1
LIMA CITRA HUMAS DALAM TUGASNYA
Posted by Unknown
on
2:51 AM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepercayaan dan citra yang baik di mata masyarakat
merupakan salah satu yang terpenting bagi eksistensi sebuah perusahaan. Pada
era persaingan sekarang ini, bukan publik yang membutuhkan perusahaan, tetapi
perusahaan yang butuh publik. Apabila kepercayaan dan citra perusahaan rusak di
mata masyarakat, maka perusahaan tersebut harus bersiap-siap untuk menghadapi
krisis. Suatu perusahaan yang mengalami permasalahan sudah dianggap selesai secara
hukum, justru akan berdampak negative dan akan terus berkepanjangan, serta
tingkat kepercayaan atau citra masyarakat menjadi turun secara tajam.
Sehubungan
dengan masalah di atas, orang yang mempunyai peranan penting untuk
mengembalikan citra perusahaan yang baik adalah seorang Public Relations
(PR) atau Humas. Seorang PR tidak hanya harus mempunyai technical skill
dan managerial skill dalam keadaan normal, tapi PR juga harus memiliki
kemampuan dalam mengantisipasi, menghadapi atau menangani suatu krisis
kepercayaan (crisis of trust) dan penurunan citra (lost of image)
yang terjadi. Selanjutnya merupakan tantangan berat adalah pemulihan citra
positif (recovery of image) masyarakat terhadap kepercayaan perusahaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penyusun dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apa definisi citra/pencitraan ?
2. Apa saja jenis-jenis citra humas ?
3. Bagaimana hubungan humas/public relation dengan citra perusahaan ?
4.
Bagaimana
strategi humas/public relation dalam membangun dan mempertahankan citra positif
?
C. Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan yang ingin
dicapai oleh penyusun dari beberapa masalah yang telah dirumuskan :
1.
Untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Humas dan Pelayanan Publik;
2.
Untuk
mengetahui dan memahami definisi citra humas;
3.
Untuk
mengetahui dan memahami jenis-jenis citra humas;
4.
Untuk
mengetahui dan memahami hubungan humas dengan citra perusahaan;
5.
Untuk
mengetahui dan memahami strategi humas/public realtion dalam membangun dan
mempertahankan citra positif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Citra/Pencitraan
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah :
1. Kata benda :
gambar, rupa, gambaran;
2. Gambaran
yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau
produk;
3. Kesan mental
atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat, dan
merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi;
4. Data atau
informasi dari potret udara bahan evaluasi.
Citra adalah pencapaian tujuan dari kegiatan public relation. Terciptanya suatu citra perusahaan
(corporate image) yang baik dimata khalayak atau publiknya akan banyak
menguntungkan. Misalkan, akan menularkan citra yang serupa kepada semua produk
barang dan jasa yang dihasilkan di bawahnya, termasuk para pekerjanya (employee
relations) akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri, akan menimbulkan sense of
belonging terhadap company tempat mereka bekerja.[1]
Pengertian citra adalah sesuatu yang abstrak (intangible) dan tidak
dapat diukur dalam ukuran nominal tertentu. Ibarat angin yang bertiup maka
citra mempunyai wujud yang dapat dirasakan dari hasil penilaian baik atau
buruk, seperti tanggapan yang positif maupun negatif seperti sinis yang
khususnya datang dari publik (mitra kerja) dan masyarakat pada umumnya.
Citra diri kita dilihat oleh orang lain, oleh karena itu kita bisa
mempromosikan diri kita sendiri melalui cv atau profil yang dapat diperlihatkan
ke public, karena membangun citra bukanlah narcissism. Buatlah kesan yang
berbeda pada saat orang lain membaca citra diri kita dan buatlah seproporsional
mungkin maksudnya tidak dilebih-lebihkan karena harus sesuai dengan kapasitas
dan kompetensi kita sendiri jangan pernah berbohong dan menjadi sosok diri
orang lain, yang paling penting dalam membangun citra diri janganlah meremehkan
atau menghina orang lain.
Citra merupakan persepsi yang tumbuh
di benak publik terhadap suatu publik, dapat berupa negatif maupun positif
berdasarkan pemahaman dan pengalaman seseorang terhadap sesuatu atau
organisasi, citra ini merupakan tugas pokok seorang Public Relations
dimana citra ini bisa dibentuk melalui media.
Image
atau Citra didefinisikan sebagai a picture of mind, yaitu suatu gambaran yang
ada di dalam benak seseorang. Citra dapat berubah menjadi buruk atau negatif,
apabila kemudian ternyata tidak didukung oleh kemampuan atau keadaan yang
sebenarnya.
Definisi pencitraan dalam
humas menurut beberapa ahli diantaranya:
1. Menurut Katz
citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang,
suatu komite, atau suatu aktivitas.[2]
2.
Menurut
Alma (1992) Citra merupakan kesan, impresi, perasaan atau konsepsi yang ada
pada publik mengenai perusahaan, mengenai suatu obyek, orang atau lembaga.
3.
Bill Canton mengatakan bahwa
citra adalah kesan, perasaan, gambaran dari publik terhadap perusahaan; kesan
yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan di
atas, menurut pendapat penyusun citra adalah pandangan seseorang terhadap orang
lain, perusahaan atau organisasi yang terbentuk melalui pesan yang diterima dan
menghasilkan suatu kesan yang positif atau negatif.
Setiap perusahaan mempunyai citra.
Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya.
Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial,
banker, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan
gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap
perusahaan.
Citra harus dikelola melalui dialog
dan hubungan baik dengan khalayak organisasi. Hubungan baik disini berarti
Humas juga berperan dalam mengelola jaringan komunikasi dan kerjasama dengan
mitra organisasi. Adapun jaringan komunikasi yang dibangun yakni :
1.
Komunikasi Internal (personel/anggota institusi)
a. Memberikan
informasi sebanyak dan sejelas mungkin mengenai institusi.
b.
Menciptakan kesadaran anggota/personel mengenai peran
institusi dalam masyarakat.
c.
Menyediakan sarana untuk memperoleh umpan balik dari
anggotanya.
2.
Komunikasi Eksternal (masyarakat)
a.
Informasi yang berat dan wajar mengenai institusi.
b.
Kesadaran mengenai peran institusi dalam tata
kehidupan umumnya.
c.
Motivasi untuk menyampaikan citra baik.
Citra yang baik dari suatu
organisasi merupakan aset yang sangat penting karena citra mempunyai suatu
dampak persepsi publik dan operasi organisasi dalam berbagai hal.
Menurut Sutojo citra perusahaan yang
baik dan kuat mempunyai manfaat-manfaat yaitu :
·
Daya saing jangka menengah dan jangka panjang yang
mantap (mid and long term sustainable competitive position).
·
Menjadi perisai selama masa krisis (an insurance
for a adverse times).
·
Menjadi daya tarik eksekutif handal (attraction the
best executives available).
·
Meningkatkan efektivitas strategi pemasaran (increasing
effectiveness of marketing instrument).
·
Penghematan biaya operasional (cost saving).[3]
B. Jenis-Jenis Citra
Menurut
Frank Jefkins dalam buku Public Relations
, definisi citra dalam konteks humas citra diartikan sebagai “kesan,
gambaran, atau impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan) atas sosok
keberadaan berbagai kebijakan personil-personil atau jasa-jasa dari suatu
organisasi atau perusaahaan.”
Jefkins (2003) menyebutkan beberapa
jenis citra (image). Berikut ini lima jenis citra yang dikemukakan, yakni:
1.
Citra bayangan (mirror image).
Citra ini melekat pada orang dalam atau
anggota-anggota organisasi biasanya adalah
pemimpinnya mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya.
Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam
mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidak
tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya
informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam
organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar. Dalam situasi
yang biasa, sering muncul fantasi semua orang menyukai kita.
Contoh
:
PT.
Pertamina telah banyak dikenal publik sebagai perusahaan minyak di Indonesia.
Saat mengalami krisis tangki minyak yang bocor. Untuk menanggapi krisis
tersebut pemimpin Direktur PT. Pertamina langsung bertemu dengan publik untuk
memberikan konfirmasi terhadap krisis yang dihadapi perusahaan ini.
2.
Citra yang berlaku (current image).
Citra yang berlaku adalah suatu citra
atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun sama halnya dengan citra bayangan, citra yang
berlaku tidak selamanya bahkan jarang, sesuai dengan kenyataan karena
semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang
bersangkutan yang biasanya tidak memadai. Biasanya pula, citra ini cenderung
negatif. Humas memang menghadapi dunia yang bersifat memusuhi, penuh prasangka,
apatis dan diwarnai keacuhan yang mudah sekali menimbulkan suatu citra berlaku
yang tidak fair.
Contoh:
Contoh
dari citra yang berlaku adalah kepolisisan di Indonesia, citra kepolisian di
Indonesia sudah cenderung pada negative. Ditambah lagi kasus polri dan KPK yang
membuat citra kepolisisan ini memburuk. Memburuknya citra kepolisisan di mata
public ini karena kurangnya informasi masyarakat terhadap masalah yang dihadapi,
ditambah lagi pengalaman masyarakat dengan kepolisian selalu buruk, misalnya
terkena denda tilang.[4]
3.
Citra harapan (wish image).
Adalah
suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Suatu citra yang dibentuk
sesuai dengan keingininan perusahaan atau organisasi. Citra yang diharapkan
cenderung pada hal yang baik atau kesesuaian dengan publiknya. Sehingga dapat
menarik respon masyarakat yang lebih luas. Citra harapan ini adalah citra yang
selalu diinginkan setiap perusahaan. Walaupun untuk pencapaiannya sangat sulit.
Perusahaan juga harus mengetahui bagaimana proses public mendapatkan informasi
kenyataan tentang perusahaan sehingga tidak terjadi miskomunikasi.
Contoh:
PT
Djarum adalah salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia. Rokok saat ini
masih banyak mengalami pertentangan karena ada anggapan bahwa rokok itu haram
untuk dikonsumsi oleh masyarakat muslim. Ini merupakan salah satu isu yang
mengancam perusahaan PT Djarum. Walaupun isu yang kontra terhadap PT Djarum ini
banyak namun tidak menghalangi perusahaan ini tetap berjalan, salah satu cara
untuk membangun citra harapan adalah dengan mengadakan program CSR (Corporate
Social Responsibility/ Tanggung Jawab Sosial Perusahaan). Dengan berbagai
program CSR yang diadakan perusahaan ini masyarakat akan melihat PT. Djarum
sebagai perusahaan yang turut membangun negeri seperti teks linenya, jadi
masyarakat lebih memandang PT Djarum dari sisi positif dengan berbagai program
CSR yang dijalankan, dibanding sisi negatifnya.
4.
Citra majemuk (multiple image).
Banyaknya
jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau
organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan
organisasi. Image yang bermacam-macam dari public terhadap perusahaan akibat
penyampaian, sikap, maupun tingkah laku yang berbeda-beda
dari setiap individu (karyawan) yang mewakili perusahaan tersebut dengan tujuan
perusahaan. Image ini dapat dibentuk dengan melalui pakaian seragam, warna
mobil, simbol, pelatihan staf, bentuk bangunan, papan nama, dll.
Contoh:
Produk
Yamaha, image dari perusahaan adalah Yamaha semakin didepan. Namun citra yang
dimiliki produk ini cukup banyak, image ini timbul dari konsumen maupun
karyawan. Bila dari karyawan atau perusahaan di mata public produk Yamaha
adalah sebagai produk yang onderdilnya mudah didapat, bila dilihat dari
konsumen yang kebanyakan anak muda maka produk Yamaha dapat dikatakan sebagai
Motor anak muda. Selain dua image yang muncul di tengah masyarakat ada banyak
image lainnya, seperti sebagai motor injeksi pertama, sehingga image produk
Yamaha menjadi citra majemuk.
5.
Citra perusahaan (corporate image).
Adalah
citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas
produk dan pelayanannya. Citra perusahaan merupakan citra secara keseluruhan yang
dipandang dari kinerja internal perusahaan yang meliputi sejarah, visi&
misi perusahaan, kualitas pelayanan, keberhasilan, hingga tanggung jawab sosial
yang dijalankan perusahaan. Melalui hal tersebut public akan mengetahui
gambaran pesan yang akan disampaikan dari perusahaan tersebut.
Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu
perusahaan antara lain:
a.
Sejarah atau riwayat hidup
perusahaan yang gemilang.
b.
Keberhasilan-keberhasilan di bidang
keuangan yang pernah diraihnya.
c.
Sukses ekspor.
d.
Hubungan industri yang baik.
e.
Reputasi sebagai pencipta lapangan
kerja dalam jumlah yang besar.
f.
Keadaan turut memikul tanggung jawab
sosial, komitmen mengadakan riset.
Contoh:
Perusahaan maskapai penerbangan Air Asia, sebagai maskapai
baru pasti membutuhkan image yang baik sehingga dapat menarik konsumen atau
penumpang agar mau menggunakan jasa penerbangan Air Asia. Citra Air asia
sekarang ini yang diusung adalah armadanya yang selalu baru dengan pilot yang
sudah mempunyai jam terbang panjang. Dengan teks line ini maka dapat menarik
konsumen dari kalangan yang berpengalaman atau menengah keatas, walaupun
sebelumnya Air Asia selalu mengusung promo untuk menarik penumpang menengah kebawah.
C. Hubungan Humas/Public Relation dengan Citra Perusahaan
Humas atau public relations
merupakan perantara antara pimpinan organisasi dengan publiknya, baik dalam
upaya membina hubungan masyarakat internal maupun eksternal. Sebagai publik,
mereka berhak mengetahui rencana kebijaksanaan, aktivitas, program kerja dan
rencana-rencana usaha suatu organisasi atau perusahaan berdasarkan keadaan,
harapan-harapan, keinginan-keinginan publik sebagai sasarannya.
Citra perusahaan di mata publik
dapat terlihat dari pendapat atau pola pikir pada saat mempersepsikan realitas
yang terjadi. Citra perusahaan adalah adanya persepsi yang berkembang di benak
publik terhadap realitas. Realitas dalam Public relation adalah apa yang
tertulis di media. Terbentuknya citra perusahaan karena adanya persepsi.
Untuk mendapatkan citra yang
diinginkan, perusahaan harus memahami secara persis proses yang terjadi ketika
publik menerima informasi mengenai kenyataan yang terjadi.
Public relation dalam menyampaikan
pesan-pesan secara tepat sasaran mampu menghimpun awareness dari public
dan menumbuhkan citra positif dari publik terhadap perusahaan. Citra yang baik
akan menumbuhkan reputasi yang baik pula dari suatu perusahaan.
Citra terbentuk berdasarkan pesan
yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan pesan pada khalayak.
Bagi khalayak, pesan yang diterima dapat membentuk, mempertahankan atau
mendefinisikan citra. Pada tahap ini analisis terbentuk mengenai apakah citra
yang diterima adalah positif atau negatif.
Pengaruh media massa dalam
pembentukan citra terasa kuat karena dalam kehidupan masyarakat modern, anggota
masyarakat memperoleh informasi dari media massa. Pada era kebebasan pers
seperti sekarang ini telah lazim apa yang disebut dengan ‘investigative
reporting’. Wartawan berusaha menyingkap kasus penyelewengan, manipulasi,
korupsi, dan aneka pelanggaran yang berlangsung, investigate reporting ini
dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Akan tetapi ‘temuannya’ yang dipublikasikan
melalui media massa umumnya sangat menyita perhatian publik.
Pembagian tugas dalam struktur Biro
Humas yang memiliki terkait media massa adalah Bagian Informasi dan Komunikasi.
Terkait agenda setting yang digunakan media massa dalam pemilihan issue yang
layak tampil. Humas melakukan langkah-langkah untuk melakukan counter issue
sekaligus menjaga citra positif organisasi.[5]
D. Strategi Humas/Public Relation dalam Membangun dan Mempertahankan Citra Positif
Humas/public relations merupakan alat
untuk mencapai tujuan perusahaan, salah satu tujuan tersebut adalah membentuk
citra yang positif. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang efektif bagi
public relations agar pembentukan citra yang positif perusahaan dapat tercapai.
Strategi public relations merupakan paduan antara fungsi-fungsi public relations dengan manajemen public relations yang digunakan untuk mencapai tujuan suatu perusahaan dalam jangka panjang serta selalu mendatangkan keuntungan. Sedangkan dalam hubungannya dengan pembentukan citra perusahaan, tidak lepas dari tujuan public relations dalam melaksanakan fungsi-fungsinya sehingga dapat dikatakan bahwa berhasil atau tidaknya public relations dalam melaksanakan fungsinya akan mempengaruhi pelaksanaan dari strategi public relations dalam membentuk citra.
Strategi public relations merupakan paduan antara fungsi-fungsi public relations dengan manajemen public relations yang digunakan untuk mencapai tujuan suatu perusahaan dalam jangka panjang serta selalu mendatangkan keuntungan. Sedangkan dalam hubungannya dengan pembentukan citra perusahaan, tidak lepas dari tujuan public relations dalam melaksanakan fungsi-fungsinya sehingga dapat dikatakan bahwa berhasil atau tidaknya public relations dalam melaksanakan fungsinya akan mempengaruhi pelaksanaan dari strategi public relations dalam membentuk citra.
Keberhasilan
kegiatan yang dilakukan oleh public relations dalam melaksanakan rencana
membentuk citra, merupakan suatu strategi yang digunakan oleh public relations
dalam mencapai suatu tujuan yang dikehendaki oleh perusahaan yaitu citra
positif, ditandai dengan adanya respon yang baik, saling mempercayai, saling
menguntungkan dan saling pengertian antara perusahaan dengan publiknya. Citra
yang positif dari publik akan selalu memberikan keuntungan dalam jangka panjang
terhadap perusahaan, sehingga perusahaan harus selalu menjaga citra tersebut
agar tidak merosot atau jatuh di mata publiknya.
Alasan
citra positif yang ditetapkan menjadi tujuan perusahaan tersebut, karena dengan
terbentuknya citra positif terhadap perusahaan diharapkan pesan-pesan yang
disampaikan oleh perusahaan yang ditujukan kepada publiknya akan mudah
diterima, sehingga dapat menimbulkan efek terhadap publik sesuai dengan tujuan
disampaikannya pesan. Dengan kata lain terbentuknya citra positif terhadap
perusahaan akan menghasilkan dampak positif yang berkesinambungan bagi seluruh
produk atau jasa yang dihasilkannya.[6]
Dalam
pencapaian citra postif dari publik, yang perlu diperhatikan adalah pada tahap
penentuan tujuan dalam membentuk perencanaan, hal ini berkaitan dengan
komponen-komponen yang hendak digunakan dalam pelaksanaan rencana tersebut.
Dengan adanya kesesuaian antara komponen-komponen dengan tujuan rencana maka
akan membuat pencapaian tujuan tersebut berjalan dengan efektif.
Secara sistemastis proses pekerjaan
atau strategi humas dalam menangani krisis dan menurunnya citra perusahaan
dapat digambarkan sesuai tahapan, yaitu :
1. Penelitian (Research)
Penelitian mempunyai peranan sangat penting sebagai
kegiatan pendukung dalam melaksanakan fungsi PR, baik untuk memperoleh data,
fakta lapangan mengenai citra perusahaan, persepsi, pandangan, dan opini public
secara akurat serta tanggapan khalayak sebagai target sebagai sasaran mengenai
kebikajsanaan, pelayanan, program kerja, aktivitas perusahaan.
2. Perencanaan
(Planning)
Setelah mendapatkan hasil laporan yang berupa data dan
fakta dari penelitian, PR kemudian menyusun rencana kerja. Dalam hal ini
rencana kerja disusun tidak berdasarkan pada keinginan yang dipaksakan dan
irrasional. Perencanaan yang baik bersifat rasional, flexible, dan
berkelanjutan.
Keberhasilan perencanaan tergantung pada keterampilan
dan efisiensi praktisi PR. Salah satu faktor yang bisa dijadikan tolak ukur
keberhasilan dari perncanaan tersebut adalah pembentukkan opini, sikap, dan
citra.
3. Pelaksanaan
(Action)
Pelaksanaan dilakukan setelah rencana yang matang
mendapatkan persetujuan dari semua pihak terkait. Pelaksanaan kerja merupakan
kegiatan operasional dalam melakukan apa yang telah direncanakan. Pengembalian
kepercayaan dan citra perusahaan dilakukan dengan menggabungkan tenaga kerja,
alat-alat, informasi, waktu, tempat, dan uang. Pelaksanaan ini dikatakan sukses
apabila tujuan telah tercapai. Dalam hal ini berbagai cara dan teknik digunakan
diantaranya yaitu pendekatan terhadap pegawai (internal public) dan
pendekatan kepada umum (eksternal public). Untuk mengebalikan
kepercayaan publik dan citra perusahaan diutamakan pendekatan kepada umum
karena menyangkut pandangan masyarakat secara luas.
Ada beberapa instrument yang dilakukan praktisi PR
dalam melaksanakan membentuk citra lembaga dalam perusahaan diantaranya :
a. Publisitas,
merupakan komunikasi kepada publik melalui media massa atau langsung face to
face, dan tidak memerlukan suatu bayaran, baik dari pihak komunikator (PR)
maupun dari pihak media massa yang bersangkutan.
b. Periklanan (Advertising),
periklanan merupakan suatu kegiatan yang terkait dengan dua bidang kehidupan
manusia sehari-hari, yakni ekonomi dan komunikasi. Dengan iklan citra suatu
perusahaan bisa menjadi lebih baik. Iklan hanya menyebutkan sisi positif
perusahaan.
c. Demonstrasi
adalah sesuatu yang bisa mempercepat pengaruh terhadap khalayak sasaran serta
meningkatkan citra yaitu demonstrasi. Dalam hal ini penglihatan, pendengaran,
dan pemikiran publik bisa terkonsolidasi seketika sehingga menimbulkan
penilaian yang bisa mendorong ke arah tindakan publik yang positif. Terutama
pandangan atau image akan lebih baik terlihat oleh khalayak
d. Propaganda,
agar publik menerima apa yang disodorkan serta mau menanamkan citra yang
positif dan timbul kepercayaan, perusahaan dan petugas PR hendaknya melakukan
propaganda. Propaganda merupakan kegiatan persuasif untuk mempengaruhi
seseorang, suatu kelompok, atau orang banyak dengan dasar-dasar psikologis agar
menerima suatu ide yang pada waktu tertetu belum tentu di terima.
e. Pameran ,
salah satu cara yang menarik untuk menanamkan citra positif pada perusahaan
adalah dengan melakukan pameran. Tujuan utama dari pameran adalah mengundang
publik untuk mengenal, melihat, dan mengerti akan hal-hal mengenai perusahaan,
terutama sekali hasil dari produksinya.
f. Sales
Promotion. Di samping
untuk meningkatkan citra perusahaan, promosi dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan penjualan dengan memberikan rangsangan atau bujukan yang
membangkitkan pembelian barang dan jasa.
g. House Organ ( Penerbitan Majalah Perusahaan/lembaga
). Agar pencitraan yang sudah dicapai tetap bertahan maka diberikanlah
informasi kepada pihak khlayak atau pihak eksternal melalui majalah khusus yang
diterbitkan oleh perusahaan, dan biasa disebut house organ.
h. Open House, memperkenalkan citra perusahaan
dapat juga dilaksanakan dengan cara mengundang dan menerima tamu untuk
keperluan pencitraan tersebut. Tujuan utamanya adalah agar dikenal dan
populernya perusahaan dikalangan masyarakat.
4. Penilaian (Evaluation)
Penilaian ini tahap dimana pemeriksaan terhadap
program dan rencana yang dapat dilakukan. Tahap ini berguna untuk mengetahui
permasalahan yang harus diperhatikan lebih lanjut.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Citra adalah pandangan seseorang
terhadap orang lain, perusahaan atau organisasi yang terbentuk melalui pesan
yang diterima dan menghasilkan suatu kesan yang positif atau negatif.
2. Citra
perusahaan yang baik dan kuat mempunyai manfaat-manfaat yaitu :
a. Daya saing
jangka menengah dan jangka panjang yang mantap (mid and long term
sustainable competitive position).
b. Menjadi
perisai selama masa krisis (an insurance for a adverse times).
c. Menjadi daya
tarik eksekutif handal (attraction the best executives available).
d. Meningkatkan
efektivitas strategi pemasaran (increasing effectiveness of marketing
instrument).
e. Penghematan
biaya operasional (cost saving).
3.
Jenis-jenis citra/pencitraan humas dapat dikelompokan menjadi :
a.
Citra Bayangan (Mirror Image).
b.
Citra Yang Berlaku (Current Image).
c.
Citra Yang Diharapkan (Wish Image).
d.
Citra Majemuk (Multiple Image).
e.
Citra Perusahaan (Corporate Image).
4. Untuk
mendapatkan citra yang diinginkan, perusahaan harus memahami secara persis
proses yang terjadi ketika publik menerima informasi mengenai kenyataan yang
terjadi.
5.
Strategi yang dapat dilakukan untuk
membentuk dan mempertahankan suatu citra positif dapat dilakukan dengan tahapan
penelitian, perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.
B. Saran
Citra
perusahaan terletak pada praktisi PR. Sebaiknya praktisi PR bekerjasama dengan
praktisi lain secara koordinasi, integratif, antisipatif, dan solutif untuk
menjaga citra perusahaan. Selain itu praktisi PR harus tetap bertahan menjaga
citra perusahaan dalam keadaan apapun.
DAFTAR PUSTAKA
Ruslan, Rosady. Public
Relations Dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra. Jakarta : Ghalia
Indonesia. 1994.
Ardianto, Elvinaro dan Soemirat, Soleh. Dasar-Dasar
Public Relations. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2004.
Nova, Firsan.
Crisis Public Relations. Jakarta: Rajawali Pers. 2011.
Anggoro,
Linggar. Teori Dan Profesi Kehumasan
Serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
2005.
Nurul Asih, Peran
dan Strategi Humas dalam Pencitraan Organisasi, http://bhebheblog.blogspot.co.id/2014/06/peran-dan-strategi-humas-dalam.html
(diakses pada 02 April 2016 pukul 21:00)
Joko, Strategy
Of Public Relations In Forming Image Company, http://article-zone.blogspot.co.id/2007/07/strategy-of-public-relations-in-forming.html
(diakses pada 02 April 2016 pukul 21:00)
[1]
Rosady Ruslan, Public Relations Dalam Situasi Krisis dan
Pemulihan Citra, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994), h. 66.
[2] Ardianto, Elvinaro dan Soemirat,
Soleh, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 113.
[4]
Linggar,
Anggoro, Teori Dan Profesi Kehumasan Serta
Aplikasinya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.
[5] Nurul Asih, Peran dan Strategi Humas dalam Pencitraan Organisasi, http://bhebheblog.blogspot.co.id/2014/06/peran-dan-strategi-humas-dalam.html (diakses pada 02 April 2016
pukul 21:00)
[6] Joko, Strategy Of Public Relations In Forming Image Company, http://article-zone.blogspot.co.id/2007/07/strategy-of-public-relations-in-forming.html (diakses pada 02 April 2016
pukul 21:00)