. Tujuan pendidikan di Indonesia tertera pada GBHN.
Atas dasar tujuan-tujuan yang telah ada, selanjutnya ditetapkan pokok-pokok
bahan pelajaran dan kegiatan belajar mengajar, yang kesemuanya itu diarahkan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Pengembangan kurikulum yang
menganut pendekatan berorientasi pada tujuan ini mendasarkan diri pada
tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan secara jelas dari tujuan
nasional sampai tujuan instruksional. Dalam hal ini kegiatan pertama adalah
merumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang akan dilaksanakan dan dicapai melalui
kegiatan belajar mengajar mengajar. Tujuan-tujuan pendidikan yang dirumuskan
biasanya bersifat menyeluruh, mencakup aspek-aspek, mulai aspek pengetahuan,
nilai-nilai, keterampilan maupun sikap. Dalam pengembangan semacam ini yang
menjadi persoalan adalah menentukan tujuan-tujuan atau harapan apa yang
diinginkan dari tercapainya hasil pembelajaran tersebut. Pengembangan kurikulum
yang semacam ini di Indonesia adalah kurikulum 1975. Berdasarkan tujuan yang
dirumuskan tersebut maka disusun atau diterapkanlah bahan pelajaran yang
meliputi pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan sehingga lebih terarah.
Adapun beberapa kelebihannya, yaitu :
a) Tujuan
yang ingin dicapai sudah jelas dan tegas, sehingga bahan, metode, jenis-jenis
kegiatan juga jelas dalam menetapkannya. Karena telah ada tujuan-tujuan yang
jelas maka memudahkan penilaian- penilaian untuk mengukur hasil kegiatan.
b) Hasil
penilaian yang terarah akan mampu membantu para pengembang kurikulum mengadakan
perbaikan-perbaikan / perubahan-perubahan penyesuaian yang diperlukan.
B. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competence Based)
Karakteristik KBK antara lain
mencakup seleksi kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator-indikator
evaluasi untuk menetukan kesuksesan pencapaian kompetensi dan pengembangan
sistem pembelajaran. Sehubungan dengan itu Depdiknas (2002) mengemukan bahwa
kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Menekankan
pada kecakapan kompetensi baik secara individu maupun klasikal.
b. Berorientasi
pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c. Penyampaian
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
d. Sumber
belajar bukan hanya pendidik tetapi juga sumber lain yang memenuhi unsur edukatif.
Pengembangan KBK mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan model-model
kurikulum sebelumnya. Pertama, KBK bersifat alamiah (konstekstual), karena
berangkat berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan
berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini
peserta didik merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara
alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi
tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer of knowledge).
Kedua, KBK boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan,
kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta
aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar
kompetensi tertentu. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran
tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan
kompetensi, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan.
4)
Kurikulum Orientasi pada Masalah (Problem
centered)
Problem Centered menekankan manusia
dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat. Konsep pendidikan para
pengembang model kurikulum ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai
makhluk sosial selalu hidup bersama. Dalam kehidupan bersama ini manusia
menghadapi masalah-masalah bersama yang harus dipecahkan bersama pula. Mereka
berinteraksi, berkooperasi dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang mereka
hadapi untuk meningkatkan kehidupan mereka.
Problem Centered menekankan pada isi
maupun perkembangan peserta didik. Ada dua variasi model desain kurikulum ini,
yaitu:
A.
Kurikulum yang berorientasi
pada situasi hidup (Life Situations)
Life situations seperti Student
Centered menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. Ciri lain dari
model desain ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata dari
peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan.
Tiap pengalaman peserta didik sangat
erat hubungannya dengan bidang-bidang kehidupan sehingga dapat dikatakan suatu
desain kurikulum bidang-bidang kehidupan yang dirumuskan dengan baik akan
merangkumkan pengalaman-pengalaman sosial peserta didik. Dengan demikian,
desain ini sekaligus menarik minat peserta didik dan mendekatkannya pada
pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam masyarakat.
Adapun beberapa kelebihan-kelebihannya dibandingkan
dengan bentuk-bentuk desain lainnya, yaitu:
a) Pemisahan
antara subject dihilangkan oleh problema-problema kehidupan sosial.
b) Kurikulum
diorganisasikan di sekitar problema-problema peserta didik dalam kehidupan
sosial, maka desain ini mendorong penggunaan prosedur belajar pemecahan
masalah.
c) Menyajikan
bahan ajar dalam bentuk yang fungsional
d) Motivasi
belajar datang dari dalam diri peserta didik, tidak perlu dirangsang dari luar.
Adapun beberapa
kelemahan-kelemahannya, yaitu:
a) Penentuan
lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang sangat esensial (penting)
sangat sukar, timbul organisasi isi kurikulum yang berbeda-beda.
b) Kurangnya integritas
dan kontinuitas organisasi isi kurikulum.
c) Mengabaikan
warisan budaya.
d) Guru maupun
buku dan media lain tidak banyak yang disiapkan.
B. Kurikulum yang berorientasi pada rekonstruksi
sosial (Social Reconstruction)
Kurikulum ini lebih menekankan pada
problem-problem yang dihadapi murid dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi
kurikulum ini mengemukakan bahwa pendidikan bukanlah upaya sendiri, melainkan
kegiatan bersama, interaksi dan kerja sama. Interaksi itu terjadi pada siswa
dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan orang dilingkungannya dan
sumber-sumber belajar lainnya. Dengan kerja sama semacam ini, siswa dapat
berusaha memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat dapat
menjadi masyarakat yang lebih baik.
Kurikulum rekonstruksi sosial ini
adalah model kurikulum yang lebih memusatkan perhatian pada problema-problema
yang dihadapinya dalam masyarakat. Melalui interaksi dan kerja sama antara guru
dan peserta didik berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam
masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Kelemahan dari
kurikulum rekonstruksi sosial adalah sukar diterapkan dan kemampuan siswa
berbeda-beda.
Ada beberapa ciri
dari desain kurikulum ini :
a) Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para siswa
pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi
manusia.
b) Masalah-masalah sosial yang mendesak. Kegiatan belajar dipusatkan pada
masalah-masalah sosial yang mendesak.
c) Pola-pola organisasi. Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi
kurikulum disusun seperti sebuah roda, masalah sebagai tema utama
terletak pada poros untuk dibahas secara pleno, tema utama tersebut dijabarkan
dalam topik-topik yg dibahas secara berkelompok.
Referensi :
Sarah.Pengembangan Kurikulum.http://belongtosarah.blogspot.com/2013/04/makalah-pengembangan-kurikulum.html (diakses pada 22 Oktober 2014)
Karunia.Pengembangan Kurikulum.http://little-chiyoo.blogspot.com/2012/11/uts-pengembangan-kurikulum.html (diakses pada 22 Oktober 2014)
Post a Comment