0
LAPORAN HASIL OBSERVASI IMPLEMENTASI MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SMP ISLAM NURUL IMAN
Posted by Unknown
on
8:44 PM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bimbingan dan
konseling adalah upaya pemberian bantuan yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan minat
dan isu-isu yang berkaitan dengan tahap perkembangan anak merupakan bagian
penting dan integral dari keseluruhan program pendidikan.
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di
Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya
landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih
penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya
disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai
tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual,
sosial, dan moral-spiritual).
Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang
atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau
kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan
karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping
itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu
berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses
perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah
dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah diorientasikan
kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi aspek
pribadi, sosial, belajar, dan karir atau terkait dengan pengembangan pribadi
konseli sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis,
psikis, sosial, dan spiritual).
Dalam
pelaksanaanya keberhasilan pelayanan BK sangat ditentukan oleh kerjasama yang
harmonis dengan seluruh personil sekolah. Seluruh personil yang ada di sekolah
tersebut harus memiliki pemahan yang luas mengenai BK antara lain seperti
pemahan guru mengenai konsep dasar dan implementasi pelayanan BK, sehingga
dalam pelaksanaannya program BK tersebut dapat berjalan sesuai dengan pedomanya
atau bahkan dapat mengembangkan program BK tersebut. Melalui program BK
siswa-siswa mendapatkan bimbingan baik dalam kegiatan pembelajaran dan
kehidupnya dilingkungan tempat mereka
tinggal, BK tidak hanya di berikan kepada siswa-siwa yang memiliki
masalah saja tetapi BK juga berperan penting dalam perencanaan masa depan semua
siswa.
Akan tetapi
tidak jarang ada sekolah yang tidak menyelenggarakan program BK sesuai dengan
aturanya, alasan yang paling dominan karena seluruh personil sekolah tersebut
tidak memiliki ilmu atau wawasan yang cukup mengenai program BK tersebut.
Sehingga program tersebut hanya sebatas formalitas semata, selain itu ada juga
yang melaksanakan program BK akan tetapi kurang maksimal dalam
penyelenggaraannya. Oleh karena itu sejauh mana keberhasilan dan
kendala-kenadala yang di hadapi oleh pihak sekolah dalam menyelenggarakan
program BK tersebut. Melalui pemberian tugas ini diharapkan kita sebagai calon
guru dapat memperbaiki penyelenggaraan program BK dan dapat menambah wawasan mengenai BK sehingga dapat mengaplikasikan penyelenggaraan program BK tersebut dengan baik.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas
dan hasil observasi yang dilakukan, penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana
keadaan objek SMP Islam Nurul Iman ?
2.
Bagaimana
kegiatan atau pelayanan program bimbingan dan konseling di SMP Islam Nurul Iman
?
3.
Bagaimana
proses layanan bimbingan masalah di SMP Islam Nurul Iman ?
4.
Kendala-kendala
apa saja yang dihadapi dalam penyelenggaraan program bimbingan konseling di SMP
Islam Nurul Iman ?
5.
Bagaimana analisis
keterlaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Islam Nurul Iman ?
C. Tujuan
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun dari beberapa
masalah yang telah dirumuskan :
1.
Untuk memenuhi
tugas ulangan tengah semester mata kuliah manajemen bimbingan konseling dan
kesiswaan;
2.
Untuk
mengetahui bagaimana keadaan objek dari observasi yang dilakukan;
3.
Untuk
mengetahui dan memahami bagaimana implementasi kegiatan atau pelayanan program
bk di SMP Islam Nurul Iman;
4.
Untuk
mengetahui dan memahami proses layanan bimbingan konseling terhadap
masalah-masalah yang dihadapi SMP Islam Nurul Iman;
5.
Untuk
mengetahui dan memahami kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan
program BK di SMP Islam Nurul Iman;
6.
Untuk
mengetahui bagaimana analisis terlaksananya bimbingan dan konseling di SMP
Islam Nurul Iman.
D. Metode
Penelitian
Adapun
metode yang diambil pada saat penelitian di SMP Islam Nurul Iman yaitu, Observasi,
dalam observasi ini penulis langsung mengunjungi SMP yang bersangkutan yaitu
SMP Islam Nurul Iman, selanjutnya untuk memperoleh informasi yang lebih jelas
penulis menggunakan metode Wawancara, dalam metode ini penulis
mewawancarai kepala sekolah. Sementara untuk mengetahui informasi dari siswa
penulis menggunakan metode penyebaran angket untuk diisi oleh setiap
siswa yang bersangkutan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Bimbingan dan
Konseling
Bimbingan
merupakan sebuah istilah yang sudah umum digunakan dalam dunia pendidikan.
Bimbingan pada dasarnya merupakan upaya bantuan untuk membantu individu
mencapai perkembangan yang optimal. Selain itu bimbingan yang lebih luas
dikemukakan oleh Good (setiawati dan chudari, 2007:2) yang menjabarkan
bimbingan adalah suatu proses hubungan pribadi yang bersifat dinamis, yang
dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap, prilaku seseorang dan suatu bentuk bantuan yang sistematis (selain mengajar)
kepada murid, atau orang lain untuk menolong.[1]
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari seorang
yang ahli, namun tidak sesederhana itu untuk memahami pengertian dari
bimbingan. Pengertian tetang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya
sejak awal abad ke-20. Sejak itu muncul rumusan tetang bimbingan sesuai dengan
perkembangan pelayanan bimbingan, sebagai suatu pekerjaan yang khas yang
ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Pengertian bimbingan yang dikemukakan
oleh para ahli memberikan pengertian yang saling melengkapi satu sama lain.
Tujuan
bimbingan adalah perkembangan optimal.
Perkembangan optimal ini adanya kesesuaian antara potensi dan sistem nilai tentang
kehidupan yang baik dan benar. Yang mana peserta didik tidak hanya berkembang
dalam kemampuan intelektualnya saja tetapi pada perkembangan optimal ini
individu akan belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan yang terus-menerus
berubah.
Menurut Setiawati
dan Chudari , 2007:2 bimbingan merupakan upaya bantuan untuk membantu individu
untuk mencapai perkembangan optimal. Frank Parson merumuskan pengertian bimbingan dalam
beberapa aspek yakni bimbingan diberikan kepada individu untuk memasuki suatu
jabatan dan mencapai kemajuan dalam jabatan. Pengertian bimbingan yang
dikemukan oleh Chiskolm bahwa bimbingan membantu individu memahami dirinya
sendiri, pengertian menitik beratkan pada pemahaman terhadap potensi diri yang
dimiliki.“Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi
pribadi setiap individu” (Bernard & Fullmer ,1969). Pengertian yang dikemukakan oleh Bernard & Fullmer
bahwa bimbingan dilakukan untuk meningkatakan pewujudan diri individu. Dapat
dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan
lingkungannya. “Bimbingan sebagai pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses
belajar yang sistematik”.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli maka
dapat diambil kesimpulan tentang pengertian bimbingan yang lebih luas, bahwa
bimbingan adalah “Suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara
berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah
mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami
dirinya, lingkunganya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk
kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat”.
Sedangkan
pengertian konseling secara Etimologi berasal dari bahasa Latin “consilium “artinya “dengan”
atau bersama” yang dirangkai dengan “menerima atau “memahami”. Sedangkan dalam
Bahasa Anglo Saxon istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti ”menyerahkan”
atau “menyampaikan” Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk
mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari
individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketiga
hal tersebut.
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (disebut Konselor) kepada individu yang sedang
mengalami masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dialami oleh klien.
Konseling
adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua penglaman siswa
difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan,
dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan itu . konselor
tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada
perkembngan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya
sendiri tanpa bantuan. (Jones, 1951).
Jadi konseling
merupakan suatu proses pemberian bantuan oleh seorang konselor kepada klien
yang bermasalah melalui proses tatap muka langsung untuk menyelesaikan masalah
yang dialami klien sampai dengan selesai. Dengan
demikan BK adalah suatu bantuan yang diberikan kepada semua siswa, untuk
mengenal pribadinya, mengenal lingkunganya, merencanakan masa depanya dan usaha
konselor untuk membantu klien dalam memcahkan masalah yang dihadapinya.
Manajemen
bimbingan dan konseling adalah aktivitas yang dijalankan yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan untuk
mmbantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah dan kesulitan yang dialami dan
diselenggarakan oleh petugas bimbingan dan konseling bersama pihak lain di
dalam dan di luar sekolah agar siswa mengalami pertumbuhan dan perkembangan
serta mencapai tujuan.
B.
Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan dari pelayanan
Bimbingan dan Konseling adalah :
1. Memandirikan
siswa dan mengembangkan potensi siswa secara optimal artinya bimbingan
bertujuan menjadikan siswanya menjadi pribadi yang tidak tergantung pada
orang lain dan bertanggung jawab pada diri sendiri;
2. Keefektifan
sehari-hari dengan memperhatikan potensi siswa artinya bimbingan yang diberikan
harus bermakna dengan tidak menyampingkan potensi yang dimilki oleh setiap
siswa;
3. Memiliki
kesadaran akan potensi diri dalam belajar, dan memahami berbagai hambatan yang
muncul dalam proses belajar;
4. Memiliki
kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dengan persahabatan, persaudaraan
dengan sesama manusia.
C.
Pendekatan Layanan Bimbingan dan
Konseling
Adapun beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan dalam layanan BK ini,yaitu:
1. Pendekatan Krisis
Dalam pendekatan ini, pembimbing menunggu munculnya suatu
krisis/masalah dan dia bertindak membantu seseorang yang menghadapi krisis
tersebut. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang
secara pasti dapat mengatasi kriris itu.
2. Pendekatan Remedial
Guru memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki
kelemahan-kelemahan yang nampak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini ialah menghindarkan
terjadinya krisis yang mungkin terjadi.
3. Pendekatan Preventif
Mengantisipasi masalah-maslah generic dan mencegah terjadinya masalah.
Model preventif ini didasarkan kepada pemikiran bahwa jika guru atau pembimbing
dapat memberikan sebuah penyuluhan kepada siswa agar siswa menyadari akan
bahaya dari berbagai kegiatan yang dapat memunculkan masalah. Misalkan bahaya
putus sekola, berkelahi, merokok dan lain-lain.
4. Pendekatan Perkembangan
Pendekatan yang lebih mutakhir dan lebih proaktif diandingkan dengan
ketiga pendekatan tersebut. Bimbingan yang menggunakan pendekatan ini beranjak
dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa
untuk mencapai keberhasilan disekolah dan didalam kehidupan.
D. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Berkenaan
dengan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, Arifin dan Eti Kartikawati
(1994) menjabarkan prinsip-prisip bimbingan dan konseling kedalam empat bagian[2],
yaitu :
1) Prinsip-prinsip
umum;
a. Bimbingan
harus berpusat pada individu yang di bimbingnya;
b.
Bimbingan diberikan untuk memberikan
bantuan agar individu yang dibimbing mampu mengarahkan dirinya dan menghadapi
kesulitan-kesulitan dalam hidupnya;
c.
Pemberian bantuan disesuaikan
dengan kebutuhan individu yang dibimbing;
d.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling
dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan individu yang
dibimbing;
e.
Upaya pemberian bantuan harus
dilakukan secara fleksibel;
f.
Program bimbingan dan konseling
harus dirumuskan sesuai dengan program pendidikan dan pembelajaran di sekolah
yang bersangkutan;
g.
Untuk mengetahui hasil yang
diperoleh dari upaya pelayanan bimbingan dan konseling, harus diadakan
penilaian secara teratur dan berkesinambungan.
2)
Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan
individu;
a.
Pelayanan BK harus diberikan kepada
semua siswa;
b.
Harus ada kriteria untuk
mengatur prioritas pelayanan bimbingan
dan konseling kepada individu atau siswa;
c.
Program pemberian bimbingan dan
konseling harus berpusat pada siswa;
d.
Pelayanan dan bimbingan konseling
di sekolah dan madrasah harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang
bersangkutan beragam dan luas;
e.
Keputusan akhir dalam proses BK
dibentuk oleh siswa sendiri;
f.
Siswa yang telah memperoleh
bimbingan, harus secara berangsur-angsur dapat menolong dirinya sendiri.
3)
Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan
pembimbing;
a.
Konselor harus melakukan tugas
sesuai dengan kemampuannya;
b.
Konselor di sekolah dipilih atas
dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan pengalaman, dan kemampuan;
c.
Sebagai tuntutan profesi, pembimbing
atau konselor harus senantiasa berusaha mengembangkan dirinya dan keahliannya
melalui berbagai kegiatan;
d.
Konselor harus menghormati, menjaga
kerahasiaan informasi tentang siswa yang dibimbingnya;
e.
Konselor harus melaksanakan
tugasnya hendaknya mempergunakan berbagai metode dan teknik.
4)
Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan
organisasi dan administrasi bimbingan dan konseling.
a.
Bimbingan dan konseling harus
dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan;
b.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling
ada di kartu pribadi (commulative record)
bagi setiap siswa;
c.
Harus ada pembagian waktu antar
pembimbing, sehingga masing-masing pembimbing mendapat kesempatan yang sama
dalam memberikan bimbingan dan konseling;
d.
Bimbingan dan konseling
dilaksanakan dalam situasi individu atau kelompok sesuai dengan masalah yang
dipecahkan dan metode yang dipergunakan dalam memecahkan masalah terkait;
e.
Dalam menyelenggarakan pelayanan
bimbingan dan konseling, sekolah dan madrasah harus bekerja sama dengan
berbagai pihak.
Bernard
& Fullmer, 1969 dan 1979; Crow & Crow, 1960; Miller & Fluehling,
1978, mengemukakan prinsip bimbingan dan konseling berkenaan dengan sasaran
pelayanan, masalah klien, program pelayanan dan tujuan serta penyelenggaraan
pelayanan sebagai berikut :
1)
Prinsip yang Berkaitan dengan
Sasaran Pelayanan
a.
Bimbingan dan konseling melayani
semua individu;
b.
Pelayanan bimbingan dan konseling
bertujuan mengembangkan penyesuaian diri individu dalam berbagai aspek
perkembangan.
2)
Prinsip yang Berkaitan dengan
Masalah Individu
a.
Bimbingan dan konseling membahas
hal-hal atau masalah yang mempengaruhi kondisi mental dan fisik individu
terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan
kontak sosial dan pekerjaan;
b.
Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan
merupakan faktor timbulnya masalah pada setiap individu yang kesemuanya menjadi
perhatian dan pelayanan bk untuk mengentaskan masalah klien.
3)
Prinsip yang Berkaitan dengan
Program Pelayanan
a.
Bimbingan dan konseling merupakan
bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu, program
bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program
pendidikan serta pengembangan peserta didik;
b.
Program bimbingan dan konseling
harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi
lembaga;
c.
Program bimbingan dan konseling
disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.[3]
4)
Prinsip yang Berkaitan dengan
Tujuan dan Pelaksanaan Pelayanan
a.
Bimbingan dan konseling harus
diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri
sendiri dalam menghadapi permasalahannya;
b.
Keputusan yang diambil dan akan
dilakukan oleh individu atas kemauan sendiri, bukan karena kemauan dari pihak
lain;
c.
Permasalahan individu harus
ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi;
d.
Kerja sama antara guru pembimbing,
guru-guru lain, dan orang tua peserta didik sangat menentukan hasil pelayanan
bimbingan;
e.
Pengembangan program pelayanan BK
ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian
terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan bimbingan itu
sendiri.[4]
E. Asas-asas
Layanan Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan profesional.
Sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan dan penyikapan
konselor terhadap kasus, pekerjaan profesional mengikuti kaidah-kaidah yang
menjamin efisiensi dan efektivitas proses dan lainnya. Kaidah-kaidah tersebut
dikenal dengan asas-asas bimbingan dan konseling. Asas bimbingan konseling
yaitu ketentuan-ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan
itu.
Asas-asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan,
keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan,
kenormatifan, keahlian, ahli tangan, dan tut wuri handayani (Prayitno, 1987).
1)
Asas
Kerahasiaan
Asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan
siswa (klien) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang
tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru
pembimbing (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan
keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.
2)
Asas
Kesukarelaan
Asas yang menghendaki adanya kesukarelaan dan kerelaan siswa
mengikuti, menjalani layanan atau kegiatan yang diperuntukan baginya. Guru
pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan.
3)
Asas
Keterbukaan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran
layanan atau kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam hal
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai
informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Konselor
berkewajiban mengembangkan keterbukaan siswa. Asas keterbukaan ini bertalian
erat dengan asas kerahasiaan dan kesukarelaan.
4)
Asas Keyakinan
Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari
masalah yang dirasakan klien saat sekarang atau saat ini, namun pada dasarnya
pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang
lebih luas, yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Dalam hal ini
diharapkan konselor dapat mengarahkan klien untuk memecahkan masalah yang
sedang dihadapinya sekarang.
5)
Asas Kemandirian
Pelayanan
bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan si terbimbing dapat berdiri
sendiri, tidak tergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor.
Individu yang dibimbing setelah dibantu diharapkan dapat mandiri dengan
ciri-ciri pokok mampu:
a.
Mengenal diri
sendiri dan lingkungan sebagaimana adanya
b.
Menerima diri
sendiri dan lingkungan secara positif
c.
Mengambil
keputusan untuk dan oleh diri sendiri
d.
Mengarahkan
diri sesuai dengan keputusan itu.
6)
Asas Kegiatan
Dalam
proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadanga konselor memberikan
beberapa tugas dan kegiatan kepada kliennya. Dalam hal ini klien harus mampu
melakukan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka mencapai tujuan
bimbingan dan konseling yang telah ditetapkan. Di pihak lain konselor harus
berusaha atau mendorong agar kliennya mampu melakukan kegiatan yang telah
ditetapkan tersebut.
7)
Asas
Kedinamisan
Asas
yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (siswa/klien)
hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.
8)
Asas
Keterpaduan
Asas
yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling,
baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis, dan terpadu. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai
pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan
harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9)
Asas Kenormatifan
Asas
yang menghendaki agar seluruh layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat,
ilmu pengetahuan, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku. Bahkan, lebih jauh
lagi, layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling ini harus dapat
meningkatkan kemampuan siswa (klien) dalam memahami, menghayati, dan
mengamalkan norma-norma tersebut.
10) Asas Keahlian
Asas
Keahlian menghendaki agar layanan dan bimbingan konseling diselenggarakan atas
dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini para pelaksana bimbingan dan
konseling hendakalah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun
dalam penegakan kode etik bimbingan konseling.
11) Asas Alih Tangan
Dalam pemberian bimbingan dan konseling, asas alih tangan jika
konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun
individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan,
maka konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang
lebih ahli. Di samping itu asas ini juga mengisyaratkan bahwa pelayanan
bimbingan konseling hanya menangani masalah-masalah individu sesuai dengan
kewenangan petugas yang bersangkutan.
12) Asas Tutwuri Handayani
Asas Tutwuri Handayani adalah asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat
menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan
keteladanan, memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang
seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.
F. Landasan
Layanan Bimbingan dan Konseling
1)
Landasan
Filosofis
Kata Filosofis atau filsafat adalah bahasa arab yang berasal dari
kata yunani : filosofia (philosophia). Dalam bahasa Yunani kata
filosofia itu merupakan kata majemuk yang terdiri atas filo (philos) dan
sofia (shopos). Filo artinya cinta dalam arti yang
seluas-luasnya, yaitu ingin mengetahui segala sesuatu. Sementara Sofia artinya
kebijaksanaan atau hikmah. Dengan demikian, filsafat itu artinya
cinta kepada kebijaksanaan atau hikmah atau ingin mengerti segala sesuatu
secara mendalam.[5]
Landasan
filosofis dalam pelayanan bimbingan dan konseling akan membantu konselor
memahami hakikat siswa sebagai manusia. Tanpa memahami filsafat tentang
manusia, pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling akan menjadi tidak optimal
hasilnya. Prayitno (2003) memberikan gambaran tentang hakikat manusia yang
harus diketahui oleh setiap pelaksana layanan bimbingan dan konseling, yaitu :
a.
Manusia adalah
mahluk rasional yang mampu berpikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan
perkembangan dirinya;
b.
Manusia adalah
unik, dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri;
c.
Manusia
memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara
mendalam;
d.
Manusia dapat
belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila ia berusaha
memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya;
e.
Manusia pada
hakikatnya positif, yang pada setiap saat dalam suana apa pun, manusia berada
dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan
sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut, setiap upaya bimbingan
dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu
sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu
melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai
dimensi dan keunikannya.[6]
2)
Landasan
Religius
Menurut sifat hakiki manusia adalah mahluk beragama, yaitu mahluk
yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang
bersumber dari agama, serta sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai
rujukan sikap dan perilakunya. Keyakinan bahwa manusia adalah mahluk Tuhan,
mengisyaratkan pada ketinggian derajat dan keindahan mahluk manusia serta
peranannya sebagai khalifah di bumi.
Landasan religius bagi layanan bimbingan dan konseling setidaknya
ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu :
a.
Keyakinan bahwa
manusia dan seluruh alam semesta adalah mahluk Allah SWT;
b.
Sikap yang
mendorong perkembangan dan peri kehidupan manusia berjalan kearah sesuai dengan
kaidah-kaidah agama;
c.
Upaya yang
memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan
perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi), serta
kemasyarakatan yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk
membantu perkembangan dan pemecahan masalah.
Dengan mengamalkan ajaran agama, berarti manusia telah mewujudkan
jati dirinya, identitas dirinya yaitu sebagai hamba Allah dan khalifah di muka
bumi. Sebagai khalifah berarti manusia menurut fitrahnya adalah mahluk sosial
yang bersifat membantu orang lain. Manusia memiliki potensi atau kemampuan
untuk bersosialisasi, berinteraksi sosial secara positif dengan orang lain atau
lingkungannya.
3)
Landasan
Psikologis
Manusia terus berkembang dan mengalami perubahan secara bertahap
sehingga berpengaruh besar terhadap penyelenggaraan layanan bimbingan dan
konseling di berbagai bidang. Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat
memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi
sasaran klien.
Landasan psikologis berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia
yang sifatnya unik, berbeda dari individu lain dalam perkembangannya. Untuk
kepentingan bimbingan dan konseling beberapa kajian psikologi yang perlu
dikuasai oleh konselor adalah tentang :
a.
Motif dan
motivasi;
b.
Pembawaan dan
lingkungan;
c.
Perkembangan individu;
d.
Belajar;
e.
Kepribadian.
4)
Landasan Sosial
Budaya
Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling timbul karena adanya
masalah-masalah yang dihadapi individu yang tidak lepas dari aspek
sosiokultural atau kebudayaan. Dalam layanan bimbingan, sangat perlu
memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan faktor-faktor sosiologis
kehidupan.
Landasan sosial budaya merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman kepada konselor tentang dimensi sosial dan budaya sebagai faktor yang
mempengaruhi perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk
lingkungan sosial budaya dimanapun ia hidup. Sejak lahir, ia sudah dididik dan
diajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial
budaya yang ada di sekitarnya.
Komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien pasti akan
terjadi dalam proses konseling. Tentunya konselor dan klien memiliki latar
sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan
lima macam hambatan yang timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuaian diri
antarbudaya, yaitu perbedaan bahasa, komunikasi nonverbal, stereotipe,
kecenderungan menilai dan kecemasan.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Surya
(2006) mengemukakan tren bimbingan dan konseling multikultural. Ia mengatakan
bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat
untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling
dilaksanakan dengan landasan semangat Bhineka Tunggal Ika, yaitu kesamaan di
atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada
nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang
harmoni dalam kondisi pluralistik.
5)
Landasan Ilmiah
dan Teknologi
Pelayanan
bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang dilaksanakan atas
dasar keilmuan baik yang menyangkut teori, pelaksanaan kegiatan maupun
pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan
sistematis. Ilmu bimbingan dan konseling bersifat multireferensial, artinya
suatu disiplin ilmu dengan rujukan ilmu-ilmu yang lain seperti psikologi, ilmu
pendidikan, dan filsafat bahkan ilmu sosiologi antropologi, ekonomi, agama,
hukum, statistik, evaluasi dan lain-lain.
Selain
perlu dukungan sejumlah ilmu, praktek bimbingan dan konseling juga memerlukan
dukungan perangkat teknologi. Dewasa ini perangkat teknologi yang dimanfaatkan
secara langsung dalam praktik pelayanan bimbingan dan konseling adalah
komputer. Bimbingan dan konseling baik pada tataran teori dan praktik bersifat
dinamis, artinya bimbingan dan konseling dalam perkembangannya mengikuti
perubahan dan perkembangan zaman.
Guru
bk disarankan untuk menguasai keterampilan penggunaan teknologi modern karena
dunia maya akan menjadi peluang untuk dapat digunakan sebagai media dalam
layanan bimbingan dan konseling.
6)
Landasan
Paedagogis
Landasan paedagogis pelayanan bimbingan dan konseling setidaknya
berkaitan dengan:
a.
Pendidikan
sebagai upaya pengembangan manusia dan
bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan
Fokus pelayanan bimbingan dan konseling adalah manusia, sehingga
timbul pertanyaan bimbingan dari manusia, oleh manusia, dan untuk manusia.
Manusia yang menjadi focus bimbingan dan konseling adalah manusia yang berada
dalam proses perkembangan yang secara berkelanjutan terus berusaha mewujudkan
dimensi-dimensi kemanusiaannya untuk menjadi manusia seutuhnya. Dalam arti yang
luas, pendidikan bisa dikonsepsikan sebagai upaya memanusiakan manusia dalam
arti yang sesungguhnya. Tanpa pendidikan potensi kemanusiaan yang dimiliki oleh
manusia tidak akan berkembang. Begitupun tanpa bimbingan potensi yang dimiliki
manusia tidak akan berkembang secara optimal.
b.
Pendidikan
sebagai inti proses bimbingan dan konseling
Pendidikan merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan. Indikator utama yang menandainya
adalah, peserta didik yang terlibat di dalamnya menjadi proses belajar,
kegiatan bimbingan dan konseling bersifat normatif. Bimbingan dan konseling
merupakan proses yang berorientasi pada belajar, yakni belajar untuk memahami
lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan menerapkan
secara efektif berbagai pemahaman.
c.
Pendidikan
lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan khusus dan tujuan akhir.
Mengutip pendapat Crow and Crow (1990), Prayitno dan Erman Amti (1999)
menyatakan bahwa tujuan khusus yang segera hendak dicapai (jangka pendek) dalam
pelayanan bimbingan dan konseling adalah membantu individu memecahkan masalah
yang dihadapinya, sedangkan tujuan akhir (jangka panjang) adalah bimbingan diri
sendiri. Hasil bimbingan yang mampu membuat siswa melakukan bimbingan terhadap
diri sendiri akan menjadi daya dukung yang lebih memungkinkan kesuksesan
pendidikan yang dijalani individu lebih lanjut.
G. Layanan
Pemberian Bantuan Bimbingan dan Konseling
Dalam
pemberian layanan bimbingan dan konseling, terdapat beberapa layanan yang dapat
diberikan kepada konseli, diantaranya :
a.
Layanan Orientasi
Layanan
orientasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien memahami lingkungan
yang baru dimasukinya untuk mempermudah dan memperlancar berperannya klien
dalam lingkungan baru tersebut.
b.
Layanan Informasi
Layanan
informasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien menerima dan memahami
berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan
pengambilan keputusan untuk kepentingan klien.
c.
Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan
penempatan dan penyaluran yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien
memperoleh penempatan dan penyaluran yang sesuai dengan bakat dan kemampuan
masing-masing.
d.
Layanan Penguasaan Konten
Layanan
penguasaan konten yakni layanan konseling yang memungkinkan klien mengembangkan
diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran
yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek
tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
e.
Layanan Konseling Individual
Konseling
individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam
wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli/klien. Konseli/klien
mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia
meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya
dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu
yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan,
pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri.
f.
Layanan Bimbingan Kelompok
Bimbingan
kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada
diri konseli/klien secara berkelompok. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri
atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan,
pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.
g.
Layanan Konseling Kelompok
Strategi
berikutnya dalam melaksanakan program BK adalah konseling kelompok. Konseling
kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik dalam rangka memberikan
kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan,
konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.
h.
Layanan Konsultasi
Pengertian
konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan
teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam
mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta
didik atau sekolah.
BAB III
HASIL PENELITIAN IMPLEMENTASI
MANAJEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP ISLAM NURUL IMAN
A. Profile
Sekolah
SMP Islam Nurul Iman adalah sekolah menengah pertama berbasis
islami dengan status akreditasi B dan berstatus swasta. SMP Islam Nurul Iman
berdiri di atas tanah seluas 1500 m2 dengan luas bangunan 350 m2.
Alamat lengkap SMP Islam Nurul Iman berada di jalan raya Parung-Bogor Gg.
Mesjid Al-Husaeni No. 1 Desa Jampang Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor. SMP
Islam Nurul Iman didirikan pada tahun 1990 dan mulai beroprasi pada tahun 1991
hingga sekarang.
SMP Islam Nurul Iman berdiri dibawah naungan yayasan Tarbiyatul
Islamiyah Nurul Iman. Berdasarkan akta yayasan tertanggal 19 Juni 1990, yayasan
ini berazaskan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945
dengan maksud dan tujuan didirikannya yayasan yaitu :
1.
Membantu
pemerintah dalam bidang pendidikan khususnya menyelenggarakan pembangunan dan
sarana-sarana yang erat hubungannya dengan agama islam; diantaranya mendirikan
bangunan (tempat) untuk menjalankan ibadah dan sekolah-sekolah/madrasah dari TK
hingga perguruan tinggi;
2.
Membantu
pemerintah dalam mewujudka manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Saat ini SMP Islam Nurul Iman dipimpin oleh seorang kepala sekolah
yang bernama Bapak AH Gunawan, S.Ag yang merangkap sebagai kepala yayasan dan
sekaligus guru BK sertifikasi di sekolah tersebut.
SMP Islam Nurul Iman saat ini memiliki jumlah siswa dari kelas 7
hingga kelas 9 berjumlah 178 orang. Dengan rincian kelas 7 berjumlah 68 orang
dengan jumlah rombel 2 kelas, kelas 8 berjumlah 44 orang dengan rombel 2 kelas,
dan kelas 9 berjumlah 66 orang dengan rombel 2 kelas pula. SMP Islam Nurul Iman
memiliki 2 ruang kelas berukuran 7x9m, 4 kelas berukuran kurang dari 63m.
Jumlah kelas yang ada adalah 6 kelas. Saran dan prasarana yang ada di SMP Nurul
Iman yaitu terdapat perpustakaan, ruang OSIS dan ruang labolatorium komputer.
Jumlah guru dan staf pengajar di SMP Islam Nurul Iman berjumlah 14
orang. Dengan rincian 7 orang guru tetap yayasan, 5 orang guru tidak tetap dan
staff tata usaha berjumlah 2 orang. Guru SMP Islam Nurul Iman memiliki latar
belakang pendidikan terakhir rata-rata S1.
B. Kegaiatan
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMP Islam Nurul Iman
Berdasarkan
observasi yang penyusun lakukan di SMP Islam Nurul Iman pada tanggal 13 April
2015, penyusun melakukan wawancara dengan kepala sekolah SMP Islam Nurul Iman.
Dari wawancara tersebut, penyusun memperoleh beberapa informasi, diantaranya :
1.
Di SMP Islam Nurul Iman telah ada program
bimbingan konseling, bahkan masuk ke dalam mata pelajaran tambahan;
2.
Setiap wali kelas ikut andil andil dalam
bimbingan, karena memang wali kelas selalu memberikan bimbingan kepada siswa di
kelas dengan lebih dekat;
3.
Belum terdapat ruang khusus untuk kegiatan
bimbingan dan konseling;
4.
Beberapa masalah bimbingan konseling yang
sering dihadapi di SMP Islam Nurul Iman adalah minat belajar siswa, minat
membaca, pergaulan bebas yang mulai mempengaruhi kehidupan siswa yang beranjak
remaja, dan keadaan ekonomi keluarga;
5.
Siswa cukup aktif dalam mengikuti semua
kegiatan bimbingan dan konseling yang ada.
Dalam
pelaksanaannya kegiatan bimbingan dan konseling dipimpin oleh kepala sekolah,
karena memang yang menjadi guru bk adalah kepala sekolahnya. Selain guru bk
yang menjalankan kegiatan bk tersebut, dalam prakteknya wali kelas memiliki
peran besar dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Wali kelas sering
memberikan bimbingan dan konseling kepada anak didiknya dan memberikan setiap
informasi yang berkaitan dengan kegiatan bimbingan dan konseling. Jadi wali kelas selain menjadi pengajar, beliau juga
memiliki peran sebagai pembimbing atau konselor bagi anak didiknya.
Adapun beberapa
masalah-masalah yang banyak dialami dari siswa yang kami teliti dan berdasarkan
wawancara adalah kurangnya minat belajar dan membaca yang menjadi masalah
utama. Selain itu pengaruh pergaulan bebas saat ini membuat masalah semakin
lebih kompleks. Kurangnya minat belajar siswa dipicu oleh rasa malas yang
teramat besar dan kurangnya dorongan dari orang tua serta kurangnya fasilitas
buku-buku menarik yang ada disekolah, sehingga siswa merasa sangat malas untuk
belajar padahal kewajibannya adalah belajar. Pengaruh pergaulan bebas membuat
siswa lebih berani untuk menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan aturan
dan tata tertib sekolah. Siswa lebih berani untuk merokok dan lebih sering
membawa hp ke sekolah yang memang kedua hal tersebut dilarang.
Kegiatan
bimbingan konseling dilakukan oleh guru bk dan wali kelas untuk mengurangi
masalah-masalah tersebut. Dalam pelaksanan bimbingan
dan konseling di SMP Islam Nurul Iman, guru telah mempersiapkan berbagai
instrument BK berupa buku-buku catatan, diantaranya buku pelayanan BK, buku
kejadian sehari-hari, dan buku ekstrakulikuler. Buku-buku tersebut harus diisi
oleh siswa setiap minggunya dan dicek perkembangannya oleh wali kelas atau guru
bk. Tidak hanya siswa yang memiliki buku bimbingan, tetapi guru bk dan wali
kelas pun memiliki buku bimbingan untuk mencatat setiap kesalahan siswa dan
perkembangannya.
C. Pelayanan Masalah Bimbingan
dan Konseling
Masalah yang
sering terjadi di SMP Islam Nurul Iman dapat dipaparkan sebagai berikut :
1.
Siswa sering terlambat datang ke sekolah
Sebagian anak sering terlambat datang ke
sekolah. Sekolah menetapkan waktu masuk pukul 07.10 tetapi siswa sering datang
pukul 07.40, terutama kelas VIII. Penanganan yang dilakukan Guru BK
melakukan layanan perbaikan kepada siswa , serta mulai mengagendakan bimbingan
kelompok di kelas untuk mengefektifkan kerjasama dengan para orang tua wali
siswa untuk lebih tepat waktu dalam mengkoorsinir anak khususnya datang tepat waktu di sekolah.
2. Kurangnya minat belajar
Masalah yang sering
terjadi yaitu kekurangannya minat siswa dalam belajar. Siswa sulit untuk
memperoleh dorongan untuk belajar karena adanya rasa malas yang begitu besar
dalam diri siswa tersebut. Faktor kecerdasan dan kurang seringnya membaca
membuat siswa kurang bisa menangkap dan memperhatikan serta menyimpan ke otak
sehingga output yang dihasilkan sedikit. Langkah yang dilakukan guru dalam
masalah ini yaitu memberikan pelajaran atau metode pelajaran yang lebih menarik
kepada siswa dan memberikan soal-soal latihan kepada siswa.
3. Bolos Sekolah
Bekerja sama dengan
wali kelas menelusuri latar belakang bolos sekolah pada anak tertentu, kemudian
menindaklanjutinya dengan Layanan Perbaikan dan kunjungan rumah.
4. Terdapat Siswa Membawa HP
Saat ini kebanyakan
dari siswa lebih sering membawa hp ke sekolah dengan alasan untuk internet dan
sebagainya. Sudah jelas tertera didalam tata tertib siswa dilarang membawa hp.
Penanganan masalah ini, hp disita oleh pihak sekolah sebagai peringatan.
5. Siswa merokok
Pergaulan bebas
menyebabkan siswa meniru hal yang negatif seperti merokok. Merokok dapat
ditangani dengan memberikan sangsi keras dan memberikan bimbingan agar siswa
tidak mengulanginya lagi.
Pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Islam Nurul Iman terhadap masalah
yang ada memang cukup baik, namum pelayanan dari kegiatan tersebut belum
terstruktur dan berjalan dengan baik karena tidak didukung oleh sarana dan
prasarana yang memadai. Tidak didukung pula oleh keahlian guru BK yang bukan
berasal dari ahli BK.
D.
Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam
Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Kendala yang sangat dirasakan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di
SMP Islam Nurul Iman adalah sarana prasaran dan fasilitas serat sumber daya
manusia. SMP Islam Nurul Iman tidak memiliki cukup sarana prasarana yang
menunjang pembelajaran dan kegiatan BK. Tidak ditemukan ruangan BK khusus di
sekolah tersebut. Untuk pengembangan pembelajaranpun masih kurang sarana dan
prasarananya. Hanya tersedia beberapa komputer untuk praktek pelajaran
komputer, padahal hal tersebut sangat penting dalam proses pembelajaran.
Selain hal tersebut sumber daya manusia yang kurang memadai serta kurangnya
pendanaan menjadi kendala dalam pelayanan BK. Sumber daya manusia tidak
memiliki keahlian khusus dalam pelayanan BK dan menyebabkan BK tidak berjalan
baik walaupun program yang telah dirancang sangat baik.
Kurangnya pendanaan juga menjadi kendala yang berarti. Finansial SMP Islam
Nurul Iman hanya berasal dari SPP murid dan bantuan biaya BOS untuk
operatinalnya. Hal tersebut menghambat dan menjadi kendala dalam pelaksanaan
bimbingan dan pelayanan BK.
BAB IV
ANALISIS
SWOT
A. Strength (Kekuatan)
-
SMP
Islam Nurul Iman memiliki lokasi yang strategis dan mudah dijangkau;
-
SMP
Islam Nurul Iman memiliki suasana belajar yang nyaman dan tidak bising suara
kendaraan;
-
SMP
Islam Nurul Iman memiliki tambahan jam belajar bagi peserta didik
yang kurang memahami pelajaran;
-
SMP
Islam Nurul Iman memiliki persiapan
khusus bagi mereka yang memang memiliki tingkat kemahiran dibidang terentu;
-
SMP Islam Nurul Iman memiliki
komunikasi yang baik dengan masyarakat sekitar;
-
SMP Islam Nurul Iman mampu
menyelesaikan masalah kesiswaan dengan baik.
B. Weakness (Kelemahan)
-
SMP Islam Nurul Iman kekurangan
guru dan pengajar yang memiliki keahlian dalam bimbingan dan konseling;
-
SMP Islam Nurul Iman kekurangan staff
ahli dibidang komputerisasi;
-
SMP Islam Nurul Iman hanya memiliki lahan yang terbatas;
-
SMP Islam Nurul Iman tidak memiliki
batas wilayah antara sekolah dengan warga penduduk sekitar;
-
SMP Islam Nurul Iman tidak memiliki
ruang BK khusus;
-
SMP Islam Nurul Iman memiliki perpustakaan yang bukunya sedikit sehingga menyusahkan
siswanya untuk mendapatkan refrensi buku belajar lain didalam kelas;
-
SMP Islam Nurul Iman memiliki tenaga
pendidik yang masih kurang rasa idealisnya;
-
SMP Islam Nurul Iman memiliki
kepala sekolah yang kurang kreatif;
-
SMP Islam Nurul Iman tidak dapat
menjalankan hukuman yang jelas disetiap pelanggarannya;
-
SMP Islam Nurul Iman memiliki tenaga pengajar yang bukan
ahli dibidangnya;
C. Opportunity (Kesempatan)
-
SMP Islam Nurul Iman mendapat
sumbangan dana BOS untuk perbaikan sarana dan prasarana yang sudah tidak layak
pakai;
-
SMP Islam Nurul Iman memiliki
lokasi yang strategis, sehingga mudah untuk dijangkau;
-
SMP Islam Nurul Iman memiliki
kemudahan dalam mengajarkan siswanya dalam hal pengetahuan dan praktek
keagamaan, mengingat lokasi bersebelahan dengan Mesjid;
D. Threath (Ancaman)
-
Jika
pelayanan BK tidak berjalan dengan baik, maka akan menyulitkan para guru dalam
menyelesaikan masalah. Mengingat minimnya jumlah guru di SMP ini yang bukan
berlatar belakang bimbingan dan konseling;
-
Jika
pihak sekolah hanya mengandalkan mengirim surat kepada walimurid, maka akan
mudah diabaikan bagi walimurid yang memang kurang berpartisipasi dan perhatian
terhadap perkembangan anaknya;
-
Pihak
sekolah seharusnya melakukan bimbingan secara lebih intensif dan lebih tegas
dalam memberikan hukuman terhadap pelanggaran dan masalah yang ada;
-
Mengembangkan
program layanan bk dengan ngikutsertakan seluruh partisipasi guru agar program
yang telah direncanakan berjalan dengan semakin baik.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Bimbingan
merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada individu untuk mengembangkan diri
dengan segala potensi sedangkan konseling merupakan suatu proses pemberian
bantuan oleh seorang konselor kepada klien yang bermasalah melalui proses tatap
muka langsung untuk menyelesaikan masalah yang dialami klien sampai dengan
selesai.
Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling terdiri dari tujuan bimbingan konseling, pendekatan
bimbingan dan konseling, prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, asas-asas
Bimbingan dan Konseling, landasan layanan bimbingan dan konseling, dan layanan
bimbingan dan konseling.
Berdasarkan
observasi yang dilakukan di SMP Islam Nurul Iman, pada
dasarnya SMP Islam Nurul Iman telah memiliki program bimbingan dan konseling
yang baik tetapi belum bisa berjalan dengan lancar, dan tidak terstruktur
dengan baik. Program tersebut tidak berjalan dengan baik hanya diam di
tempat tanpa ada tujuan yang ingin dicapai dari program BK tersebut, padahal BK memiliki fungsi dan
peranan yang strategis dalam mengembangkan peserta didiknya ke arah yang lebih
baik dari segi akademik dan nonakademiknya.
Tentunya hal
ini sangat berdampak buruk atau negatif kepada proses pembelajaran yang akan
diselenggarakan di sekolah, imbasnya adalah sisiwa yang harus menerima rugi
karena tidak mendapatkan pelayanan dari program BK tersebut, sehingga siswa
tersebut mendapatkan kendala atau masalah-masalah yang dihadapi di sekolah baik
dalam proses pembelajaran atau masalah diluar sekolah mereka.
Di
SMP Islam Nurul Iman yang menjadi guru BK adalah Kepala Sekolahnya sendiri dan
dipimpin pula oleh kepala sekolah. Selain kepala sekolah, wali kelas pun ikut
berperan dalam pelaksanaan BK di sekolah.
Setiap wali kelas mempunyai buku instrument BK, salah
satunya yaitu buku bimbingan dan penyuluhan, buku kejadian sehari-hari dan buku
ekstrakulikuler.
Sangat
disayangkan, sarana dan prasarana serta fasilitas sekolah tidak mendukung
terlaksananya program BK yang telah dirancang. Sekolah tidak memiliki ruang
khusus untuk kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap penyelesaian
masalah siswa. Peran guru mata pelajaranpun kurang terlihat dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan konseling di sekolah ini.
B. Saran
Sebaiknya
setiap sekolah memiliki program Bimbingan dan Konseling agar kegiatan Bimbingan
dan Konseling bisa terencana dan teroganisir juga berjalan sesuai dengan
program yang telah ada. Seharusnya juga setiap sekolah memilki ruangan
Bimbingan dan Konseling atau setidaknya tenaga ahli atau guru khusus Bimbingan
dan Konseling agar bimbingan lebih bisa terarah.
Jika tidak
sebaiknya pemerintah memberikan pelatihan terhadap guru-guru tentang Bimbingan
dan Konseling agar guru-guru lebih paham dan mengerti Bimbingan dan Konseling
dan pentingnya Bimbingan dan Konseling serta mengetahui bagaimana penyelesaian
yang dilakukan berdasarkan layanan bimbingan dan konseling terhadap masalah
yang dialami oleh siswa.
[1] Muhammad
Seftian Yusef, Laporan Hasil BK, http://MochamadSeptian.blogger.com/2011/12/16/Laporan-Hasil-BK/
[4] Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung :
Pustaka Setia), 2010, hal 46.
[5] Syamsu Yusuf
dan Juantika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : Remaja
Rosdakarya), 2006, hal : 106
[6] Sutirna, Bimbingan dan Konseling
Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal, (Bandung : Andi Offset), 2013,
hal : 38
Post a Comment